diharapkan belajar dan tumbuh pada pemahaman mereka dan cukup untuk mengembangkan pemahaman tersebut. Dalam Lowacore 2011 ada beberapa
aspek penting dalam pembelajaran dengan model Designed Student-Centered Instructional DSCI yaitu:
1 Planning perencanaan, pembelajaran dengan model Designed Student- Centered Instructional DSCI merupakan sutu proses yang terencana
sehingga pembelajaran yang akan dilakukan harus direncanakan secara matang terlebih dahulu.
2 Instruction pengajaran,
pembelajaran Designed
Student-Centered Instructional DSCI mengajarkan dan mempelajari tentang segala kebutuhan
dan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut tentunya. 3 Assessment penilaian, penilaian dalam pembelajaran model Designed
Student-Centered Instructional DSCI merupakan penilaian autentik. Dengan tetap memperlakukan para peserta didik sebagai pusat dalam
suatu pembelajaran, guru dapat mendorong dan menginspirasi siswa untuk mengeksplor pengetahuan dan berusaha keras untuk memahami tingkatan yang
lebih dalam. Melalui proses ini, para peserta didik dapat melihat relevansi yang lebih besar dan koneksi yang lebih kuat terhadap mata pelajaran yang diampu.
Melalui model pembelajaran ini juga, peserta didik dapat mencapai pemikiran bebas Brown dalam Lowacore, 2011.
2.1.2 Hands-on activity
Hands-on activity adalah kegiatan sentuhan tangan atau mengutak atik objek dengan tangan. Pada penelitian ini kegiatan hands-on activity merupakan
salah satu fase yang esensial pada langkah model pembelajaran Designed Student- Centered Instructional DSCI. Kartono 2010 menyatakan hands-on activity
adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan,
mengumpulkan data dan menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri. Siswa diberi kebebasan dalam mengkonstruk pemikiran dan temuan selama
melakukan aktivitas sehingga siswa melakukan sendiri dengan tanpa beban, menyenangkan dan dengan motivasi yang tinggi. Kegiatan ini menunjang
sekali pembelajaran kontekstual dengan karakteristik sebagaimana disebutkan oleh Hatta 2003 dalam Amin 2007 yaitu: kerja sama, saling menunjang,
gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing
dengan teman, siswa kritis, dan guru kreatif. Dalam pembelajaran matematika, konsep-konsep materi dalam pelajaran
matematika seharusnya ditemukan dan dieksplorasi sendiri oleh peserta didik melalui kegiatan dalam proses pembelajaran. Dengan hands-on activity peserta
didik mendapatkan pengalaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep dalam pembelajaran. Selain untuk membuktikan fakta dan konsep, hands-on activity
juga mendorong rasa ingin tahu peserta didik secara lebih mendalam sehingga cenderung untuk membangkitkan peserta didik mengadakan penelitian untuk
mendapatkan pengamatan dan pengalaman dalam proses ilmiah Kartono, 2010. Materi untuk model pembelajaran ini ditekankan pada perkembangan penalaran,
membangun model, keterkaitannya dengan aplikasi dunia nyata.
Zainuddin 2001 dalam Amin 2007 menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk efektivitas pelaksanaan hands-on activity yaitu, 1 aspek
kognitif, dalam aspek ini dapat dilakukan dengan memberi penugasan dan tujuannya untuk memperdalam teori yang berhubungan dengan tugas hands-on
activity yang dilakukan, menggabungkan beberapa teori yang diperoleh, menerapkan teori yang pernah diperoleh pada masalah nyata, 2 Ranah afektif
dapat dilatihkan dengan cara: merencanakan kegiatan mandiri, bekerjasama dengan kelompok kerja, disiplin dalam kelompok kerja, bersikap jujur dan terbuka
serta menghargai ilmunya. Kartono 2010 menyimpulkan bahwa hand-on activity dapat diterapkan
pada kegiatan pelajaran materi geometri. Sehingga kegiatan hands-on activity cocok diterapkan untuk materi geometri seperti materi luar permukaan bangun
ruang sisi datar yang juga dapat dikaitkan dengan konteks dunia nyata.
2.1.3 Pembelajaran Ekspositori