Perkembangan Sist em HKI di Indonesia
18
Kant or HKI-IPB
negeri yang menggunakan mekanisme PCT dikarenakan biaya yang diperlukan untuk permohonan Paten melalui PCT cukup besar.
Dari data-data yang tergambar di atas, untuk pendaftaran Paten masih didominasi Paten asing, hanya sekitar 5,12 yang merupakan
Paten Indonesia. Sebaliknya untuk aplikasi Paten Sederhana, permohonan Paten Sederhana Dalam Negeri justru lebih banyak
dibandingkan permohonan Paten Sederhana Luar Negeri yang besarnya sekitar 30,35. Secara keseluruahan permohonan Paten dan Paten
Sederhana Dalam Negeri hanya sekitar 6,42 dari jumlah permohonan Paten yang diajukan ke Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar teknologi yang diterapkan di Indonesia merupakan teknologi yang berasal dari luar negeri.
2. Aplikasi Hak Cipta
Dibanding dengan permohonan Paten, permohonan Hak Cipta yang sifatnya tidak perlu didaftarkan karena pendaftaran hanya untuk
pembuktian belaka untuk dalam negeri jauh lebih besar dibandingkan dengan permohonan Paten dalam negeri. Sebaliknya, permohonan Hak
Cipta dari luar negeri justru lebih sedikit dibandingkan dengan permohonan Hak Cipta dalam negeri. Hal tersebut dapat dilihat pada
laporan tahunan Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM Tahun 2003, sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2003 Ditjen HKI-Departemen
Hukum dan HAM telah menerima sebanyak 29.065 permohonan Hak Cipta dalam negeri dan 1.170 permohonan luar negeri. Dilihat dari
hakekat Hak Cipta yang tidak perlu didaftarkan, maka jumlah ini bisa mengindikasikan ”semangat” para pendaftar Hak Cipta untuk
melaksanakan sistem HKI yang informasinya masih relatif belum tersebar di masyarakat. Permohonan Pendaftaran Hak Cipta di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 3. Selama proses pendaftaran Hak Cipta, sesuai dengan persyaratan
yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Hak Cipta tidak semua permohonan Hak Cipta dapat didaftarkan dan memperoleh sertifikat Hak
Perkembangan Sist em HKI di Indonesia
19
Kant or HKI-IPB
Cipta. Berdasarkan laporan tahunan Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM Tahun 2003, sejak tahun 1992 sampai dengan 2003 Hak Cipta
yang terdaftar dan memperoleh sertifikat sebanyak 17.585 60,50 Hak Cipta dalam negeri dan 785 67,09 Hak Cipta luar negeri.
Permohonan Hak Cipta sebanyak 6.123 permohonan yang berasal dari dalam negeri ditolak oleh Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM
karena tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam undang- undang Hak Cipta. Demikian juga dengan permohonan Hak Cipta dari
luar negeri, sebanyak 221 permohonan ditolak oleh Ditjen HKI- Departemen Hukum dan HAM.
Tabel 3. Permohonan Pendaftaran Hak Cipta di Indonesia
Tahun Penerimaan Terdaftar Ditolak
Lokal Asing Lokal Asing Lokal Asing
1992 2.887 93 1.919 69 939 20 1993 3.591 128 2.356 121 1.055 7
1994 3.738 209 2.366 143 1.093 61 1995 4.373 184 3.134 114 1.245 70
1996 4.646 294 2.869 195 1.147 38 1997 2.065 120 595 42 223 5
1998 580 26 311 6 222 20 1999 684 14 678 14 138 -
2000 1.026 23 608 10 5 - 2001 1.501 34 566 40 6 -
2002 1.877 21 1.223 29 19 - 2003 2.097 24 960 2 31
-
Jumlah 29.065 1.170 17.585 785 6.123 221
Sumber: Laporan Tahunan Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM, 2003
Apabila diperhatikan pada Tabel 3. terdapat kecenderungan yang menurun terhadap permohonan Hak Cipta terutama permohonan yang
Perkembangan Sist em HKI di Indonesia
20
Kant or HKI-IPB
berasal dari luar negeri. Hal tersebut bukan berarti suatu kegagalan dalam sosialisasi atau penyebaran informasi kepada masyarakat.
Sebaliknya, hal ini patut disyukuri sebagai suatu keberhasilan dimana masyarakat sudah lebih memahami bahwa perlindungan Hak Cipta tidak
harus didaftarkan ke Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM tetapi perlindungan Hak Cipta secara otomatis melekat terhadap suatu ciptaan.
3. Aplikasi Merek