Perkembangan Sist em HKI di Indonesia
16
Kant or HKI-IPB
D. Aplikasi HKI
1. Aplikasi Paten
Sejak dikeluarkannya Undang-undang Paten Nomor 6 Tahun 1989 yang mulai berlaku secara efektif tanggal 1 Agustus 1991 sampai
dengan keluarnya UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, permohonan Paten yang diajukan ke Ditjen HKI-Departemen Hukum
dan HAM sebagian besar masih berasal dari luar negeri. Secara keseluruhan, sampai dengan Tahun 2003, jumlah permohonan Paten
yang diajukan ke Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM telah mencapai 42.184 permohonan Tabel 2.
Jumlah permohonan Paten Indonesia yang sangat sedikit dibandingkan dengan permohonan Paten luar negeri dapat terjadi karena
masih kurangnya sosialisasi HKI yang dilakukan terutama oleh Pemerintah melalui Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM. Selain
itu, sebelum keluarnya UU Nomor 6 Tahun 1989 masih terjadi perdebatan yang panjang tentang seberapa pentingnya sistem Paten dan
manfaatnya bagi bangsa Indonesia. Walau demikian, dengan sosialisasi HKI yang terus dilakukan oleh berbagai pihak, jumlah permohonan
Paten dalam negeri dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Sampai dengan Tahun 2003, jumlah permohonan Paten
dalam negeri mencapai 2.709 permohonan yang terdiri dari 1.410 permohonan Paten dan 1.299 permohonan Paten Sederhana.
Pada tanggal 7 Mei 1997 Indonesia meratifikasi Patent Cooperation Treaty
PCT, yaitu suatu kesepakatan beberapa negarayang dikoordinasikan melalui World Intellectual Property
Organization WIPO untuk memberikan kemudahan dan kecepatan
dalam pengajuan permohonan Paten ke beberapa negara lain yang juga merupakan anggota PCT. Kesepakatan PCT yang mulai berlaku efektif
tanggal 5 September 1997 pada awalnya belum banyak dimanfaatkan negara-negara anggotanya. Pada tahun 1998 jumlah permohonan Paten
yang diajukan dari luar negeri melalui PCT terlihat masih sangat rendah,
Perkembangan Sist em HKI di Indonesia
17
Kant or HKI-IPB
yaitu sebanyak 145 permohonan. Tahun-tahun berikutnya, 1999 sampai dengan 2003, baru terlihat peningkatan yang cukup drastis terhadap
permohonan Paten dari luar negeri melalui PCT, rata-rata permohonan Paten luar negeri yang diajukan melalui mekanisme PCT sebanyak 2.569
permohonan per-tahun.
Tabel 2. Penerimaan Permohonan Paten di Indonesia
Tahun Paten Paten
Sederhana Jumlah
Dalam Negeri
PCT Dalam
Negeri
Luar Negeri
PCT Luar
Negeri Dalam
Negeri Luar
Negeri
1991 34 - 1.280 -
19 3 1.336
1992 67 - 3.905 -
12 43 4.027 1993 38
- 2.031 - 28 43 2.140
1994 29 - 2.305 -
33 60 2.427 1995 61
- 2.813 - 61 71 3.006
1996 40 - 3.957 -
59 76 4.132 1997 79
- 3.939 - 80 80 4.178
1998 93 - 1.608 145 109 32 1.987
1999 152 - 1.051 1.733 168 19 3.123
2000 156 1
983 2.750 213 38 4.141 2001 210
2 813 2.901 197 24 4.147
2002 228 18 621 2.976 157 48 4.048 2003 201
1 478 2.620 163 29 3.492
Total 1.388 22 25.784 13.125 1.299 566 42.184
Sumber: Laporan Tahunan Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM, 2003
Sangat berbeda dengan pengajuan permohonan Paten luar negeri yang menggunakan mekanisme PCT, permohonan Paten dalam negeri
yang menggunakan mekanisme PCT masih sangat sedikit, terlihat pada laporan tahunan Ditjen HKI-Departemen Hukum dan HAM, sampai
dengan tahun 2003 total permohonan Paten dalam negeri melalui PCT hanya 22 permohonan. Sedikitnya jumlah permohonan Paten dalam
Perkembangan Sist em HKI di Indonesia
18
Kant or HKI-IPB
negeri yang menggunakan mekanisme PCT dikarenakan biaya yang diperlukan untuk permohonan Paten melalui PCT cukup besar.
Dari data-data yang tergambar di atas, untuk pendaftaran Paten masih didominasi Paten asing, hanya sekitar 5,12 yang merupakan
Paten Indonesia. Sebaliknya untuk aplikasi Paten Sederhana, permohonan Paten Sederhana Dalam Negeri justru lebih banyak
dibandingkan permohonan Paten Sederhana Luar Negeri yang besarnya sekitar 30,35. Secara keseluruahan permohonan Paten dan Paten
Sederhana Dalam Negeri hanya sekitar 6,42 dari jumlah permohonan Paten yang diajukan ke Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar teknologi yang diterapkan di Indonesia merupakan teknologi yang berasal dari luar negeri.
2. Aplikasi Hak Cipta