Pembahasan gratilla di Perairan Teluk Kupang

hormon estradiol- 17β, yang selanjutnya diangkut dalam darah menuju oosit, diserap secara selektif dan selanjutnya disimpan sebagai bakal kuning telur. Pada saat vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga volume oosit membesar. P engamatan bulubabi T. gratilla yang ditangkap di perairan Teluk Kupang dari bulan Juni hingga bulan Desember, memperlihatkan bobot gonad didominasi ukuran 3.0 dan 3.1 – 6.0 g. Namun pada bulan Juni dan Juli ditemukan bobot gonad yang berukuran 6,1 – 12.0 g, selanjutnya menurun pada bulan September. Demikian halnya pada pengamatan IKG yang mencapai puncak pada bulan Desember. Hal ini menunjukkan kemungkinan terjadinya puncak pemijahan setelah bulan Desember puncak pemijahan tertinggi. IKG akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan dan akan turun kembali setelah pemijahan Effendie 1997. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Aslan 2005 yang mendapatkan nilai IKG T. gratilla mencapai puncak pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober. Hal ini menunjukkan perkembangan gonad yang sangat bervariasi sehingga setiap bulan IKG mencapai puncak. Hal ini mungkin berhubungan dengan kelimpahan makanan yang tersedia di habitatnya. IKG bulubabi bervariasi dari suatu tempat ke tempat lainnya oleh karena siklus reproduksi bulubabi dipengaruhi oleh musim suhu dan photoperiode dan kondisi geografis Siikavuopio et al. 2006. Bobot gonad dan IKG antara jantan dan betina T. gratilla tidak berbeda secara signifikan p0,05, namun berbeda signifikan diantara bulan pengamatan. Hal ini menunjukkan siklus reproduksi yang sinkronis diantara sex namun tidak sinkronis diantara bulan pengamatan. Penelitian Lamare et al. 2002 pada bulubabi Evichinus chloroticus di Teluk New Zealand juga mendapatkan IKG antara jantan dan betina tidak berbeda signifikan namun IKG kedua seks berubah signifikan sepanjang tahun. Mereka juga mendapatkan siklus gametogenik dapat berkaitan dengan perubahan musiman IKG. IKG minimum jantan dan betina didapatkan ketika mayoritas populasi berada pada tahap kosong spent atau pulih kembali recovery. Selanjutnya IKG meningkat selama diferensiasi dan proliferasi sel-sel germinal tahap bertumbuh dan pra matang dan mencapai maksimum pada saat matang. IKG menurun pada saat terjadi pelepasan gamet memijah. Pengamatan diameter telur menunjukkan pada setiap bulan pengamatan ditemukan telur yang matang yang juga didominasi oleh bobot gonad 3.1 – 6.0 g atau IKG 3.1 – 6.0 dan mencapai puncak pada bulan Desember. Hal ini menunjukkan bahwa matang gonad umumnya dimulai pada bobot gonad 3.1 – 6.0 g, dan pemijahan terjadi setiap bulan dan mencapai puncak setelah bulan Juli dan Desember. Peningkatan diameter telur diikuti oleh peningkatan bobot gonad. Hal ini disebabkan ketika proses vitelogenesis berlangsung, granula dan globul kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga volume oosit membesar. Dengan adanya aktivitas oosit tersebut maka bobot gonad atau IKG juga akan meningkat Yaron 1995. Ditemukannya telur dalam beberapa kelas ukuran juga menunjukkan bulubabi T. gratilla mempunyai perkembangan gonad yang asinkronis oleh karena pada setiap bulan pengamatan ditemukan individu dengan gonad yang berkembang hingga memijah dan pulih. Pola perkembangan gonad T. gratilla mengindikasikan tipe pemijahan yang terus menerus sepanjang tahun dengan puncak pemijahan pada pertengahan hingga mendekati akhir tahun Aslan 2005. Berdasarkan pada pengamatan warna gonad setiap bulan pengamatan, gonad yang bening belum berkembang ditemukankan pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Gonad berwarna coklat dan coklat kehijauan ditemukankan pada bulan Juni, Juli, September, dan Oktober. Warna gonad oranye muda dan oranye atau kuning muda, dan kuning mengindikasikan tingkatan gonad pra matang hingga matang ditemukan pada setiap bulan pengamatan. Warna gonad oranye menunjukkan tingkatan matang pada gonad betina, sedang warna kuning menunjukkan tingkatan matang pada gonad jantan. Pola warna gonad sejalan dengan pola bobot gonad, IKG, dan ukuran diameter telur. Peningkatan bobot gonad atau IKG akan diikuti peningkatan ukuran diamater telur dan perubahan warna yang sesuai dengan tingkat perkembangan gonad. Warna gonad berkualitas tinggi terbanyak ditemukan pada bulan Desember dan sedikit ditemukan pada bulan Oktober. Warna gonad berkualitas sedang terbanyak ditemukan pada bulan Oktober dan sedikit ditemukan pada bulan September dan Desember. Kualitas rendah terbanyak ditemukan pada bulan Agustus dan sedikit ditemukan pada bulan Juni. Hasil ini mengindikasikan bahwa kualitas warna gonad berhubungan dengan fase perkembangan gonad. Warna gonad yang berkualitas tinggi umumnya didapatkan pada fase pertumbuhan, pra matang dan pematangan awal, sedangkan kualitas warna gonad yang rendah umumnya didapatkan pada fase pulih dan matang akhir atau menjelang pemijahan. Produksi dan kualitas gonad yang maksimal dihasilkan pada fase pertumbuhan dan matang gonad Unuma et al. 1999. Pada bulubabi, gonad berisi sel-sel gamet dan sel-sel pagosit nutritif. Tahapan perkembangan gonad dicirikan oleh keberadaan sel-sel yang dominan, pergerakan sel-sel gamet ke pusat lumen folikel, kepadatan sel-sel gamet, ukuran ketebalan lapisan folikel, dan ukuran diameter oosit pada betina. Perkembangan gonad baik pada jantan maupun betina dimulai dari perkembangan spermatogonium dan spermatosit primer atau oogonium dan oosit primer yang menempel di dinding folikel dan berada diantara sel pagosit nutritif. Pada awal perkembangan gonad, gonad bulubabi didominasi oleh sel pagosit nutritif dengan lapisan folikel yang tipis. Seiring dengan perkembangan gonad, sel-sel pagosit nutritif akan berkurang jumlahnya dan ketebalan lapisan folikel meningkat hingga pada tahap matang gonad. Spermatosit maupun oosit akan terus bertambah kepadatannya dan bergerak ke pusat lumen folikel seiring dengan kematangannya. Gonad yang matang ditandai oleh kumpulan spermatozoa maupun oosit yang padat dan terakumulasi di pusat lumen folikel tanpa sel-sel nutritif phagosit dan ketebalan lapisan folikel menurun. Pada tahapan partial spawning, kepadatan spermatozoa maupun oosit menurun dengan ruang kosong yang terlihat jelas dalam lumen, sedangkan dinding folikel mulai bertambah tebal oleh sel-sel pagosit nutritif. Berbeda dengan ikan teleleostei pada umumnya dimana spermatogonia ataupun oogonia tersusun secara acak tersebar satu demi satu dan tidak ada pengaturan urutan. Hasil pengamatan setiap bulan selama penelitian memperlihatkan diameter tubuh berkisar 4.18 – 8.06 cm dengan rata-rata 5.97 ± 0.82. Diameter tubuh mengalami peningkatan dari bulan Juni hingga bulan September, dan menurun pada bulan Oktober. Hal ini berkaitan dengan umur pada saat penangkapan dalam 1 musim penangkapan dan aktifitas penagkapan. Bulubabi yang ditangkap jauh sebelum musim penangkapan umumnya memperlihatkan diameter tubuh yang kecil, demikian juga yang ditangkap setelah musim penangkapan. Sedang yang ditangkap pada musim penangkapan umumnya memperlihatkan diameter tubuh yang besar. Meskipun demikian, bila pada musim penangkapan kurang memberikan tekanan pada populasi bulubabi, maka bulubabi yang tertangkap setelah musim penangkapan akan memperlihatkan diameter tubuh yang bervariasi. Bobot tubuh bulubabi yang ditangkap selama penelitian berkisar 24.26 – 143.42 g dengan rata-rata 57.77 g ± 27.9. Dari bulan Juni hingga Agustus, bobot tubuh terus menurun dan meningkat pada bulan September, selanjutnya menurun kembali pada bulan Oktober dan mulai meningkat pada bulan Desember. Bobot tubuh bulubabi yang ditangkap di alam berkaitan dengan tipe substrat di habitatnya. Tipe substrat yang didominasi oleh campuran pasir berlumpur dan pecahan karang serta ditumbuhi oleh lamun yang pendek dengan kerapatan lamun yang tidak padat, biasanya memperlihatkan bobot tubuh yang lebih kecil. Sedang tipe substrat yang didominasi oleh campuran pasir berlumpur dan pecahan karang serta ditumbuhi oleh lamun yang agak tinggi dengan kerapatan lamun bervariasi tetapi ditumbuhi oleh berbagai jenis makroalga, umumnya memperlihatkan bobot tubuh yang besar. Hasil analisis regresi memperlihatkan hubungan antara bobot tubuh dengan diameter tubuh yang kuat. Pertambahan diameter tubuh cangkang seiring dengan pertambahan bobot tubuh. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Aslan 2005 yang juga mendapatkan bahwa diameter tubuh sangat erat mempengaruhi bobot tubuh bulubabi. Namun hubungan antara bobot tubuh dengan IKG kurang kuat dibandingkan hubungan antara bobot tubuh dengan bobot gonad. Bulubabi yang bobot gonadnya besar belum tentu memiliki bobot tubuh yang besar pula dan sebaliknya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena sebagian besar rongga tubuh bulubabi dipenuhi oleh makanan dan air sehingga pada saat bulubabi ditangkap, apabila didapatkan bulubabi yang baru selesai makan maka sebagian besar rongga tubuhnya dipenuhi oleh makanan sehingga bobot tubuhnya tinggi, sebaliknya apabila didapatkan bulubabi yang belum makan maka makanan dalam rongga tubuhnya sedikit, sehingga bobot tubuhnya rendah meskipun memiliki gonad yang besar. Dengan demikian penggunaan bobot gonad lebih tepat dalam mengidentifikasi perkembangan gonad bulubabi.

4.2 Perkembangan Gonad Bulubabi dalam Wadah Budidaya

4.2.1 Hormon Testosteron

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi hormon testosteron pada gonad T. gratilla minimum sebesar 167.29 pgg dan maksimum sebesar 723.02 pgg. Konsentrasi testosteron dalam ovari pada minggu ke-2 sebesar 315.17 pgg dan mencapai puncak pada minggu ke-7 sebesar 527.19 pgg, selanjutnya menurun pada minggu ke-9 sebesar 180.87pgg dan mulai meningkat kembali pada minggu ke-11 sebesar 283.11 pgg. Konsentrasi testosteron dalam testis yang diamati pada minggu ke-2, 3, dan 9 menunjukkan konsentrasi terendah pada minggu ke-2 sebesar 167.29 pgg dan meningkat pada minggu ke-3 sebesar 337.40 pgg, selanjutnya menurun pada minggu ke-9 sebesar 195.74 pgg. Profil hormon testosteron pada ovari dan testis disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Profil hormon testosteron pgg pada gonad bulubabi dengan n= 1 – 2 pada setiap pengamatan. Hasil pengamatan konsentrasi testosteron pada cairan koelomik bulubabi mencapai rata-rata sebesar 86.38 ± 8.90 pgml. Konsentrasi testosteron mencapai 100 200 300 400 500 600 700 minggu ke- 2 minggu ke- 3 minggu ke- 5 minggu ke- 7 minggu ke- 9 minggu ke- 11 T e s tos te ron gona d pgg T ovari T testis maksimal sebesar 103.34 pgml dan minimal sebesar 76.28 pgml. Selama penelitian konsentrasi testosteron berfluktuasi dan mencapai puncak pada minggu ke-4 90.49 ± 18.17 pgml dan ke-8 89.44 ± 9.16 pgml selanjutnya menurun pada minggu ke-5 84.75 ± 2.93 dan ke-10 82.86 ± 9.31pgml.

4.2.2 Hormon Estradiol E2

Hasil pengamatan terhadap konsentrasi estradiol pada gonad yang diukur setiap 2 minggu berkisar antara 11.15 – 1999.19 pgg dengan rata-rata 483.92 pgg. Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi estradiol ovari pada minggu ke- 2 sebesar 591.57 pgg, terus meningkat pada minggu ke-5 dan mencapai puncak pada minggu ke-7 sebesar 1999.20 pgg. Konsentrasi E2 pada testis yang diukur pada minggu ke-2, 3, dan 9 menunjukkan pada minggu ke-2 konsentrasi E2 sebesar 11.15 pgg, mulai meningkat pada minggu ke-3 sebesar 73.87 pgg dan selanjutnya menurun pada minggu ke-9 sebesar 13.21 pgg Gambar 16. Gambar 16 Profil estradiol pgg pada ovari dan testis bulubabi dengan n=1 – 2 pada setiap pengamatan. Hasil pengamatan konsentrasi E2 pada cairan koelomik selama penelitian mencapai rata-rata 100.53 pgml. Kadar maksimal sebesar 403.88pgml dan minimal 12.73 pgml. Rata-rata konsentrasi E2 cairan koelomik pada setiap pengamatan disajikan pada Gambar 17. 500 1000 1500 2000 2500 minggu ke- 2 minggu ke- 3 minggu ke- 5 minggu ke- 7 minggu ke- 9 minggu ke- 11 E st ra di o l go n ad pg g E2 ovari E2 testis