berukuran besar. Ukuran dan tipe pakan tidak signifikan mempengaruhi tekstur, tetapi kedua faktor secara signifikan mempengaruhi kekompakan dan rasa. Gonad
bulubabi yang diberi pakan buatan, lebih lembek dan mempunyai kandungan air lebih banyak dibandingkan dengan gonad bulubabi yang diberi kelp.
Selain warna, tekstur, rasa dan aroma juga menentukan mutu gonad. Gonad bulubabi yang baik adalah teksturnya kompak, manis, dan berbau seperti
rumput laut segar. Rasa enak manis dari gonad berhubungan dengan tingginya konsentrasi asam amino, seperti; alanina, arginina, asam glutamat, glisina, lisina,
serina dan taurina. Sebaliknya, rasa pahit dari gonad berhubungan dengan tingginya kadar valina dan puserrimina Pearce et al. 2004.
Gonad bulubabi mengandung nilai gizi yang tinggi. Gonad mengandung protein, lemak, glikogen, kalsium, fosfor, vitamin B kompleks, dan vitamin A.
Protein adalah komponen yang dominan dalam pakan yang dapat mempengaruhi produksi gonad. Gonad bulubabi juga diperkirakan mengandung sekitar 18 asam
amino yang penting untuk pertumbuhan. Kandungan kimia gonad maupun nilai gizi gonadnya sangat bervariasi menurut jenis bulubabi dan faktor lainnya, antara
lain: jenis T. gratilla dalam kondisi segar mempunyai kadar air, protein, lemak, dan abu masing – masing sebesar 81.39; 14.43; 1.89; dan 3.92, jenis E.
calamaris dalam kondisi segar sebesar 69.34; 15.64; 3.61, dan 2.48, dan
jenis D. Setosum sebesar 69.47; 16.99; 2.45; 2.25 Murniyati dan Setiabudi 1998.
2.7 Makanan
Jenis makanan bulubabi T. gratilla sangat bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangannya. Larva biasanya memakan diatom – diatom plantonik, tetapi
pada tahap juvenil memakan diatom – diatom sesil, dan yang telah berukuran besar memakan makroalga, lamun, dan mikro flora Yamaguchi 1991. T.
gratilla yang telah dewasa dapat memakan bermacam – macam makroalga, antara
lain: Sargassum spp., Padina spp., Hydroclathrus clathrus, Cladosiphon okamwarmus
., Hypnea charoides, Gracilaria blodgettii, Ceratodictyon spongiosum
. Berdasarkan hasil analisa lambung T. gratilla yang diambil dari alam, menunjukkan bahwa yang paling dominan sebagai makanannya adalah
Sargassum spp., Padina spp., dan Hydroclathrus clathrtus, serta lamun lainnya.
Makroalga merupakan makanan alami bulubabi dan mengandung Poly Unsaturated Fatty Acid
PUFA, yang secara taxonomi dikarakterisasi sebagai berikut: makroalga hijau kaya 16:4n-3, 18:3n-3, dan 18:4n-3; makroalga merah
kaya 20:4n-6 dan 20:5n-3; dan makroalga coklat kaya 18:3n-3, 18:4n-3, 20:4n-6 dan 20:5n-3 Floreto dan Ishikawa 1996.
2.8 Kontrol Hormon dalam Reproduksi Bulubabi
Reproduksi pada ikan berada di bawah kontrol poros hipothalamus – hipofisis – gonad. Ada tiga faktor yang terlibat dalam reproduksi ikan yaitu sinyal
lingkungan, hormon, dan organ reproduksi. Sistim hormon pada reproduksi ikan dibedakan dalam dua hal, yaitu pematangan gonad serta ovulasi dan pemijahan
Zairin 2003. Pada echinodermata, pematangan seksual dan pemijahan diatur oleh suatu
sistem hormon yang sederhana, yakni: 1 Gonad-Stimulating Substance GSS dihasilkan oleh syaraf radial, 2 Maturating-Inducing Substance MIS disintesis
oleh sel-sel folikel ovari, dan 3 Gonad- Inhibiting Substance GIS yang dibentuk oleh syaraf radial. Gonad Stimulating Substance adalah protein
sederhana dengan bobot molekul sekitar 2000 sedangkan hormon folikular adalah purin 1-metiladenin Lafont 2000. Selain hormon 1-metil adenin MIS pada
kelompok echinodermata dan moluska ditemukan hormon vertebrate-type steroid
. Gonad moluska dan echinodermata dapat memproduksi steroid secara de novo
dan sintesis steroid ini dibantu oleh enzim cytokrom P-450. Keberadaan steroid pada hewan fitofage kemungkinan juga berasal dari tumbuhan yang
dimakan, oleh karena molekul steroid banyak terdapat pada tumbuhan Lafont 2000.
Perkembangan gonad bulubabi dipengaruhi oleh akumulasi nutrien ke dalam pagosit nutritif melalui sintesis vitelogenin vitelogenesis dibawah
rangsangan hormon steroid Unuma 1999. Vitelogenesis terjadi karena adanya sinyal lingkungan yang diterima oleh syaraf radial. Sebagai respon, syaraf radial
akan melepaskan GSS Gonad Stimulating Substance yang akan merangsang sel-sel folikel gonad mensintesis MIS Maturating Inducing Substance seperti 1-
metiladenin dan hormon steroid testosteron dan estradiol secara de novo dengan
bantuan enzim cytokrom P450. Testosteron dan estradiol merangsang pelepasan nutrien ke gonad melalui cairan koelomik dari usus dan juga merangsang
pengambilan nutrien dari cairan koelomik melalui sel gonadal nutritif pagosit nutritif yang selanjutnya mensuplai nutrien ke gamet secara langsung melalui
lumen gonadal. Akibatnya gonad berkembang hingga mencapai ukuran maksimum dan menunggu sinyal lingkungan berikutnya. Selanjutnya sinyal
lingkungan diterima oleh syaraf radial, dan sebagai respon syaraf radial melepaskan neurosekresi polipeptida yang berperan langsung pada sel-sel folikel
untuk merangsang sintesis 1-metiladenin, dan selanjutnya merangsang ovulasi, pelepasan gamet, dan tingkah laku reproduksi.
Penelitian Unuma 1999 mendapatkan hormon steroid androstenedion, estron, dan derivatnya dapat merangsang perkembangan gonadal dan
gametogenesis pada juvenil bulubabi merah Pseudocentrotus depressus. Jantan P. depressus
berdiameter 20 mm yang diberi pakan bersteroid androstenedion dan estron menghasilkan IKG yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol. Spermatogenesis juga lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebaliknya pada betina P. depressus perlakuan pakan bersteroid tidak
menunjukkan pengaruh, kemungkinan karena masih terlalu muda sehingga juvenil betina belum siap melaksanakan gametogenesis.
Tidak seperti hewan ovipar lainnya, pada bulubabi, protein yolk tidak hanya khusus pada betina. Protein yolk terakumulasi dalam pagosit nutritif sebagai
sumber nutrien untuk gametogenesis, tidak hanya pada betina tetapi juga pada jantan Unuma 1999. Akumulasi nutrien ke dalam pagosit nutritif telah
ditingkatkan oleh steroid melalui sintesis vitelogenin.
III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2008 hingga Oktober 2009. Pengambilan sampel bulubabi dari alam dilakukan di perairan Teluk Kupang,
percobaan dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai BBIP Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Nusa Cendana Kupang. Analisa proximat dan pengukuran diameter telur dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, dan analisa energi pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan, IPB. Pembuatan
preparasi histologi dilakukan di Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pengukuran estradiol dan testosteron pada gonad dan cairan
koelomik dilakukan di Laboratorium RIA, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Analis
a total karotenoid, dan β-karoten dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu 1 Kajian beberapa aspek reproduksi T. gratilla di alam, 2 Kajian perkembangan gonad dalam wadah
budidaya, 3 Kajian pengaruh kadar protein dan rasio energi protein yang berbeda terhadap produksi gonad T. gratilla, dan 4 Kajian pengaruh hormon estradiol
17- β dalam mempercepat pematangan gonad T. gratilla yang berbeda ukuran.
Tahap I : Mengkaji beberapa aspek reproduksi bobot gonad, IKG, diameter telur, dan histologi gonad T. gratilla yang ditangkap dari alam.
Hasil percobaan tahap pertama ini digunakan sebagai acuan untuk percobaan selanjutnya.
TahapII : Mengkaji perkembangan gonad T gratilla dalam wadah budidaya. Percobaan ini dilakukan untuk memperoleh data waktu dan
tingkatan perkembangan gonad, profil hormon estradiol dan testosteron T. gratilla yang diberi makroalga dalam wadah
budidaya. Tahap III : Mengkaji pengaruh kadar protein dan rasio energi protein yang
berbeda terhadap produksi gonad T. gratilla. Percobaan ini untuk memperoleh kadar protein dan rasio energi protein yang optimal
untuk meningkatkan produksi gonad T. gratilla. Produksi gonad dapat diindikasikan pada kuantitas gonad seperti bobot gonad dan
kualitas gonad seperti: kandungan protein, total karotenoi d, β-
karoten, warna, tekstur, dan rasa gonad. Tahap IV:
Mengkaji pengaruh penambahan hormon Estradiol 17- β dalam
pakan buatan terhadap perkembangan gonad T. gratlla pada beberapa ukuran diameter tubuh. Percobaan ini dilakukan untuk
memperoleh dosis hormon yang optimun dalam mempercepat perkembangan gonad T. gratilla dan ukuran T. gratilla yang
optimum dalam merespon hormon Estradiol 17- β. Fenomena
tersebut dapat diindikasikan antara lain pada peningkatan bobot gonad, ukuran diameter telur, profil hormon estradiol dan
testosteron, dan lama waktu perkembangan gonad.
3.1 Penelitian Aspek Reproduksi