Perkembangan Gonad Bulubabi dalam Wadah Budidaya

maksimal sebesar 103.34 pgml dan minimal sebesar 76.28 pgml. Selama penelitian konsentrasi testosteron berfluktuasi dan mencapai puncak pada minggu ke-4 90.49 ± 18.17 pgml dan ke-8 89.44 ± 9.16 pgml selanjutnya menurun pada minggu ke-5 84.75 ± 2.93 dan ke-10 82.86 ± 9.31pgml.

4.2.2 Hormon Estradiol E2

Hasil pengamatan terhadap konsentrasi estradiol pada gonad yang diukur setiap 2 minggu berkisar antara 11.15 – 1999.19 pgg dengan rata-rata 483.92 pgg. Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi estradiol ovari pada minggu ke- 2 sebesar 591.57 pgg, terus meningkat pada minggu ke-5 dan mencapai puncak pada minggu ke-7 sebesar 1999.20 pgg. Konsentrasi E2 pada testis yang diukur pada minggu ke-2, 3, dan 9 menunjukkan pada minggu ke-2 konsentrasi E2 sebesar 11.15 pgg, mulai meningkat pada minggu ke-3 sebesar 73.87 pgg dan selanjutnya menurun pada minggu ke-9 sebesar 13.21 pgg Gambar 16. Gambar 16 Profil estradiol pgg pada ovari dan testis bulubabi dengan n=1 – 2 pada setiap pengamatan. Hasil pengamatan konsentrasi E2 pada cairan koelomik selama penelitian mencapai rata-rata 100.53 pgml. Kadar maksimal sebesar 403.88pgml dan minimal 12.73 pgml. Rata-rata konsentrasi E2 cairan koelomik pada setiap pengamatan disajikan pada Gambar 17. 500 1000 1500 2000 2500 minggu ke- 2 minggu ke- 3 minggu ke- 5 minggu ke- 7 minggu ke- 9 minggu ke- 11 E st ra di o l go n ad pg g E2 ovari E2 testis Gambar 17 Profil estradiol pgml pada cairan koelomik bulubabi dengan n= 2 pada setiap pengamatan. Konsentrasi E2 cairan koelomik meningkat pada minggu ke-2 sebesar 208.61 pgml, selanjutnya menurun pada minggu ke-4 sebesar 24.03 pgml dan mengalami peningkatan kembali pada minggu ke 5 dan seterusnya meningkat hingga minggu ke-10 sebesar 185.16 pgml. Konsentrasi E2 pada cairan koelomik lebih rendah dibandingkan pada gonad bulubabi.

4.2.3 Bobot Gonad Rataan bobot gonad bulubabi dari minggu ke-2 mengalami peningkatan

hingga minggu ke-3 pengamatan kemudian menurun pada minggu ke-5 hingga minggu ke-7. Selanjutnya meningkat kembali pada minggu ke-9 dan menurun pada minggu ke-11 Gambar 18. Peningkatan bobot gonad hingga mencapai puncak terjadi dua kali yaitu pada minggu ke-3 dan 9 yang menunjukkan kondisi matang akhir dan kemungkinan terjadi pemijahan setelah minggu ke-3 dan ke-9. Bobot gonad paling rendah 0.72 g ditemukan pada minggu ke-7 dimana konsentrasi hormon testosteron dan estradiol tinggi, sedang bobot gonad tertinggi 6.15 g ditemukan pada mingguke-9, dimana kadar testosteron dan E2 rendah. Hal ini menunjukkan hormon testosteron dan E2 berperan pada awal perkembangan gonad jantan dan betina bulubabi. 50 100 150 200 250 MG 2 MG 4 MG 5 MG 8 MG 10 E st ra d io l p g m l Pengamatan minggu ke- Gambar 18 Rataan bobot gonad g bulubabi selama pengamatan n= 2.

4.2.4 Diameter Telur

Rata-rata diameter telur yang dicapai mengalami peningkatan dari minggu ke-2 hingga minggu ke-3, kemudian mengalami penurunan pada minggu ke-5 hingga ke-7. Diameter telur meningkat kembali dari minggu ke-9 hingga minggu ke-11. Nilai rata-rata diameter telur disajikan pada Gambar 19. Pengamatan distribusi frekuensi ukuran diameter telur pada setiap waktu pengamatan Gambar 20 selama penelitian mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-11 menunjukkan pada umumnya gonad betina T.gratilla mencapai tahap pra matang dan matang. Gambar 19 Rata-rata diameter telur bulubabi. 1 2 3 4 5 6 minggu ke-2 minggu ke-3 minggu ke-5 minggu ke-7 minggu ke-9 minggu ke-11 B o bo t g o na d g 10 20 30 40 50 60 70 minggu ke-2 minggu ke-3 minggu ke-5 minggu ke-7 minggu ke-9 minggu ke-11 D ia m et er t el u r µ m Pada minggu ke-2 ovari didominasi oleh telur berukuran 25 μm yang mengindikasikan tahap developing bertumbuh dan atau recovery atau pulih kembali dan telur berukuran 26 – 50 μm yang mengindikasikan tahap berkembang. Selanjutnya pada minggu ke-3, telur didominasi ukuran 51 – 75 μm yang mengindikasikan tahap pra matangmatang. Pada minggu ke-5, telur berada pada berbagai kelas ukuran dalam persentase yang hampir berimbang, dan pada minggu ke-7 telur didominasi ukuran 25 μm. Gambar 20 Distribusi frekuensi diameter telur μm bulubabi dengan n= 1 – 2 pada setiap pengamatan. Pada minggu ke-9 telur didominasi ukuran 26 – 50 dan 51 – 75 μm dan pada minggu ke-11 ditemukan telur berukuran 51 – 75 dan 76 – 100 μm dalam jumlah yang tertinggi dibandingkan minggu-minggu pengamatan sebelumnya. Telur matang yang berukuran 76 – 100 µ m ditemukan pada minggu ke-3, 5, 7, dan 11. Telur berukuran 25 µ m terbanyak ditemukan pada minggu ke-7; ukuran 26 – 50 µm terbanyak ditemukan pada minggu ke- 9; ukuran 51 – 75 dan 76 – 100 µ m terbanyak ditemukan pada minggu ke-11. Penurunan bobot gonad terjadi pada minggu ke-5 dan ke-11 menunjukkan telah terjadi pemijahan. Kualitas air selama penelitian mencapai kisaran yang optimal untuk pertumbuhan bulubabi, yaitu suhu berkisar 29 – 33 o C dan salinitas berkisar 30 – 33 ppt. Di Indonesia bulubabi cenderung hidup pada kisaran suhu 25 – 33 o C dan salinitas 29 – 33 ppt Aslan 2005. 10 20 30 40 50 60 70 2 3 5 7 9 11 F re k ue ns i di a m e te r t e lur Pengamatan minggu ke- 25 26-50 51-75 76-100

4.2.5 Pembahasan

Pada proses pematangan gonad ikan pada umumnya, kerja hormon gonadotropin I merangsang lapisan teka pada oosit mensintesis testosteron dan di lapisan granulosa akan diubah menjadi estradiol- 17β. Estradiol-17β selanjutnya akan merangsang sintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur di hati. Vitelogenin ini akan dibawa oleh aliran darah dan diserap oleh lapisan folikel oosit. Akibatnya oosit akan membesar hingga mencapai ukuran maksimum Zairin 2003. Pada bulubabi, sintesis vitelogenin juga dikontrol oleh hormon steroid. Akumulasi nutrien ke dalam pagosit nutritif dirangsang oleh hormon steroid selama proses vitelogenesis. Hormon estradiol 17- β merangsang sintesis vitelogenin pada saluran pencernaan dan dibawa ke gonad melalui cairan koelomik Unuma 1999; Barbaglio et al. 2007. Oleh karena itu, kadar steroid pada plasma atau cairan koelomik atau pada gonad dapat dijadikan indikator pematangan gonad. Pemeliharaan dalam wadah budidaya menunjukkan testosteron dan estradiol meningkat dari minggu ke-2 dan mencapai puncak pada minggu ke-7. Sebaliknya bobot gonad terendah pada minggu ke-7 dan didominasi oleh oosit berdiameter 25 µ m. Profil hormon berbanding terbalik dengan bobot gonad dimana pada gonad berbobot kecil konsentrasi hormon testosteron dan estradiol tinggi, sebaliknya pada gonad berbobot besar konsentrasi hormon rendah. Hal ini berkaitan dengan tahap perkembangan gonad bulubabi dimana hormon testosteron dan estradiol tinggi pada awal perkembangan gonad yakni pada tahap pertumbuhan dan pra matang selama proses vitelogenesis, sebaliknya rendah pada akhir vitelogenesis. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Balbaglio et al. 2007 pada bulubabi Paracentrotus lividus yang mendapatkan konsentrasi estradiol pada ovari tinggi pada tingkatan pertumbuhan selama vitelogenesis dan pada tingkatan recovery yaitu ketika gonad sedang mengalami pemulihan untuk siklus yang baru. Mereka juga mendapatkan konsentrasi testosteron pada ovari tertinggi dihasilkan pada tingkatan pertumbuhan selama vitelogenesis. Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi testosteron pada testis tinggi pada tahap pertumbuhan dan pra matang. Wasson et al. 2000 mendapatkan konsentrasi testosteron dan estradiol lebih tinggi selama periode awal perkembangan ovari dan testis Lyitechinus variagatus. Konsentrasi estradiol dan testosteron pada ovari tinggi pada individu Lytechinus variagatus yang gonadnya kecil dan menurun sejalan dengan peningkatan ukuran gonad. Demikian juga pada testis, konsentrasi testosteron dan estradiol tinggi pada gonad berukuran kecil. Hal ini menunjukkan pada saat gonad mencapai tingkat kematangan akhir maka sintesis estradiol akan menurun, sebagai umpan balik negatif estrogen terhadap hormon yang menstimulasi sintesis estradiol Singh dan Singh 1990. Barbaglio et al. 2007 mendapatkan konsentrasi estradiol lebih rendah daripada konsentrasi testosteron pada ovari dan testis, dan konsentrasi estradiol lebih rendah pada jantan daripada betina Paracentrotus lividus. Namun pada penelitian ini didapatkan konsentrasi estradiol lebih tinggi dari konsentrasi testosteron pada ovari dan testis. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya penambahan hormon estradiol dari luar ditambah dengan hormon estradiol yang dihasilkan oleh gonad itu sendiri, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi estradiol di gonad. Pada cairan koelomik bulubabi didapatkan konsentrasi estradiol lebih tinggi dari konsentrasi testosteron, kemungkinan karena testosteron cepat diubah menjadi estradiol dan juga adanya penambahan estradiol dari luar. Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi estradiol dan testosteron dalam cairan koelomik lebih rendah dibandingkan dalam gonad bulubabi. Distribusi ukuran diameter oosit pada penelitian ini menunjukkan pada minggu ke-2 setelah bulubabi memijah, oosit kebanyakan berada pada tahap berkembang dan pra matang yang hampir seimbang. Selanjutnya mulai minggu ke-3 oosit terus bertambah ukurannya sehingga mulai ditemukan oosit yang sudah matang dalam jumlah kecil. Pertambahan ukuran oosit terus berlangsung hingga minggu ke-11 didapatkan oosit yang matang dalam jumlah besar 35. Pada minggu ke-9 dan ke-11 didapatkan ukuran oosit kembali meningkat dan mayoritas berada pada tahap pra matang dan matang. Bobot gonad betina terbesar pada minggu ke-9 dimana lebih banyak ditemukan oosit yang berukuran 26 – 50 µ m bertumbuh dan 51 – 75 µ m pra matang sebaliknya pada minggu ke-7, ditemukan bobot gonad paling kecil 0.72 g dan didominasi oleh oosit yang berdiameter 25 µ m. Peningkatan diameter oosit dan bobot gonad diikuti oleh penurunan kadar hormon estradiol. Pertumbuhan oosit hingga mencapai ukuran maksimal karena akumulasi dan sintesis vitelogenin dibawah rangsangan hormon steroid Yaron 1995; Unuma et al . 1999. Selama proses vitelogenesis, ukuran dan jumlah granula kuning telur meningkat sehingga volume oosit bertambah dan bobot gonadpun meningkat. Akumulasi vitelogenin ke dalam oosit memberikan umpan balik negatif terhadap sintesis hormon estradiol, sehingga semakin bertambah diameter oosit dan bobot gonad, maka semakin berkurang kadar hormon estradiol Singh dan Singh 1990. Vitelogenesis terjadi karena adanya sinyal lingkungan yang diterima oleh syaraf radial. Sebagai respon, syaraf radial akan melepaskan GSS Gonad Stimulating Substance yang akan merangsang sel-sel folikel gonad mensintesis steroid testosteron dan estradiol secara de novo dengan bantuan enzim cytokrom P450 dan MIS Maturating Inducing Substance seperti 1-metiladenin Lafont 2000. Pengamatan bobot gonad baik di alam maupun dalam wadah budidaya memperlihatkan bobot gonad didominasi bobot 3.0 g dan 3.1 – 6.0 g. Diameter oosit dalam beberapa kelas ukuran didapatkan baik dalam wadah budidaya maupun di alam. Namun dalam wadah budidaya didapatkan persentase dari kelas ukuran oosit yang cenderung hampir sama meskipun ukuran 25 µ m yang didapatkan lebih banyak. Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan di alam dimana oosit lebih di dominasi kelas ukuran 51 – 75 µ m. Meskipun diameter oosit dan bobot gonad bulubabi yang ditangkap di alam sedikit lebih baik daripada yang dipelihara dalam wadah budidaya namun hasil tersebut menunjukkan bahwa bulubabi layak untuk dipelihara dalam wadah budidaya.

4.3 Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Berbeda

4.3.1 Bobot Gonad

Bobot gonad bulubabi yang dihasilkan dalam percobaan ini tertinggi dihasilkan pada perlakuan G 32: 9 dan terendah dihasilkan pada perlakuan A 22: 9 Gambar 21. Pada perlakuan A, B, dan C dengan kadar protein 22 dan rasio CP masing-masing sebesar 9, 11, dan 13 kkal GEg, bobot gonad tertinggi dihasilkan pada perlakuan C 22;13, sedang pada perlakuan G, H, I dengan kadar protein 32 dan rasio CP sebesar 9,11, dan 13 kkal, bobot gonad tertinggi pada perlakuan G 32;9. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan kadar protein rendah dibutuhkan rasio CP yang tinggi, sebaliknya pada perlakuan dengan kadar protein tinggi dibutuhkan rasio CP yang rendah. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pada perlakuan G, protein pakan optimal dimanfaatkan untuk meningkatkan bobot gonad bulubabi. Gambar 21 Bobot gonad g bulubabi pada beberapa perlakuan protein;CP dengan n= 3 – 7. Selanjutnya kadar protein dan interaksi protein energi CP nyata mempengaruhi peningkatan bobot gonad bulubabi p0.05 Lampiran 8.

4.3.2 Protein Gonad

Rataan kadar protein gonad pada setiap perlakuan berkisar antara 48.25 – 64. 45 Gambar 22. Induk bulubabi T. gratilla yang mendapat pakan perlakuan G P.32 ; CP.11 menghasilkan protein gonad tertinggi sebesar 64.45. Hal ini menunjukkan peningkatan protein pakan dapat meningkatkan kandungan protein gonad bulubabi. Selanjutnya kadar protein pakan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kadar protein gonad p 0.05 Lampiran 9. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 A B C D E F G H I B o bo t g o na d g Protein;CP