Berdasar hasil perhitungan nilai peluang probabilitas, maka pemberian biskuit probiotik biskuit biasa dengan krim probiotik P2 dan biskuit tinggi
protein dengan krim probiotik P3 P4 pada balita BBR lebih efektif untuk menurunkan episode diare daripada pemberian biskuit tinggi protein P1.
10. Analisis Ekonomi Usaha Biskuit
Analisis ekonomi usaha pembuatan biskuit fungsional dapat dilakukan dengan mengkaji kelayakan ekonomi mulai dari : 1 pembuatan tepung protein
ikan; 2 krim probiotik yang dimikroenkapsulasi dan 3 biskuit tinggi protein .
10.1 Analisa ekonomi tepung protein ikan lele.
Tepung protein ikan lele, merupakan salah satu bahan baku biskuit fungsional yang menjadi pembeda dengan biskuit pada umumnya dan sekaligus
menentukan kualitas kandungan gizi protein, cita rasa daya terima serta biaya produksi. Komponen biaya yang perlu diperhitungkan, diantaranya bahan
baku, investasi peralatan dan bangunan serta tenaga dan bahan bakar listrik. Komponen biaya lain yang perlu diperhitungan dalam proses pembuatan tepung
ikan lele, antara lain listrik, kemasan, transportasi, telepon, bangunan dan pajak.
Bahan baku utama dalam pembuatan tepung protein ikan adalah ikan lele dumbo, dengan ukuran 2-3 ekor per kg. Harga ikan lele dumbo di pasaran
Sukabumi dan sekitarnya adalah Rp 13.000,00 per kg. Selain daging, bagian ikan lele yang dapat atau berpotensi dimanfaatkan adalah kepala dan tulang
sebagai bahan tepung; kulit sebagai keripik atau snack lainnya, serta minyak ikan. Diantara bahan tersebut, yang sudah dapat dimanfaatkan adalah daging,
kepalatulang serta kulit. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tepung ikan lele dengan
bahan baku daging maupun kepalatulang ikan lele adalah retort, pressure electric, drum dryer, grinder, disk mill, vacuum sealer, freezer, ember, pisau fillet,
timbangan serta peralatan rumahtangga lainnya, sedangkan untuk pengolahan kulit sebagai keripik adalah peralatan penggorengan.
Tenaga yang diperlukan dalam proses pembuatan tepung dengan kapasitas 417 kg bahan lele per hari, diantaranya adalah 6 orang operator untuk
menjalankan beberapa peralatan pengolahan yang berbasis mesin elektrik, 3 orang tenaga kasar untuk mengerjakan persiapan bahan dan penanganan
limbah serta 1 orang tenaga administrasi untuk menunjang kelangsungan kegiatan yang terkait administrasi.
Analisis ekonomi usaha tepung protein ikan lele diperhitungkan dengan 3 jenis produk output sekaligus yaitu produk tepung protein ikan daging lele;
tepung kepalatulang ikan lele; serta keripik kulit ikan lele. Analisis kelayakan ekonomi, dihitung dengan menjumlahkan komponen biaya yang terdiri dari: 1
Bahan, 2 Susut alat, 3 Listrik, 4 Tenaga kerja, 5 Kemasan, 6 Transportasi, 7 Telepon , 8 minyak goreng serta margin ditetapkan 25 untuk tepung daging
ikan lele dan tepung kepalatulang ikan lele, sedangkan margin keripik kulit ikan
lele adalah sebesar 100. Perhitungan secara lengkap pada Lampiran 4.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan menghasilkan 3 produk sekaligus yaitu tepung ikan lele dari bahan baku daging biaya produksi per kg
Rp 126,283.32, harga jual dengan asumsi margin 25 adalah Rp 157,854.15 per kg; tepung ikan lele dari kepalatulang biaya produksi Rp 26,049.98 per kg,
harga jual dengan asumsi margin 25 adalah Rp 32,562.47 per kg serta keripik kulit ikan biaya produksi Rp 22,797,91 per kg, harga jual dengan asumsi margin
100 adalah Rp 45,595.81 per kg, dapat diperoleh pendapat kumulatif sebesar Rp 191,486,350.80 per bulan, dengan keuntungan profit bersih yang diperoleh
per bulan Rp 14,204,832.99.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka estimasi recovery modal usaha atau RoI pembuatan tepung ikan dengan diversifikasi produk 3 produk
olahan akan dapat tercapai dalam waktu 49 bulan 4 – 4.5 tahun, dengan menghasilkan 3 produk sekaligus. Untuk meningkatkan daya saing harga
tepung protein ikan di pasaran, tanpa menurunkan sifat fungsional sebagai bahan baku biskuit atau makanan lainnya, dapat dilakukan dengan
pencampuran mixing antara tepung protein ikan dari bagian daging dengan tepung ikan dari bagian kepalatulang ikan lele, dengan rasio sebesar 3.5 : 1.5
sehingga diperoleh harga dasar tepung ikan lebih murah Rp 96,213.32 per kg, dengan harga jual asumsi margin 25 sebesar Rp 120,266.65 per kg.
10.2. Analisis ekonomi biaya krim probiotk