Persiapan Penyusunan Peta Dasar dan Peta Tematik

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 . Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai Desember 2004 sampai dengan Desember 2005. Lokasi penelitiannya terletak di wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, sedangkan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi P3TISDA BPPT, Jakarta.

3.2 . Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Landsat TM Kabupaten Sumedang path-row 121-065 akuisisi 18 September tahun 1996, Landsat ETM7+ path-row 121 -065 akuisisi 12 Agustus tahun 2002, dan ASTER akuisisi 30 Agustus tahun 2003, peta topografi, serta beberapa peta tematik seperti Peta Geologi, Peta Tutupan Lahan, Peta Kontur, Peta Infrastruktur, Peta Dasar, dan Peta Tanah. Software yang digunakan adalah ERDAS Imagine 8.7, Multispec, Global Mapper 6.05, Arc View 3.3 dan Global Positioning System GPS.

3.3 . Metodologi

Secara sistematis, kegiatan penelitian dilaksanakan melalui tahapan- tahapan berikut, yaitu : a. Persiapan. b. Penyusunan peta dasar dan peta tematik. c. Interpretasi, analisis, dan pembuatan peta bahaya longsor. d. Validasi lapangan. e. Analisis ulang. f. Pengolahan data, penyusunan peta properti, dan peta risiko longsor. g. Penyajian hasil penelitian.

3.3.1. Persiapan

Kegiatan diawali dengan pengumpulan data dan peta-peta pendukung, studi pustaka, dan penelaahan data sekunder terutama berkaitan dengan “historical event” tanah longsor. Pada tahap ini, juga dilakukan konsultasi ke instansi terkait untuk memperoleh informasi tentang tanah longsor.

3.3.2. Penyusunan Peta Dasar dan Peta Tematik

Peta dasar format digital disiapkan untuk penyajian peta-peta tematik parameter pemicu tanah longso r peta permeabilitas tanah, kontur, penggunaan lahan, jaringan jalan, infrastruktur dan geologi. a. Peta Permeabilitas Tanah drainase dan tekstur tanah Permeabilitas tanah diidentifikasi berdasarkan Peta Tanah Tingkat Tinjau skala 1:50.000 Provinsi Jawa Barat Puslittanak, dengan memperhatikan faktor drainase, tekstur tanah, dan posisinya. Peta ini berguna dalam penyusunan peta bahaya tanah longsor. b. Peta Kontur Kelerengan tingkat kecuraman dan geomorfologi dianalisis menggunakan Peta Rupabumi, skala 1:25.000 Bakosurtanal dengan pendekatan garis kontur. Peta ini berguna dalam penyusunan peta bahaya tanah longsor. c. Peta Penggunaan Lahan Peta Penggunaan LahanLand Use , skala 1:25.000 Bakosurtanal direvisi dengan citra Landsat, citra ASTER dan hasil pengamatan lapangan. d. Peta Geologi Peta Geologi, skala 1:100.000 Direktorat Geologi, Bandung, 1994 dijadikan dasar untuk pengelompokkan kondisi geologilitologi sebagai faktor kerawanan terhadap kestabilan tanah dalam kedudukannya dalam suatu lereng. e. Peta In frastruktur Peta Infrastruktur diperoleh dari peta Rupabumi, skala 1:25.000 Bakosurtanal. f. Peta Jaringan Jalan Peta Jaringan Jalan diperoleh dari peta Rupabumi, skala 1:25.000 Bakosurtanal. Peta Permeabilitas Tanah, Lereng, Geologi berguna dalam penyusunan peta bahaya tanah longsor. Adapun Peta Tutupan Lahan berguna untuk penyusunan bahaya tanah longsor dan risiko longsor. Adapun Peta Infrastruktur dan Peta Jaringan Jalan berguna untuk pembuatan peta risiko tanah longsor.

3.3.3. Tahap Interpretasi, Analisis, dan Pembuatan Peta Bahaya Longsor