Analisis Wilayah Rawan Bahaya Tanah Longsor

Tabel 12. Kejadian Bencana Longsor berdasarkan Faktor Risiko Longsor dan Mitigasi yang telah Dilakukan NO . KAMPUNGDESA STATUS PENANGGULANGAN 1 Cihuni Hilir Sukajaya Rawan longsor , mengancam sekitar 150 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 2 CiloaSukajaya Rawan longsor , mengancam sekitar 120 jiwa Lereng dis engked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 3 Cigobang Gunasari Rawan longsor , mengancam sekitar 400 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 4 Babakan Cibungur Cikondang Rawan longsor , mengancam sekitar 135 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 5 Batugara Tanjungwangi Rawan longsor , mengancam sekitar 100 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 6 CitengahCitengah Rawan longsor , mengancam sekitar 150 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 7 CiawiGunasari Rawan longsor , mengancam sekitar 175 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 8 Cibungur Margamekar Rawan longsor , mengancam sekitar 150 jiwa Menutup retakan dan memperbaiki drainase, bila retakan berkembang, pemukiman pindah 9 Kebonsereh Margamekar Rawan longsor , mengancam sekitar 150 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 10 Kandangsari Pasanggrahan Rawan longsor , mengancam sekitar 140 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 11 Banceuy Pasanggrahan Rawan longsor , mengancam sekitar 50 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air 12 Kareumbi Pasanggrahan Rawan longsor , mengancam sekitar 100 jiwa Lereng disengked, dibuat dinding penahan , hindari genangan air Sumber : Direktorat VMBG, 2005

4.3. Analisis Wilayah Rawan Bahaya Tanah Longsor

Pembuatan peta rawan bahaya longsor dilakukan dengan cara menggabungkan atau menjumlahkan nilai skor keseluruhan dari hasil tumpang tindih peta penyebab longsor yang disusun, terdiri dari peta penggunaan lahan, kemiringan lereng, geologi, dan peta jenis tanah. Peta curah hujan tidak dimasukkan dalam proses tumpang tindih, karena nilai para meter curah hujan dianggap sama untuk kedua wilayah kecamatan ini. Analisis tumpang tindih yang telah dilakukan pada keempat peta tersebut tersebut menghasilkan wilayah -wilayah yang memiliki potensi rawan bahaya longsor. Nilai tingkat potensi rawan tanah longsor dapat dilihat pada Tabel 13 dan hasil analisis wilayah yang memiliki potensi rawan bahaya tanah longsor berdasarkan nilai tingkat potensi yang dihasilkan disajikan pada Tabel 14. Tabel 13 . Nilai Tingkat Potensi Rawan Longsor N o. Tingkat Potensial Rawan Jumlah Nilai Semua Parameter 1. Tidak Rawan 6 – 9 2. Kurang Rawan 10 – 1 2 3. Rawan 13 – 1 5 4. Sangat Rawan 16 – 1 8 Sumber : Data Primer Diolah, 2005 Pada Tabel 13 terlihat jumlah nilai semua parameter yang dibagi ke dalam empat tingkat potensial bahaya tanah longsor. Wilayah yang memiliki tingkat potensi sangat rawan tanah longso r memiliki nilai parameter 16-18. Adapun untuk tingkat potensi tidak rawan bahaya longsor memiliki nilai parameter 6-9. Tabel 14. Analisis Wilayah yang Berpotensi Rawan Bahaya Tanah Longsor N o. Desa Tidak Rawan Ha Kurang Rawan Ha Rawan Ha Sangat Rawan Ha 1 Baginda 0,36 27 ,89 162 ,7 1 192 ,1 9 2 Ciherang - 6,62 167 ,4 5 480 ,5 0 3 Cipameungpeuk - 69 ,20 346 ,5 0 195 ,2 6 4 Cipancar 1,86 20 ,69 1.358 ,16 106 ,4 6 5 Citengah - 7,38 1.232 ,21 271 ,8 9 6 Girimukti 0,81 46 ,58 99 ,90 - 7 Gunasari 13,77 74 ,11 633 ,5 3 82 ,69 8 Jatihurip 0,31 38 ,58 72 ,02 14 ,30 9 Jatimulya 13,25 212 ,82 247 ,2 2 5,39 10 Kebonjati 5,88 22 ,85 14 ,29 - 11 Kota Kaler 2,43 166 ,23 166 ,0 2 47 ,28 12 Kota Kulon 8,91 79 ,58 194 ,2 0 35 ,84 13 Margamukti 6,57 99 ,71 341 ,1 0 1,67 14 Mekarjaya 4,11 85 ,05 104 ,6 9 5,47 15 Meruya Mekar - 7,00 503 ,8 0 90 ,34 16 Mulyasari 3,21 121 ,25 266 ,6 3 125 ,5 0 17 Padasuka 13,52 40 ,14 95 ,51 0,14 18 Pasanggrahan 8,44 159 ,51 683 ,1 1 360 ,1 0 19 Regol Wetan 0,90 120 ,39 374 ,5 9 146 ,9 1 20 Sirnamulya - 12 ,38 124 ,2 1 140 ,4 4 21 Situ 0,17 75 ,55 152 ,7 2 - 22 Sukagalih - 3,55 68 ,24 46 ,00 23 Sukajaya - 19 ,55 967 ,8 1 416 ,8 4 24 Talun 1,18 53 ,64 83 ,80 33 ,25 Total Ha 85,69 1.570 ,25 8.460 ,41 2.798 ,44 Persentase 0,66 12 ,16 65 ,51 21 ,67 Sumber : Data Primer Diolah , 2005 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan memiliki potensi daerah rawan longsor yang tinggi. Hal ini terlihat dari luasan wilayah yang termasuk dalam kategori potensi rawan bahaya sekitar 8.460,41 Ha atau 65 ,51 dari luas wilayah kedua kecamatan tersebut. Artinya, lebih dari separuh wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan rawan bahaya longsor. Selanjutnya , luas wilayah yang berpotensi sangat rawan bahaya longsor sekitar 2.798,44 Ha 21 ,67, kurang rawan 1 .570,25 Ha 12 ,16, dan tidak rawan sekitar 85,69 Ha 0,66. Analisis wilayah rawan bahaya longsor juga menghasilkan informasi mengenai desa -desa yang dinyatakan berpotensi sangat rawan , rawan, kurang rawan , dan tidak rawan bahaya longsor. Dari Tabel 14 , terlihat bahwa desa-desa yang memiliki potensi bahaya longsor meliputi Desa Ciherang , Sukajaya, Pasanggrahan, dan Citengah . Desa Ciherang merupakan daerah terluas yang tergolong kategori sangat rawan longsor 480,50 Ha, diikuti Sukajaya 416,84 Ha, Pasanggrahan 360,10 Ha, dan Citengah 271 ,89 Ha. Apabila analisis tersebut dihubungkan dengan beberapa kejadian bencana longsor di Kabupaten Su medang berdasarkan faktor bahaya dan risiko longsor sebagaimana disajikan dalam Tabel 11 dan 12 , terlihat ada kesesuaian dari wilayah-wilayah yang berpotensi terjadinya bahaya longsor. Sebagai contoh, daerah-daerah yang telah mengalami bencana longsor pada Tabel 11 adalah Desa Ciherang , Sukajaya, Citengah , dan Pasanggarahan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, daerah-daerah tersebut juga termasuk dalam wilayah yang berpotensi rawan bahaya longsor. 4.4. Analisis Penyebab Bahaya Tanah Longsor 4.4.1. Faktor-faktor Pemicu Bahaya Tanah Longsor