Bandung, yaitu i Rawan Longsor Tinggi; ii Rawan Longsor Menengah; iii Rawan Longsor Rendah; iv dan Rawan Longsor Sangat Rendah. Di samping
itu, juga mengacu kepada hasil-hasil penelitian tentang tanah longsor yang telah dipublikasikan oleh Puslittanak dan BPPT. Secara terperinci, parameter-
parameter yang membentuk klasifikasi wilayah rawan bahaya tanah longsor disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Wilayah Rawan Poten sial Tanah Longsor
Kelas Parameter
Sangat Rawan - Kelerengan di atas 30
- Permeabilitas tanah agak cepat s.d. sangat lambat - Curah hujan 2.000 mmtahun
- Tutupan lahan didominasi sawah, semak belukar, hutan, dan perkebunan
- Satuan batuan pada umumnya berupa volkanik
Rawan - Kelerengan di atas 15
- Permeabilitas tanah agak cepatsedang - Tutupan lahan didominasi sawah, semak belukar, hutan, dan
perkebunan - Satuan batuan pada umumnya berupa volkanik
Kurang Raw an - Kelerengan di atas 8
- Permeabilitas tanah cepat - Tutupan lahannya perkebunan dan pemukiman
Tidak Rawan - Kelerengan kurang dari 8
- Permeabilitas cepat - Satuan batuan pada umumnya berbahan resent
- Penggunaan lahan berupa pemukiman Sumber : Puslittanak dan BPPT 2004, 2004 Diolah
3.3.4. Validasi Lapangan
Validasi lapangan dilakukan untuk mencocokkan hasil analisis peta bahaya tanah longsor dengan keadaan sebenarnya di lapangan baik secara langsung
maupun melalui informasi dari instansi-intansi terkait. Hasil dari validasi lapangan dan data informasi yang terkumpul dijadikan bahan dalam analisis
ulang. 3.3.5. Analisis Ulang
Analisis ulang dilakukan untuk memperbaiki peta bahaya longsor berdasarkan dari hasil validasi lapangan. Peta bahaya longsor yang telah
dihasilkan pada tahapan awal penelitian, disempurnakan berdasarkan hasil survai lapangan.
3.3.6. Pengolahan Data, Penyusunan Peta Properti dan Peta Risiko
Pada tahap ini dilakukan penyelarasan semua data baik data sekunder maupun survai lapangan dengan peta rawan longsor. Selanjutnya akan
dibangun peta properti dan peta risiko tanah longsor.
3.3.6.1. Peta Properti
Peta properti merupakan gambaran umum keadaan suatu wilayah yang dihubungkan dengan nilai ekonomi yang dimiliki suatu lahan baik dalam keadaan
terlantar lahan tidur maupun dengan berbagai aktivitas ekonomi yang berlangsung diatasnya pemukiman, industri, sawah, tegalan, kolamtambak dan
infrastruktur lainnya. Peta properti diperoleh dengan “menggabungkan” peta penggunaan lahan
dan peta infrastruktur serta peta jaringan jalan. Nilai properti suatu wilayah dapat ditentukan apabila di wilayah yang terkena bencana tanah longsor tersebut
menyebabkan kerugian dan kemungkinan hilangnya korban jiwa, kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi yang cukup tinggi.
3.3.6.2. Peta Risiko Longsor
Peta ini dihasilkan dari penggabungan antara peta bahayarawan longsor dengan peta properti. Peta risiko tanah longsor ini akhirnya akan menghasilkan
informasi wilayah -wilayah yang memerlukan mitigasi bencana. Wilayah yang memiliki nilai risiko tinggi bukan saja dikarenakan wilayah tersebut memiliki
bahaya longsor tinggi tetapi lebih ditekankan pada wilayah yang memiliki nilai properti yang tinggi. Langkah kerja pembuatan peta risiko tanah longsor secara
skematis disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6. Langkah Kerja Pembuatan Peta Risiko Tanah Longsor Dari Gambar 6 terlihat bahwa dua jenis peta , yaitu peta infrastruktur dan
peta jalan dilakukan proses buffering. Buffering merupakan upaya yang bertujuan untuk membentuk suatu area, poligon, atau zona baru dalam jarak tertentu yang
berfungsi untuk menutupi objek spasial. Buffering tidak dilakukan pada peta penggunaan lahan dan peta bahaya , karena batasannya sudah diketahui.
Buffering dilakukan pada data titik dan ga ris untuk mendapatkan suatu poligon, dengan atribut skor yang telah ditentukan.
Proses selanjutnya adalah melakukan griding, yaitu melakukan perubahan terhadap format data keempat peta tersebut dari bentuk vektor menjadi raster.
Kemudian, data hasil griding dianalisis dengan menggunakan software Global Mapper untuk mempercepat dan mempermudah dalam pemrosesan data pada
tahapan berikutnya. Dari gambar di atas juga terlihat bahwa proses ini menggunakan software
SPSS yang berguna untuk membaca titik koordinat x dan y dan skor z di setiap pixel pada masing-masing peta. Setelah melalui proses dengan
menggunakan beberapa software, diperoleh hasil penggabungan berupa skor
pada masing-masing peta. Nilai skor yang diperoleh tersebut, selanjutnya dilakukan reklasifikasi pengelompokan kembali dengan menggunakan software
ArcView, sehingga menghasilkan nilai risiko sebagai dasar dalam pembuatan peta risiko tanah longsor.
3.3.7. Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Dalam melakukan upaya mitigasi bencana diperlukan tahapan kegiatan yang dapat memberikan gambaran secara rinci mengenai upaya yang harus
dilakukan. Tahapan -tahapan tersebut meliputi pengkajian potensi bencana, analisis kerawanan, dan analisis risiko bencana. Setelah dihasilkan Peta Risiko
Tanah Longsor, perlu ditindaklanjuti dengan rekomendasi-rekomendasi berbagai alternatif tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk
mencegah dan mananggulangi bencana tanah longsor. Tahapan penelitian secara sistematik sebagaimana diuraikan di atas
secara skematik digambarkan dalam diagram alir berikut.
Gambar 7 . Diagram Alir Tahap Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1. Administrasi dan Kependudukan
Kabupaten Sumedang terletak pada 06º48 ′
25 ″
-06º56 ′
50 ″
Lintang Selatan dan 107º51
′ 10
″ -107º58
′ 30
″ Bujur Timur serta berada pada ketinggian
25-1.001 m dpl. Bata s-batas administrasi Kabupaten Sumedang sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang, sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta sebelah timur barbatasan dengan Kabupaten
Majalengka. Gambaran spasial lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 8 .
KAB. S UBAN G
SUMED ANG U TARA SUMED ANG SELATAN
KAB. I N DR AMAYU
KAB. BAND UNG KAB. GAR UT
KAB. MAJALEN GKA
7 °0
7 °0
6 °5
6 °5
6 °4
6 °4
107°40 107°40
107°50 107°50
108 °00 108 °00
108°10 108°10
108
108 -7
-7
PETA KABUPATEN SUMEDANG DAN SEKITARNYA
LOKASI PENELITIAN KABUPAT EN SUMEDANG, PRO VINSI JAWA BARAT
N
Keterangan : Batas Kabupaten
Kecamatan-kecamatan di Kab. Sumedang
Sumedang Selatan Sumedang Utara
4 4
8 Km
Gambar 8. Lokasi Penelitian