3.3.6. Pengolahan Data, Penyusunan Peta Properti dan Peta Risiko
Pada tahap ini dilakukan penyelarasan semua data baik data sekunder maupun survai lapangan dengan peta rawan longsor. Selanjutnya akan
dibangun peta properti dan peta risiko tanah longsor.
3.3.6.1. Peta Properti
Peta properti merupakan gambaran umum keadaan suatu wilayah yang dihubungkan dengan nilai ekonomi yang dimiliki suatu lahan baik dalam keadaan
terlantar lahan tidur maupun dengan berbagai aktivitas ekonomi yang berlangsung diatasnya pemukiman, industri, sawah, tegalan, kolamtambak dan
infrastruktur lainnya. Peta properti diperoleh dengan “menggabungkan” peta penggunaan lahan
dan peta infrastruktur serta peta jaringan jalan. Nilai properti suatu wilayah dapat ditentukan apabila di wilayah yang terkena bencana tanah longsor tersebut
menyebabkan kerugian dan kemungkinan hilangnya korban jiwa, kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi yang cukup tinggi.
3.3.6.2. Peta Risiko Longsor
Peta ini dihasilkan dari penggabungan antara peta bahayarawan longsor dengan peta properti. Peta risiko tanah longsor ini akhirnya akan menghasilkan
informasi wilayah -wilayah yang memerlukan mitigasi bencana. Wilayah yang memiliki nilai risiko tinggi bukan saja dikarenakan wilayah tersebut memiliki
bahaya longsor tinggi tetapi lebih ditekankan pada wilayah yang memiliki nilai properti yang tinggi. Langkah kerja pembuatan peta risiko tanah longsor secara
skematis disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6. Langkah Kerja Pembuatan Peta Risiko Tanah Longsor Dari Gambar 6 terlihat bahwa dua jenis peta , yaitu peta infrastruktur dan
peta jalan dilakukan proses buffering. Buffering merupakan upaya yang bertujuan untuk membentuk suatu area, poligon, atau zona baru dalam jarak tertentu yang
berfungsi untuk menutupi objek spasial. Buffering tidak dilakukan pada peta penggunaan lahan dan peta bahaya , karena batasannya sudah diketahui.
Buffering dilakukan pada data titik dan ga ris untuk mendapatkan suatu poligon, dengan atribut skor yang telah ditentukan.
Proses selanjutnya adalah melakukan griding, yaitu melakukan perubahan terhadap format data keempat peta tersebut dari bentuk vektor menjadi raster.
Kemudian, data hasil griding dianalisis dengan menggunakan software Global Mapper untuk mempercepat dan mempermudah dalam pemrosesan data pada
tahapan berikutnya. Dari gambar di atas juga terlihat bahwa proses ini menggunakan software
SPSS yang berguna untuk membaca titik koordinat x dan y dan skor z di setiap pixel pada masing-masing peta. Setelah melalui proses dengan
menggunakan beberapa software, diperoleh hasil penggabungan berupa skor
pada masing-masing peta. Nilai skor yang diperoleh tersebut, selanjutnya dilakukan reklasifikasi pengelompokan kembali dengan menggunakan software
ArcView, sehingga menghasilkan nilai risiko sebagai dasar dalam pembuatan peta risiko tanah longsor.
3.3.7. Mitigasi Bencana Tanah Longsor