cenderung berlumpur, maka dapat disimpulkan bahwa tingginya kandungan air pada aliran tersebut, begitu juga sebaliknya.
Aliran flow berdasarkan kandungan air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mudflow dan earthflow. Karena dipengaruhi oleh kandungan air yang ada,
mudflow lebih banyak terjadi di daerah semi arid. Sedangkan earthflow leb ih sering terjadi di daerah bawah humid akibat hujan yang terus menerus. Selain
sering terjadi pada lereng perbukitan, earthflow juga sering terjadi berasosiasi dengan slump.
Selanjutnya, kecepatan earthflow sangat tergantung pada kemiringan lereng dan konsistensi dari materialnya. Berdasarkan kekentalannya, kecepatan
earthflow dan mudflow jauh berbeda. Karena eartflow agak kental, maka alirannya tidak secepat mudflow.
f. KompleksCampuran Complex
Gerakan massa kompleks terjadi bilamana beberapa tipe gerakan terjadi dalam satu kejadian dan dalam waktu yang sama. Kombinasi yang khas terjadi
adalah gerakan massa berupa rockfalls dengan debris avalanches serta rockfalls dengan rock flowsides, rotational slides, dan earthflow atau pada umumnya
mudflows.
g. Avalanches
Gerakan massa tipe avalanches ini biasa terjadi pada salju atau es. Lahan yang terbentuk mempunyai kategori yang berbeda dari tipe gerakan massa yang
lain, karena dalam media yang ada ikut berperan.
h. Solifluction
Gerakan massa tipe ini te rmasuk lambat dan hanya terjadi pada elevasi tinggi dan dengan suhu dingin. Pada musim semi dan panas, hanya bagian atas
es atau salju yang mencair, sedangkan tanah di bawahnya masih beku. Air dari pencairan es ini tidak mengalir dan membuat tanah menjadi jenuh. Kejenuhan
tanah akan air membuatnya mudah bergerak, seperti halnya pada rayapan. Keseluruhan tipe gerakan massa sebagaimana telah dijelaskan di atas
secara visual disajikan dalam Gambar 2.
2.3. Faktor Penyebab Tanah Longsor
Karnawati 2004 menjelaskan bahwa terjadinya longsor karena adanya faktor-faktor pengontrol gerakan dan proses-proses pemicu gerakan seperti yang
terlihat dalam skema dalam Gambar 3. Gambar 2. Diagram Tipe Gerakan Massa
menurut Varnes 1978 dalam Cooke dan Doornkamp 1990
Translational TOPPLES
SLIDES
Rotational
FLOWS
COMPLEX
Rock Fall
Rock topple
Rotational slump
Rock slide
Rock Avalanche
Rock fragmen flow flow slide Soil fall
Debris topple
Slides
Earth block slide
Debris flow Sand or silt flow
Earth flow
Debris avalanche Sand run
ROCK SOILS
coarse fine-grained
Joint opened Original support
removed
FALLS
source area main track
depositional area rock fall
flow tongue of
rock debris
mixed sediments
undercut by river
clay-gravel clean sand
main scarp head
graben
slip surface toe
pressure ridge
failure along faults dip slope control by
bedding planes s c a rp face
control by joints
moderate
Gambar 3. Proses Terjadinya Gerakan TanahBatuan dan Komponen -komponen Penyebabnya Karnawati 2004
Dari gambar di atas, terlihat bahwa faktor-faktor pengontrol gerakan tanah meliputi kondisi morfologi, geologi, struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna
lahan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi sehingga mewujudkan suatu kondisi lereng yang cenderung atau berpotensi untuk bergerak. Kondisi lereng
yang demikian disebut sebagai kondisi rentan untuk bergerak. Gerakan pada lereng baru benar-benar dapat terjadi apabila ada pemicu gerakan. Pemicu
gerakan merupakan proses-proses alamiah ataupun non alamiah yang dapat merubah kondisi lereng dari rentan siap bergerak menjadi mulai bergerak.
Menurut Goenadi et al. 2003, faktor pemicu terjadinya longsor dikelompokkan menjadi dua, yakni faktor yang bersifat tetap statis, dan faktor
yang bersifat mudah berubah dinamis. Faktor pemicu yang bersifat dinamis ini mempunyai pengaruh yang cukup besar karena kejadian tanah longsor sering
dipicu oleh adanya perubahan gaya atau energi akibat perubahan faktor yang bersifat dinamis. Yang termasuk ke dalam kategori faktor pemicu dinamis ini
adalah curah hujan dan penggunaan lahan. Pada kelompok faktor pemicu yang bersifat dinamis, sebenarnya ada faktor kegempaan. Namun karena daerah
penelitian tidak terlalu luas, maka seluruh daerah penelitian dapat dianggap mempunyai tingkat faktor kegempaan yang sama.
Selanjutnya, faktor pemicu terjadinya tanah longsor yang bersifat statis dibagi lagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor batuan jenis litologi penyusun
dan struktur geologi, dan faktor sifat fisik tanah. Secara lebih rinci, faktor-faktor tersebut di atas disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Faktor Penyebab dan Faktor Pemicu Tanah Longsor
No. Faktor Penyebab
Parameter
1. Kemiringan Lereng 2. Curah Hujan
1. Faktor Pemicu Dinamis
3. Penggunaan Lahan aktivitas manusia 4. Jenis Batuan dan Struktur Geologi
5. Kedalaman Solum Tanah 6. Permeabilitas Tanah
2. Faktor Pemicu Statis
7. Tekstur Tanah
Sumber: Goenadi et al. 2003
2.4. Peta Bahaya dan Risiko Longsor