Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya gerakan massa, ada beberapa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap terjadinya proses tersebut
antara lain kemiringan lereng dan air. Apabila pori-pori sedimen terisi oleh air, gaya kohesi antarmaterial akan semakin lemah, sehingga memungkinkan
partikel-partikel tersebut dengan mudah untuk bergeser. Selain itu air juga akan menambah berat massa material, sehingga kemungkinan cukup untuk
menyebabkan material untuk meluncur ke bawah. Selanjutnya, pengertian dan batasan masing-masing tipe gerakan massa,
menurut klasifikasi Varnes 1978 dalam Cooke dan Doornkamp 1990, secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
a. Jatuhan Falls
Rock Falls adalah gerakan pecahan batuan dan jatuh bebas. Peristiwa ini sangat umum terjadi pada lereng yang sangat terjal, dimana material lepas tidak
dapat tetap tinggal. Pecahan batuan ini dapat langsung jatuh atau membentur- bentur dinding tebing sebelum sampai di bawah tebing. Peristiwa rock falls ini
banyak terjadi pada batuan yang mengalami pelapukan fisik karena proses pemanasan dan pendinginan batuan atau oleh pertumbuhan akar tumbuhan.
Contohnya, pada tebing di pinggir jalan yang baru dikupas, terutama yang batuannya masih segar atau agak lapuk dan banyak rekahan.
Selain rock falls, dalam terminologi jatuhan juga dikenal istilah soil falls, yaitu gerakan yang terjadi akibat pemotongan pada massa tanah soil atau
muka teras. Soil falls ini biasanya terjadi pada bagian yang tidak stabil. Prosesnya dimulai pada saat massa terpisah dari tebing terjal yang disebabkan
retakan, sebelum lereng terjal tersebut runtuh.
b. Robohan Topples
Merupakan gerakan robohan ke arah depan. Topples dapat terjadi pada batuan maupun tanah, dan biasanya merupakan hasil dari retakan-retakan
setelah terjadinya massa yang jatuh. Selanjutnya material robohan tersebut bergerak sebagai aliran flow atau sebagai longsoran slide.
c. Longsoran Slides
Longsoran slides merupakan perpindahan masa batuan atau tanah melalui suatu permukaan bidang. Permukaan bidang tersebut dapat merupakan
kekar, sesar, atau bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan lereng.
d. Nendatan Slump
Nendatan slump merupakan perpindahan massa batuan atau material lepas dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah melalui suatu bidang luncur
yang lengkung. Pada proses nendatan, material yang dipindahkan tidak terlalu besar kecepatannya dan tidak terlalu jauh. Proses ini merupakan sedimen
kohesif yang tebal seperti lempung. Permukaan retakan blok slump dicirikan oleh bentuk seperti sendok dan
cekung ke arah atas. Pada saat terjadi pergerakan, terbentuk tebing yang lengkung dan blok yang terletak dipermukaan akan berputar ke belakang.
Umumnya slump terjadi karena kemiringan lereng terlalu terjal, dapat juga terjadi karena beban pada kemiringan lereng terlalu besar, yang menyebabkan
terjadinya internal stress pada meterial di bawahnya. Slump terjadi pada material yang lemah dan kaya akan lempung berada di bawah material yang lebih keras
atau resisten seperti batu pasir. Air tanah yang meresap melalui batu pasir akan melemahkan le mpung yang berada di bawahnya.
e. Aliran Flow
Aliran pada tanah penting juga untuk diperhatikan, mengingat gerakan massa jenis ini sering menimbulkan malapetaka. Dalam hal gerakan massa jenis
flow ini, dapat berupa debris flow aliran bahan rombakan dengan material berukuran butir kasar, sampai dengan mudflow aliran lumpur, yakni aliran
material dengan ukuran butir secara dominan adalah lempung. Aliran lumpur mudflow terjadi apabila material cairan kental bergerak
menuruni lereng dengan cepat. Biasanya materialnya jenuh air dan utamanya partikel halus debris. Tipe gerakan massa ini umum terjadi di daerah yang
curah hujannya tinggi, seperti di Indonesia. Selanjutnya, kecepatan alirnya tidak hanya bergantung pada kecuraman
lereng tetapi juga dipengaruhi oleh kandungan air. Aliran campuran lumpur, tanah, batuan, dan air ini mampu membawa atau mendorong bongkah yang
besar, pohon-pohon atau bahkan bangunan besar seperti rumah. Di daerah gunung api aktif, terdapat aliran flow dari gerakan massa yang sangat khas,
yakni lahar. Lahar merupakan aliran piroklastik, berukuran dari debu vulkanik sampai bongkah bomb, yang jenuh air menuruni lereng.
Komponen utama yang membedakan berbagai macam aliran tersebut, adalah dalam hal kandungan air dan dapat terlihat pada bentukan akhir lahan
yang mengalami kerusakan akibat flow ini. Apabila bentukan akhir lahannya
cenderung berlumpur, maka dapat disimpulkan bahwa tingginya kandungan air pada aliran tersebut, begitu juga sebaliknya.
Aliran flow berdasarkan kandungan air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mudflow dan earthflow. Karena dipengaruhi oleh kandungan air yang ada,
mudflow lebih banyak terjadi di daerah semi arid. Sedangkan earthflow leb ih sering terjadi di daerah bawah humid akibat hujan yang terus menerus. Selain
sering terjadi pada lereng perbukitan, earthflow juga sering terjadi berasosiasi dengan slump.
Selanjutnya, kecepatan earthflow sangat tergantung pada kemiringan lereng dan konsistensi dari materialnya. Berdasarkan kekentalannya, kecepatan
earthflow dan mudflow jauh berbeda. Karena eartflow agak kental, maka alirannya tidak secepat mudflow.
f. KompleksCampuran Complex