Tutupan Lahan Analisis Penyebab Bahaya Tanah Longsor 1. Faktor-faktor Pemicu Bahaya Tanah Longsor

Berdasarkan peta geologi yang digunakan, geologi daerah penelitian tersusun oleh enam satuan batuan . Hasil analisis yang memiliki potensi bahaya longsor pada berbagai satuan batuan dapat dilihat pada Tabel 17 . Tabel 17. Satuan Batuan dan Potensi Bahaya Longsor Sumber : Data Primer Diolah , 2005 Dari Tabel 17, terlihat bahwa batuan produk dari gunung api mudah lapuk, sehingga batuan jenis ini memiliki potensi sangat rawan terhadap bahaya tanah longsor. Dari tabel di atas, juga terlihat bahwa jenis satuan batuan hasil gunung api tua tak teruraikan memiliki luasan wilayah terbesar dan potensi bahaya longsor tertinggi pada wilayah penelitian .

4.4.5. Tutupan Lahan

Tutupan lahan di wilayah penelitian terdiri dari beberapa jenis penggunaan lahan . Pada lereng bagian atas sebagian besar wilayah berupa hutan; lereng bagian tengah; pemukiman , jalur jalan, perkebunan, tegalan , dan persawahan; serta pada lereng bagian bawah berupa persawahan dan pemukiman. Pengolahan lahan terutama pada daerah -daerah yang mempunyai kemiringan lereng terjal dapat mengakibatkan tanah menjadi gembur, sehingga mengakibatkan tanah menjadi tidak stabil. Pengaruh tataguna lahan terhadap kestabilan lereng sangat kompleks karena tergantung pada ketebalan tanah setempat, jenis tanaman , dan kemiringan lereng . Secara rinci, tutupan lahan wilayah penelitian dan potensi bahaya longsor dapat dilihat pada Tabel 18. Tingkat Potensi Bahaya Longsor Ha No. Satuan Batuan Tidak Rawan Kurang Rawan Rawan Sangat Rawan Jumlah Ha 1. Endapan Danau Ql 43 ,80 160 ,73 60 ,71 265 ,24 2. Hasil Gunungapi Tua Breksi Qvb 8,48 140 ,79 706 ,17 118 ,27 973 ,70 3. Hasil Gunungapi Tua Lava Qvl 13 ,92 492 ,62 29 ,82 536 ,36 4. Hasil Gunungapi Tua Tak Teruraikan Qvu 28 ,90 1.104 ,09 6.636 ,45 2.315 ,03 10.084 ,47 5. Breksi dan Aglomerat Qyb 0,44 2,85 5,58 8,87 6. Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan Qyu 4,52 150 ,29 561 ,62 329 ,72 1.046 ,16 Total 85 ,70 1.570 ,26 8.460 ,42 2.798 ,43 12.914 ,80 Tabel 18. Tutupan Lahan dan Potensi Bahaya Longsor Tingkat Potensi Bahaya Longsor Ha No. Tutupan Lahan Tidak Rawan Kurang Rawan Rawan Sangat Rawan Jumlah Ha 1 Air 36,37 27 ,55 1,77 65,70 2 BelukarSemak 1,80 257 ,32 1.229,89 1.022,64 2.511,64 3 Gedung 0,40 0,11 0,51 4 Hutan 40 ,48 3.929,91 258,97 4.229,35 5 KebunPerkebunan 3,58 99 ,64 469,52 11 ,80 584,5 4 6 Pemukiman 38,23 1.020 ,75 267,60 - 1.326,58 7 RumputTanah kosong 13 ,60 22 ,83 - 36,43 8 Sawah Irigasi 5,33 28 ,87 899,76 47 ,99 981,9 5 9 Sawah Tadah Hujan 0,39 62 ,05 1.054,03 562,89 1.679,36 10 TegalanLadang 19 ,59 585,01 894,15 1.498,74 Total 85,70 1.570 ,26 8.460,42 2.798,43 12 .914,80 Sumber : Data Primer Diolah , 2005 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tutupan lahan berupa semak belukar memiliki potensi wilayah sangat rawan bahaya longsor tertinggi yaitu sekitar 1.022 ,64 Ha. Selanjutnya , luasan lahan yang memiliki potensi tingkat rawan longsor adalah pada tutupan lahan berupa hutan, yaitu seluas 3.929,91 Ha . 4.5. Analisis Wilayah Risiko Tanah Longsor Dalam membuat peta risiko tanah longsor, harus diawali dengan membuat peta properti. Peta properti merupakan gambaran umum dari keadaan suatu wilayah. Peta properti dibangun dari penggabungan beberapa peta , antara lain peta infrastruktur point, peta jaringan jalan line, dan peta penggunaan lahan poligon . Dalam peta properti, harus memuat nilai properti dari suatu wilayah yang menggambarkan nilai ekonominya , baik yang tidak digunakan seperti lahan tidur maupun berbagai aktivitas ekonomi yang berlangsung di atasnya, seperti pemukiman, industri, sawah, tegalan , kolamtambak, dan infrastruktur lainnya. Nilai properti tersebut dapat ditentukan dengan memberikan skor untuk masing- masing unsur dari setiap peta. Selain memberikan skor, unsur-unsur dari peta -peta tersebut juga dilakukan buffering. Dengan buffering akan membentuk suatu area , poligon, atau zona baru dalam jarak tertentu yang berfungsi untuk menutupi atau melindungi objek spasial. Buffering hanya dilakukan pada dua peta , yaitu peta infrastruktur dan jaringan jalan, sedangkan peta penggunaan lahan tidak dilakukan buffering karena batasan dari masing -masing penggunaan lahan sudah diketahui. Buffering dilakukan pada data titik dan garis untuk mendapatkan suatu poligon, dengan atribut skor yang telah ditentukan, yang akan digunakan untuk melakukan analisis keruangan selanjutnya.

4.5.1. Peta Infrastruktur