fungsinya. Skor dan jarak buffering dari masing -masing jenis jalan secara lengkap dan terperinci disajikan dalam Tabel 20 .
Tabel 20. Nilai Skoring dan Jarak Buffering dari Jenis Jalan
No. Jenis Jalan
Fisik Manfaat Total
Buffering m
1 Arteri Primer
3 3
6 100
2 Kolektor Primer
3 2
5 80
3 Lokal Primer
3 2
5 80
4 Kolektor
3 2
5 80
5 Lokal
2 2
4 50
6 Setapak
1 1
2 20
Sumber : Data Primer Diolah , 2005 Keterangan :
1 = rendah 2 = sedang
3 = tinggi
Berdasarkan data dalam Tabel 20 , terlihat bahwa nilai dan jarak buffering tertinggi terdapat pada jenis jalan arteri primer, masing-masing diberikan Skor 6
dan jarak 100 meter. Hal ini mengingat fungsi dan peranan jenis jalan ini yang lebih penting diantara jenis-jenis jalan lainnya .
Jalan setapak diberikan skor terendah 2 dengan jarak buffering 20 meter karena secara fisik dan manfaat, jenis jalan ini kurang menentukan risiko dari
bahaya longsor. Keberadaan jenis jalan ini pada dasarnya adalah tidak termasuk dalam rencana tata ruang suatu wilayah atau daerah serta muncul dengan
sendirinya akibat perlintasan masyarakat. Frekuensi lintasan di jalan ini pun sangat rendah dan relatif hampir tidak ada kerugian apa -apa secara material
kalau jalan jenis ini rusak karena longsor.
4.5.3. Peta Penggunaan Lahan
Berbeda dengan dua peta sebelumnya dimana masing -masing jenis infrastruktur dan jalan diberikan skor yang dilanjutkan dengan pemberian
buffering, dalam penilaian jenis penggunaan lahan tidak dilakukan. Hal ini karena dalam Peta Penggunaan Lahan, jenis penggunaan lahan sudah
tergambar berupa poligon-poligon dan batas-batas tertentu , sehingga tidak perlu dilakukan buffering. Penetapan skor berdasarkan kriteria fisik, manusia, dan
manfaat untuk setiap jenis penggunaan lahan di Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan disajikan dalam Tabel 21.
Tabel 21. Nilai Skoring dari Jenis Penggunaan Lahan
No. Penggunaan Lahan
Fisik Manusia Manfaat
Total
1 Air
1 1
3 5
2 BelukarSemak
1 1
1 3
3 Gedung
3 2
2 7
4 Hutan
1 1
1 3
5 KebunPerkebunan
2 1
2 5
6 Pemukiman
3 3
3 9
7 RumputTanah kosong
1 1
1 3
8 Sawah Irigasi
3 1
3 7
9 Sawah Tadah Hujan
2 1
2 5
10 TegalanLadang
1 1
1 3
Sumber : Data Primer Diolah, 2005 Keterangan :
1 = rendah 2 = sedang
3 = tinggi
Berdasarkan data dalam Tabel 21 , tiga jenis penggunaan lahan yang diberikan total skor tertinggi adalah pemukiman, gedung, dan sawah irigasi
masing-masing sebesar 9, 7, dan 7. Hal ini sangat beralasan mengingat dari ketiga kriteria yang digunakan, yaitu fisik, manusia , dan manfaat. Ketiga jenis
penggunaan lahan ini memiliki risiko kerugian materil dan non-materil yang paling tinggi apabila terjadi tanah longsor.
Berdasarkan kriteria fisik, nilai eko nomi yang dimiliki oleh pemukiman, gedung, dan sawah irigasi lebih besar dari tujuh jenis penggunaan lahan lainnya,
sehingga diberikan skor 3 karena nilai propertinya tinggi. Adapun untuk kriteria manusia , ketiga jenis penggunaan lahan diberikan skor yang berbeda, yaitu skor
3 untuk pemukiman, skor 2 untuk gedung, dan skor 1 untuk sawah irigasi. Penentuan skor untuk kriteria manusia didasarkan pada frekuensi aktivitas
manusia di ketiga jenis penggunaan lahan tersebut. Selanjutnya untuk kriteria manfaat, seluruh jenis penggunaan lahan memiliki
manfaat yang cukup penting kecuali untuk tiga jenis hutan, rumputtanah kosong, dan tegalanladang. Jenis penggunaan lahan untuk pemukiman, gedung, dan
sawah irigasi bersasarkan kriteria manfaat masing-masing diberikan 3, 2, dan 3. Penentuan skor untuk kriteria manfaat didasarkan aspek kegunaan atau utilitas
dari masing-masing jenis penggunaan lahan. Selanjutnya, berdasarkan uraian di atas, diperoleh peta properti yang
dihasilkan dari penggabungan peta infrastruktur, jaringan jalan, dan penggunaan lahan . Peta properti dapat dilihat pada Gambar 18.
4.5.4. Peta Risiko Tanah Longsor