menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan tegangan geser yang memungkinkan terjadinya gerakan tanah.
Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dirumuskan permasalahan-
permasalahan sebagai berikut, yaitu :
a. Bagaimanakah sebaran lokasi yang potensial rawan bahaya tanah longsor aktif dan longsor pasif di wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan
Kecamatan Sumedang Selatan? b. Bagaiamankah sebaran lokasi yang memiliki potensi risiko tanah longsor?
c. Bagaimanakah mitigasi terhadap daerah rawan longsor dengan
menggunakan teknologi SIG?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis faktor penyebab potensi bahaya tanah longsor di wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan .
b. Memetakan wilayah bahaya tanah longsor di Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan.
c. Menganalisis tingkat risiko dan memetakan risiko tanah long sor di wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan .
d. Menganalisis upaya mitigasi terhadap daerah rawan tanah longsor di Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan .
1.4. Kegunaan Penelitian
a. Peta potensi bahaya dan peta risiko tanah longsor diharapkan bermanfaat sebagai bagian dari upaya mitigasi bahaya tanah longsor yang dapat
bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat dan masyarakat maupun instansi terkait lainnya di wilayah Kabupaten Sumedang.
b. Sebagai bagian dari upaya penyadaran kepada masyarakat untuk mengurangi tindakan yang dapat memicu terjadinya longsoran, khususnya
mereka yang tinggal di kawasan rentan longsor dan sekitarnya.
1.5. Kerangka Pemikiran
Quarantelli 1998 diacu dalam Smith 2001 memberikan pengertian bencana sebagai suatu kejadian aktual, lebih dari suatu ancaman yang potensial
atau dengan diistilahkan sebagai realisasi dari bahaya. Bencana pada dasarnya merupakan fen omena sosial yang terjadi ketika suatu komunitas mengalami
kerugian akibat bencana tersebut. Secara lebih rinci, d efinisi bencana difokuskan pada ruang dan waktu ketika suatu komunitas menghadapi bahaya yang besar
dan hancurnya berbagai fasilitas penting yang dimilikinya , jatuhnya korban manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, sehingga berpengaruh pada
kemampuan komunitas tersebut untuk mengatasinya tanpa bantuan dari pihak luar.
Bencana tanah longsor adalah istilah umum dan mencakup ragam yang
luas dari bentuk-bentuk tanah dan proses-proses yang melibatkan gerakan bumi, batu-batuan atau puing-puing pada lereng bawah di bawah pengaruh gravitasi.
Biasanya, terjadinya tanah longsor didahului oleh fenomena alam lainnya, yaitu seperti gempa bumi, banjir dan gunung berapi. Kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor pada selang waktu tertentu dapat menyebabkan kerugian properti yang lebih banyak dibandingkan dengan kejadian geologi lain.
Bencana dapat terjadi karena saling bertemu dua faktor, yakni bahaya hazard dan kerentanan vulnerability. Oleh karena itu harus saling diketahui
faktor-faktor bahaya dan kerentanan yang terdapat di suatu daerah, agar daerah tersebut dapat terbebas atau terhindarkan dari bencana. Istilah bahaya atau
hazard mempunyai pengertian kemungkinan terjadinya bahaya dalam suatu periode tertentu pada suatu daerah yang berpotensi terjadinya bahaya tersebut.
Bahaya berubah menjadi bencana apabila telah mengakibatkan korban jiwa, kehilangan atau kerusakan harta dan kerusakan lingkungan.
Salah satu keterbatasan manusia dalam memahami karakteristik dari banyak faktor penyebab bencana lebih disebabkan karena kurang tersedianya
informasi keruangan dan kewilayahan yang detil, komprehensif, dan up to date. Informasi yang diberikan dapat berupa peta kertas atau sistem informasi. Oleh
karena itu, penguatan sistem pemetaan merupakan salah satu faktor yang perlu dilakukan untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan bencana tanah longsor.
Implementasi dari tindakan penanganan bencana harus didahului dengan melokalisir daerah-daerah yang rawan terhadap tanah longsor. Peta zonasi
bahaya tanah longsor memungkinkan para perencana menetapkan dan memutuskan tingkat risiko dengan mempertimbangkan penghindaran,
pencegahan atau mitigasi dari bahaya tanah longsor sekarang dan yang akan datang.
Peta atau basis data yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan untuk proses mitigasi bencana-bencana alam lainnya seperti banjir, letusan gunung api, dan
gempa bumi. Di samping itu, peta ini dapat bermanfaat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan
secara umum. Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian digambarkan dalam
diagram alir berikut.
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA