Hal lain, dengan semakin memburuknya mutu lingkungan karena
perkembangan masyarakat, membuat lingkungan tambak semakin terpuruk dari tahun ketahun. Daerah pertambakan merupakan daerah akhir pembuangan kegiatan di
bagian atas up land yang syarat dengan polutan. Secara garis besar, polutan dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Pertanian, industri, dan pemukiman. Pada
saluran kawasan pertambakan yang tidak terpelihara, tentu akan merupakan perangkap yang baik bagi polutan tersebut, sehingga gagal dalam usaha pemeliharaan
udang semakin besar. Untuk itu perencanaan dan pemeliharaan saluran harus diperhitungkan dengan baik sehingga dapat mengurangi beban polutan tersebut Mai,
2006.
2.6.1. Pengertian Tambak
Pengertian tambak atau kolam menurut Biggs et al, dalam Mai 2006, adalah badan air yang berukuran 1 m
2
hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia Istilah kolam biasanya digunakan
untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air asin. Biggs et al, dalam Mai 2006, menyebutkan salah satu fungsi
tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang
dibudidayakan.
2.6.2. Persyaratan Tambak
Secara umum tambak harus memenuhi syarat Mai, 2006 sebagai berikut: a. Tanah tambak didominasi oleh tanah liat atau liat berpasir
b. Tambak tidak bocor
Universitas Sumatera Utara
c. Dasar tambak bebas dari bekas vegetasi d. Ada bagian caren dan pletaran
e. Kedalaman air mampu menampung sedikitnya 80 cm f.
Ada penampungan airtandon
2.6.3. Jenis-Jenis Tambak
Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif, tambak semi intensif, tambak ekstensif atau tradisional. Perbedaan dari ketiga jenis tambak
tersebut terdapat pada teknik pengelolaan mulai dari padat penebaran, pola pemberiaan pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan Widigdo, 2000.
Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.
Tambak intensif dibuat dengan ukuran antara 0,2 – 0,5 ha per petakan tambak, untuk memudahkan pengelolaan air dan pengawasannya. Budidaya secara intensif
menerapkan padat penebaran tinggi dan pengelolaan optimal. Padat penebaran udang windu antara 30 – 50 ekorm
2
. Pemberian pakan dilakukan 4 – 6 kali sehari. Hasil panen yang diharapkan adalah 4 – 8 tonhamusim untuk udang windu Khordi,
2010. Tambak semi intensif biasanya tidak seluas tambak ekstensif yaitu sekitar 0,5-
1 ha. Sedangkan tambak ekstensif atau tradisional adalah tambak yang sistem pengelolaannya benar-benar bergantung pada kemurahan alam. Benih udang
dimasukkan ke dalam tambak bersamaan dengan pengisian air tambak. Jadi benih tersebut benar-benar dijebak dan dibiarkan dalam waktu tertentu kemudian
ditangkapdipanen. Karena itu, tambak berisi puluhan atau bahkan ratusan spesies
Universitas Sumatera Utara
udang dan ikan laut. Padat penebaran pada tambak tradisional ditingkatkan hingga mencapai 15 ekorm
2
dengan persiapan tambak yang baik, meliputi pengeringan, pembajakan, pemupukan dan pengapuran. Udang dapat diberi pakan tambahan
secukupnya selama 3 – 4 hari sekali. Hasil panen dapat mencapai 800 – 900 kghamusim Khordi, 2010.
2.6.4. Lokasi Tambak