Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Logam berat

akan terlibat dalam sistem jaringan makanan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses yang dinamakan bioakumulasi, dimana logam berat akan terkumpul dan meningkat kadarnya dalam jaringan tubuh organisme air yang hidup. Kemudian melalui proses biotransformasi akan terjadi perpindahan dan peningkatan kadar logam berat tersebut pada tingkat pemangsaan trophic level yang lebih tinggi. Secara tidak langsung proses biomagnifikasi dapat terjadi dalam jaringan tubuh manusia yang memakan hasil perairan yang tecemar oleh logam berat Martuti, 2001. Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Analisis kandungan Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar tempat pembuangan akhir TPA sampah Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2014”.

1.2. Perumusan Masalah

TPA Kelurahan Terjun Kota Medan merupakan satu-satunya TPA yang beroperasi secara operasional menampung seluruh sampah dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Berbagai jenis sampah terdapat di TPA Terjun salah satunya adalah jenis sampah industri yang mengandung logam berat Cd, sementara kegiatan TPA sampah Terjun sejak awal dioperasikan telah menggunakan sistem open dumping yang dapat berpotensi menimbulkan pencemaran Cd yang dibawa oleh air lindi terhadap udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui kandungan Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar tempat pembuangan akhir TPA sampah Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kandungan Kadmium Cd dalam air yang berada di tambak udang di sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. 2. Mengetahui karakteristik tambak udang yang meliputi jarak TPA dari tambak dan luas tambak yang berada di sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. 3. Mengetahui ada atau tidaknya kandungan Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. 4. Mengetahui kandungan Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak udang di sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan disesuaikan dengan SNI 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan yaitu kadmium sebesar 1,0 mgkg.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk pengayaan literatur tentang kandungan Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 2. Sebagai bahan masukan bagi pengelola tambak udang dan masyarakat sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan untuk dapat meminimalisasi risiko paparan kadmium masuk ke dalam lingkungan. 3. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya mengenai kandungan Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. 4. Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan tentang Kadmium Cd dalam udang windu Penaeus monodon yang berada di tambak sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

2.1.1. Pengertian Sampah

KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 mengartikan sampah sebagai benda yang dibuang karena tidak terpakai dan tidak dapat digunakan lagi. Selanjutnya, menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008 menyatakan, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia danatau dari proses alam yang berbentuk padat. Menurut Amerian Public Health Association APHA, sampah waste diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya Sumantri, 2010. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan refuse sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup. Dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas waste. Kecuali sampah kotoran manusia human waste, air limbah atau air bekas sewage serta sisa-sisa industri industrial waste termasuk pula kedalamnya.

2.1.2. Sumber-Sumber Sampah

Menurut Kusnoputranto 2000, sumber-sumber sampah terdiri dari : 1. Sampah domestik domestic waste Universitas Sumatera Utara Sampah padat yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis sampah padat ini cukup beragam, namun umumnya berupa sampah dapur dan sampah lain hasil kegiatan rumah tangga seperti sampah-sampah hasil pengolahan makanan, sampah dari halaman misalnya dedaunan, kaleng dan kardus bekas serta kertas pembungkus, pakaian bekas, karpet tua, perabotan rumah tangga dan sejenisnya. 2. Sampah komersial commercial wastes Sampah padat dari lingkungan perdagangan atau jasa komersial, baik warung, ataupun pasar. Sampah ini beragam sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan. Sampah di pusat perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar, kotak-kotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik besar dan lainnya. Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin atau restoran. 3. Sampah yang berasal dari jalan-jalan raya street sweeping Sampah yang berasal dari pembersihan jalan-jalan, biasanya terdiri dari kertas-kertas, kardus- kardus kecil tercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang jatuh dari trukkendaraan, sobekan-sobekan ban atau onderdil-onderdil yang jatuh, juga daun-daunan, sampah-sampah yang dibuang dari mobil, kantong-kantong plastik dan lain-lain. 4. Sampah-sampah Industri Industrial wastes Sampah-sampah yang berasal dari pembangunan industri dan dari proses- proses produksi yang terjadi dalam industri tersebut. Jenis sampah ini relatif sama untuk industri tertentu, namun jenis industri yang berbeda akan Universitas Sumatera Utara menghasilkan sampah yang berbeda juga. Jadi jenis sampah, jumlah dan komposisi sampah industri bergantung pada jenis industrinya, misalnya sampah industri, sampah pengepakan barang, sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain. 5. Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan agriculture wastes, sampah-sampah dari daerah ini dapat berupa sampah dari hasil perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang jagung, pohon kacang-kacangan dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar sewaktu musim panen. Umumnya sampah-sampah ini dibakar dan dikembalikan pada tanah pertanian ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian. 6. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah yang tergantung pada jenis usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral yang diproses maupun yang tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber air serta mencemari sumber air tersebut. Sampah-sampahnya berupa bahan-bahan tambang disamping sampah-sampah dari aktivitas manusia pengelolanya. 7. Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran Institutional wastes Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain- lain, umumnya bersifat rubbish, kering dan mudah terbakar. Universitas Sumatera Utara 8. Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan pembangunanpemugaran. Terdiri dari puing-puing, pipa plastikbesi, paku, kayu-kayu, kaca, kaleng- kaleng, potongan-potongan besi dan lain-lain. 9. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Contohnya sampah dari tempat-tempat hiburan, tempat-tempat olah raga, tempat-tempat ibadah, dan lain-lain yang dapat berupa, kertas, sisa buah- buahan, plastik dan lain-lain. 10. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan sebagian besar terdiri dari sampah daun dan ranting. 11. Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan Dengan adanya sampah-sampah yang terangkut oleh air maka sampah-sampah ini dapat diangkat dari air kotor pada sistem penyaluran atau pengolahan air kotor, misalnya pada saringan besi. Sampah-sampah dapat berupa plastik, kertas, kayu dan lain-lain. Disamping itu dihasilkan juga lumpur dari proses pengolahan air buangan ini. 12. Dari daerah peternakan dan perikanan Sampah–sampah dari sini dapat berupa kotoran ternak atau sisa-sisa makanannya ataupun bangkai-bangkai binatang. Dari perikanan misalnya bangkai-bangkai ikan, sisa-sisa ikan atau lumpur.

2.1.3. Jenis-jenis Sampah

Universitas Sumatera Utara Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran ataupun benda-benda lain yang berbentuk padat. Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis Chandra, 2007, yakni : a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya sampah dibagi menjadi : 1. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logambesi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya. 2. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. b. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar 1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya. 2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besilogam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk 1. Mudah membusuk, misalnya : sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya. 2. Tidak mudah membusuk, misalnya : plastik, karet, kaleng, dan sebagainya. d. Berdasarkan karakteristik sampah 1. Garbage, yaitu jenis sampah yang terdiri dari sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 2. Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya, maupun yang tidah mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya. 3. Ashes abu, yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok. 4. Sampah jalanan street sweeping, yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran yang bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya. 5. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik. 6. Bangkai binatang dead animal, yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang. 7. Bangkai kendaraan Abandoned vehicle, adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya. 8. Sampah pembangunan construction waste, yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu, dan sebagainya Mukono, 2006.

2.2. Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah

2.2.1. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah

Tempat Pembuangan Akhir TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, Universitas Sumatera Utara pengumpulan, pemindahan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan rangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat, bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan Royadi, 2006.

2.2.2. Metode Pengolahan Sampah di TPA

Pembuangan akhir sampah adalah rangkaian atau proses terakhir dalam sistem pengelolaan sampah pada suatu tempat yang telah dipersiapkan, aman, serta tidak mengganggu lingkungan. Menurut Sastrawijaya 2009 sistem pembuangan akhir sampah adalah sebagai berikut : 1. Sistem Open Dumping pembuangan terbuka Sistem open dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam sistem pembuangan sampah. Sampah hanya dibuangditimbun tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan pada lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarangtempat perkembangan vektor penyakit lalat, tikus, kecoa, menyebarkan bau, mencemari udara, air permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal yang berkepanjangan. Keuntungan menggunakan sistem open dumping antara lain : Universitas Sumatera Utara a. Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem yang lain b. Biaya operasi rendah c. Tidak memerlukan teknologi tinggi d. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah e. Dapat menampung berbagai macam sampah tanpa harus disortir terlebih dahulu, kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun. Kerugian menggunakan sistem open dumping antara lain : a. Potensi pencemarannya terhadap lingkungan tinggi, sehingga lokasi harus berjauhan dari wilayah pemukiman kota b. Memerlukan lahan yang relatif luas 2. Sistem Controlled landfill Controlled landfill adalah sistem open dumping yang telah diperbaiki atau ditingkatkan dan peralihan teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh dengan timbunan sampah yang telah dipadatkan atau setelah mencapai tahapperiode tertentu. Penutupan dengan tanah ini tidak dilakukan setiap hari, tetapi dengan periode waktu yang lebih panjang dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan adanya pencemaran, tetapi dengan biaya yang relatif masih rendah Royadi, 2006. 3. Sistem sanitary landfill Sistem sanitary landfill dianggap cara yang lebih baik karena sampah padat yang datang langsung diproses dengan penimbunan tanah di atasnya pada hari itu juga sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran. Namun cara ini ternyata kurang efisien karena memerlukan areal yang luas, memerlukan alat-alat yang besar Universitas Sumatera Utara dan manajemen yang baik. Sanitary landfill juga diduga dapat menimbulkan masalah pencemaran di bawah tanah sehingga dapat terjadi penurunan kualitas lingkungan karena dapat mencemari sumber air tanah dan air permukaan Suyono, 2014. Resiko yang tidak dapat dihindarkan dari pembuangan sampah di landfill adalah terbentuknya gas dan lindi yang dipengaruhi oleh dekomposisi dari mikroba dan iklim, sifat dari sampah dan iklim pengoperasian sampah di landfill. Perpindahan gas dan lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan, selain berdampak buruk terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan dampak-dampak yang lain, yaitu sebagai berikut : a. Kebakaran dan peledakan b. Kerusakan pada tanaman c. Bau yang tidak sedap d. Pencemaran air tanah, udara dan pencemaran global Royadi, 2006

2.2.3. Persyaratan Lokasi TPA

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati- hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen Kesehatan No. 281 Tahun 1989 dijelaskan tentang persyaratan penentuan lokasi TPA sampah. Ketentuannya adalah sebagai berikut : A. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km. 2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum mata air, sumur, danau dan lain-lain minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air tersebut. 3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. 4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam waktu yang lama. 5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besarumum, sedikitnya 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan sebagainya. 6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek estetika. 7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km. B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak menimbulkan bau. Universitas Sumatera Utara 2. Memiliki drainase yang baik dan lancar. 3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran. 4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda. 5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok garis atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah. C. TPA yang sudah tidak digunakan : 1. Tidak boleh untuk pemukiman 2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharí-hari Untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah : a. Jarak dari perumahan terdekat 500 m b. Jarak dari badan air 100 m c. Jarak dari airport 1500 m pesawat baling-baling dan 3000 m pesawat jet d. Muka air tanah 3 m e. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik 10 -6 cm det f. Merupakan tanah tidak produktif Universitas Sumatera Utara g. Bebas banjir minimal periode 25 tahun

2.3. Logam berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari 5 gcm 3 , terletak disudut kanan bawah pada sistem periodik unsur, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7 Miettinen, 1977 dalam Ernawati, 2010. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain Darmono, 1995. Logam berat ini dapat mencemari lingkungan. Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan dari tinggi ke rendah sebagai berikut merkuri Hg, kadmium Cd, seng Zn, timah hitam Pb, krom Cr, nikel Ni, dan kobalt Co Sutamihardja et al, 1982. Menurut Darmono 1995 daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkonsumsi hewan air adalah sebagai berikut Hg 2+ Cd 2+ Ag 2+ Ni 2+ Pb 2+ As 2+ Cr 2+ Sn 2+ Zn 2+ . Universitas Sumatera Utara Adanya logam berat diperairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini terkait dengan sifat-sifat logam berat Sutamihardja et al, 1982, yaitu : 1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai dihilangkan. 2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk udang, kerang dan ikan yang akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut. 3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.

2.4. Kadmium Cd

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

2 20 94

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

0 0 14

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

0 0 2

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

0 0 7

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

0 0 33

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016 Chapter III VI

0 0 28

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

0 1 4

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Berada Di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medantahun 2016

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Pengertian Sampah - Analisis Kandungan Kadmium (Cd) dalam Udang Windu (Penaeus monodon) yang Berada di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2014

0 1 30

Analisis Kandungan Kadmium (Cd) dalam Udang Windu (Penaeus monodon) yang Berada di Tambak Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2014

0 0 14