dan manajemen yang baik. Sanitary landfill juga diduga dapat menimbulkan masalah pencemaran di bawah tanah sehingga dapat terjadi penurunan kualitas lingkungan
karena dapat mencemari sumber air tanah dan air permukaan Suyono, 2014. Resiko yang tidak dapat dihindarkan dari pembuangan sampah di landfill
adalah terbentuknya gas dan lindi yang dipengaruhi oleh dekomposisi dari mikroba dan iklim, sifat dari sampah dan iklim pengoperasian sampah di landfill.
Perpindahan gas dan lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan, selain berdampak buruk terhadap kesehatan
juga dapat menyebabkan dampak-dampak yang lain, yaitu sebagai berikut : a.
Kebakaran dan peledakan b.
Kerusakan pada tanaman c.
Bau yang tidak sedap d.
Pencemaran air tanah, udara dan pencemaran global Royadi, 2006
2.2.3. Persyaratan Lokasi TPA
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-
hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Pemukiman Departemen Kesehatan No. 281 Tahun 1989 dijelaskan tentang persyaratan penentuan lokasi TPA sampah. Ketentuannya adalah sebagai
berikut : A. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km. 2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum mata air, sumur, danau dan
lain-lain minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air tersebut. 3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya
sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.
4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan
berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi
dalam waktu yang lama. 5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besarumum, sedikitnya 200 meter, hal
ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan
sebagainya. 6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek
estetika. 7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.
B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1.
Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak menimbulkan bau.
Universitas Sumatera Utara
2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.
3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran.
4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,
lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda. 5.
Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok garis atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan
pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah. C. TPA yang sudah tidak digunakan :
1. Tidak boleh untuk pemukiman
2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharĂ-hari
Untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai
kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan
Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah :
a. Jarak dari perumahan terdekat 500 m
b. Jarak dari badan air 100 m
c. Jarak dari airport 1500 m pesawat baling-baling dan 3000 m pesawat jet
d. Muka air tanah 3 m
e. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik 10
-6
cm det f.
Merupakan tanah tidak produktif
Universitas Sumatera Utara
g. Bebas banjir minimal periode 25 tahun
2.3. Logam berat