melalui pernafasan permukaan insang, melalui permukan tubuh kulit dan melalui makanan, partikel serta air yang masuk sistem pencernaan Connell Miller, 1995.
Insang merupakan jalan masuk air yang penting, karena permukaan insang lebih dari 90 seluruh luas badan. Masuknya logam berat Cd ke dalam insang dapat
menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang
menjadi terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat respirasi dan
pengikatan oksigen pada insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian Chahaya, 2003.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Rahmansyah, dkk 1998 dalam Yudiati 2009 bahwa udang windu yang tercemar kadmium sebesar
0,88 ppm secara fisiologis dapat menurunkan fungsi organ seperti insang, ginjal, otot dan syaraf sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya
bahkan dapat menyebabkan kematian. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Wu et al 2009
dalam Yudiati 2009 dimana paparan akut pada konsentrasi Cd yang tinggi menyebabkan perubahan histologi insang L. Vannamei.
2.4.7. Efek Toksisitas Kadmium Cd Pada Manusia
Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui inhalasi, oral maupun kulit. Menurut darmono 2001, kadmium yang masuk melalui saluran
pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium terutama kadmium oksida CdO kebanyakan dapat menyebabkan kasus keracunan akut pada manusia. Berbeda
Universitas Sumatera Utara
halnya dengan cara kadmium yang masuk melalui oral akan menyebabkan keracunan kronis pada manusia.
Logam yang masuk kedalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi, yang mana makanan telah terkontaminasi, absorpsi kadmium yaitu sekitar 5-8. Absorpsi
kadmium meningkat bila terjadi defisiensi kalsium Ca, besi Fe dan rendah protein dalam makanan. Defisiensi kalsium akan merangsang sintesis ikatan Ca-protein
sehingga akan meningkatkan absorpsi kadmium, sedangkan kecukupan seng dalam makanan dapat menurunkan absorpsi kadmium. Hal ini diduga karena seng
merangsang produksi metalotionin Widowati, 2008. Kadmium ditransformasikan dalam darah yang berikatan dengan sel darah
merah yang memilki protein berat molekul rendah, yaitu metalotionin MT yang memilki berat molekul 6000, banyak mengandung sulfhidril, dan dapat mengikat
11 kadmium dan seng. Metalotionin MT memiliki daya ikat yang sama terhadap beberapa jenis logam berat sehingga kandungan logam berat bebas dalam jaringan
berkurang. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium disebabkan oleh interaksi antara kadmium dan protein tersebut sehingga memunculkan hambatan
terhadap aktivitas kerja enzim. Metalotionin merupakan protein yang sangat peka dan akurat sebagai indikator pencemaran. Hal itu didasarkan pada suatu fenomena alam
dimana logam-logam bisa terikat di dalam jaringan tubuh organisme karena adanya protein polipeptida yang 26-33 mengandung sistein. Setelah Cd memasuki darah,
Cd didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh. Pengikat oksigen dalam jaringan bisa menyebabkan lebih tingginya kadar Cd dalam jaringan tersebut. Kadmium
memilki afinitas yang kuat terhadap hati dan ginjal Widowati, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Kadmium memiliki afinitas yang kuat terhadap ginjal dan hati. Pada umumnya, sekitar 50-75 kadmium dalam tubuh terdapat pada kedua organ tersebut.
Kadmium dalam tubuh akan dibuang melalui feces sekitar 3-4 minggu setelah terpapar kadmium dan melalui urin. Pada manusia, sebagian besar kadmium
diekskresikan melalui urin, sedangkan pada hewan sebagian besar kadmium diekskresikan melalui feces Widowati, 2008.
Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium dalam tubuh. Efek kronis dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok Palar, 2008, yaitu: a.
Efek Kadmium Terhadap Ginjal Ginjal merupakan organ utama dari sistem urinaria manusia. Pada organ ini
terjadi peristiwa akumulasi dari bermacam-macam bahan termasuk logam kadmium. Kadmium dapat menimbulkan gangguan dan bahkan kerusakan pada
sistem kerja ginjal terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat dideteksi dari tingkat atau kandungan protein yang terdapat dalam urin. Petunjuk lain berupa
adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam urat serta Ca dan Protein dalam urin.
Dari hasil penelitian pada manusia menunjukkan bahwa pajanan kadmium selama lebih kurang sekitar 10 tahun dapat mengakibatkan kerusakan ginjal,
tergantung intensitas pajanan. Tanda awal abnormalitas ginjal adalah ditemukannya proteinuria tubulus pada konsentrasi 2 µgg kreatinin yaitu β
2
- microglobulin dan ά1-microglobulin yang merupakan biomarker kerusakan
kerusakan ginjal akibat pajanan kadmium. Pada tingkat akhir kerusakan ginjal
Universitas Sumatera Utara
adalah adanya glycosuria, sisa kalsium dan fosfat dan gangguan metabolisme kalsium dengan efek sekunder pada tulang yaitu osteoporosis dan osteomalasia
Roels et al, 1999; Jarup et al, 2000. b.
Efek Kadmium Terhadap Paru-paru Keracunan yang disebabkan oleh kadmium lebih tinggi bila terinhalasi
melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis kadmium akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium. Dalam beberapa jam setelah
menghisap debu dan asap Cd, terutama Kadmium Oksida CdO, korban akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea, muntah, kepala pusing dan sakit
pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya pembengkakan paru-paru pulmonary emphysema.
c. Efek Kadmium Terhadap Tulang
Serangan yang paling hebat karena kadmium adalah kerapuhan tulang. Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang dilanda
rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat kekurangan kalsium dalam makanan yang tercemar kadmium, sehingga fungsi kalsium darah
digantikan oleh logam kadmium yang ada. Pada akhirnya kerapuhan pada tulang- tulang penderita yang dinamakan itai-itai disease.
d. Efek Kadmium Terhadap Darah dan Jantung
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko terhadap pembuluh darah. Apabila Cd masuk ke dalam tubuh
maka sebagian besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian yang dikeluarkan melalui saluran pencernaan. Kadmium dapat mempengaruhi otot
Universitas Sumatera Utara
polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah.
Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis kecil dalam waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan
kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasidiuria disertai dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus ginjal serta dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi.
Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap Kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan
kadium. Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO. Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang tinggi
dalam darah dengan rendahnya hemoglobin. e.
Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem
reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa
akibat terpapar uap logam kadmium dapat mengakibatkan impotensi. Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testoteron dalam darah.
Logam berat Kadmium bergabung bersama Timbal dan Merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan
manusia. Menurut badan dunia FAOWHO, konsumsi per minggu yang
Universitas Sumatera Utara
ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 μ g per orang atau 7 μ g per kg berat badan.
2.4.8. Waktu Paruh Cd dalam Tubuh