39 tersebut menjadi sesuatu yang penting untuk bekal kehidupan anak selanjutnya
agar anak pandai bersosialisasi dengan komunikasi lisan.
3. Strategi Penyampaian Cerita Untuk Anak
Upaya guru dalam menyajikan cerita perlu mendapat perhatian untuk menyajikan cerita yang mudah dan menyenangkan bagi anak. Ada beberapa
strategi yang dapat digunakan dalam metode bercerita. Menurut Nur Mustakim 2005: 171 ada beberapa strategi dalam menyampaikan cerita untuk anak, strategi
tersebut antara lain : a. Strategi storytelling, yaitu penceritaan cerita atau perihal
menceritakan cerita yang disampaikan oleh guru. Penceritaan sudah lama dilaksanakan guru karena beberapa manfaat yang dapat
diambil. Misalnya pada saat anak bermain dengan binatang kesayangannya atau pada saat menjelang tidur oleh orang tua
mengadakan kegiatan storytelling. Di Taman Kanak-Kanak guru membahas tema-tema tertentu dengan metode penceritaan. Aktivitas
storytelling memberi kontribusi dalam memahami cerita dan memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
atau keterampilan berbicara anak. Media yang dapat digunakan untuk membantu storytelling antara lain flannel board, boneka-
boneka, dan objek benda-benda visual, b. Strategi penceritaan kembali, yaitu kegiatan anak setelah anak memahami cerita dan
menceritakan kembali isi cerita. Ada tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini. Pertama, anak mampu menyusun kembali cerita yang
disimak dari proses penceritaan. Kedua, anak terampil menggunakan bahasa lisan melalui kegiatan berbicara produktif. Ketiga anak
terampil mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulsi kreatif. Media yang dapat digunakan guru untuk membantu proses
bercerita antara lain menggunakan buku cerita bergambar, boneka- boneka, atau flannel board, dan c. Strategi simulasi kreatif, yaitu
upaya guru untuk menstimulasi anak-anak mengambil peran dalam bercerita baik dengan alat peraga atau kerangka skema. Simulasi
kreatif itu bermakna sesuai dengan prinsip meniru perilaku tokoh apakah tokoh itu terdapat dalam cerita atau tokoh dikenal anak dari
lingkungan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi dalam menyampaikan cerita kepada anak terdapat tiga macam, yaitu strategi
40 storytelling, penceritaan kembali, dan simulasi kreatif. Strategi-strategi dalam
penyampaian cerita tersebut dapat digunakan untuk guru untuk memudahkan menyampaikan isi cerita dan mengembangkan keterampilan berbicara pada anak.
Strategi storytelling
merupakan strategi penyampaian cerita yang disampaikan guru kepada anak-anak dengan metode penceritaan Nur Mustakim,
2005: 174. Anak-anak mendengarkan cerita dari awal hingga akhir cerita. Guru dapat menggunakan media yang dapat digunakan untuk membantu storytelling,
seperti flannel board, boneka-boneka, dan objek benda-benda visual. Penggunaan media tersebut dapat memudahkan anak untuk memahami isi cerita yang
disampaikan guru. Strategi storytelling ini dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak Nur Mustakim, 2005: 175. Saat guru bercerita, anak-anak
mendengarkan dengan penuh perhatian dan guru dapat menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan isi cerita tersebut. Anak juga dapat langsung mengulang
cerita yang disampaikan guru dengan kalimat sederhana yang dipahami oleh anak Nur Mustakim, 2005: 175.
Selain strategi storytelling, menurut Nur Mustakim 2005: 187 strategi penceritaan kembali juga merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan cerita pada anak. Media yang dapat digunakan guru antara lain gambar dan boneka Nur Mustakim, 2005: 192. Strategi penceritaan kembali
meningkatkan keterampilan berbicara melalui pengulangan cerita yang dilakukan oleh anak. Setelah guru bercerita, anak diminta untuk menyampaikan cerita
kembali seperti cerita yang telah disampaikan guru Nur Mustakim, 2005: 190. Bahasa yang digunakan anak untuk bercerita menunjukkan penguasaan kosakata
41 yang dimiliki oleh anak, sehingga dapat menstimulasi keterampilan berbicara
anak. Sementara itu, strategi simulasi kreatif merupakan upaya guru untuk
menstimulasi anak-anak mengambil peran dalam bercerita Nur Mustakim, 2005: 199. Simulasi kreatif itu bermakna sesuai dengan prinsip meniru perilaku tokoh
apakah tokoh itu terdapat dalam cerita atau tokoh dikenal anak dari lingkungan. Anak dilibatkan menjadi tokoh dalam cerita yang sudah diskenario oleh guru atau
dapat juga anak-anak bercerita sesuai dengan keinginan mereka ingin menjadi tokoh yang dikenal anak dari lingkungan Nur Mustakim, 2005: 199. Strategi ini
juga dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak, karena anak dilatih untuk berkomunikasi secara lisan baik dengan arahan guru maupun dari perbendaharaan
kosakata yang dimiliki oleh anak tersebut. Dalam penelitian ini, anak-anak tidak diminta untuk mengulang cerita dari
guru melainkan anak memberikan tanggapan yang selaras dengan perintah dengan menjawab pertanyaan sederhana apa, siapa, mengapa, dan dimana yang berkaitan
dengan isi cerita guru.
4. Teknik Bercerita Oleh Guru Untuk Anak
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode bercerita maka guru harus memahami teknik-teknik dalam penyajian cerita. Teknik-teknik penyajian
cerita menurut Moeslichatoen 1995: 159, dalam buku Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak antara lain :
a. Membaca langsung dari buku Teknik bercerita dengan langsung menggunakan buku akan
sangat bagus ketika guru menyampaikan dengan bahasa yang memiliki puisi atau prosa yang sesuai dibacakan kepada anak TK.
42 b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
Anak-anak akan lebih memusatkan perhatian ketika buku yang diperlihatkan oleh mereka memiliki tulisan yang lebih sedikit dan
adanya gambar yang lebih mencolok sehingga anak akan tertarik mendengarkan cerita.
c. Bercerita dengan papan flanel Tokoh-tokoh cerita diperankan dengan menempelkan gambar tokoh
yang dapat dikreasi guru sendiri di atas sebuah papan yang dilapisi kain flanel.
d. Bercerita dengan menggunakan media boneka Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung
dengan usia, pengalaman, dan cerita yang dibawakan. Boneka yang dibuat masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran
tertentu. e. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan
Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan yaitu menggerakan tangan sesuai dengan isicerita. Misalkan, merentangkan lima jari
tangan, membentuk bulatan ibu jari dan telunjuk, atau membentuk bulatan dengan kedua ibu jari dan telunjuk. Gerakan-gerakan
tersebut dilakukan guru sambil bercerita agar anak tertarik mendengarkan cerita.
Sementara itu, teknik penyajian cerita yang dilakukan guru menurut Tadzkiroatun 2008: 119-157 diperlukan beberapa persiapan, mulai dari
penyiapan tempat, penyiapan alat peraga, hingga penyajian cerita. Lebih lanjut Tadzkiroatun menjelaskan beberapa hal yang termasuk dalam teknik penyajian
cerita yang dilakukan guru antara lain: a. Memilih dan mempersiapkan tempat
Kegiatan bercerita dapat dilakukan di mana pun asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Jika jumlah anak sedikit, bercerita dapat
dilakukan di berbagai tempat, seperti di teras, di kelas, di bawah pohon, di ruang tamu, di kebun binatang, dan lain-lain. Apabila jumlah anak relatif banyak
sebaiknya dipilih tempat yang lebih luas. Ruang kelas merupakan tempat yang paling representatif. Jika jumlah anak tidak terlalu banyak, penataan dapat