Ruang Lingkup Keterampilan Berbicara Anak
19 a. Tahap eksternal terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana
sumber berpikir berasal dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian besar berasal dari orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan tanya
jawab pada anak. b. Tahap egosentris, dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya
dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan. c. Tahap ketiga, yaitu tahap berbicara internal dimana dalam proses berpikir,
anak telah memiliki penghayatan sepenuhnya. Sementara itu, tahap perkembangan bicara anak pra sekolah menurut
Pateda dalam Suhartono 2005: 49 berpendapat tahapan perkembangan awal ujaran anak ada tiga yaitu:
a. Tahap Penamaan Pada umumnya tahap ini, anak baru mampu menggunakan kalimat terdiri
atas satu kata atau frase. Anak mengucapkan satu kata yang merupakan pesan secara utuh dalam satu kalimat.
b. Tahap Telegrafis Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyampaikan pesan yang
diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi berwujud dua atau tiga kata. Maksudnya kalimat-kalimat yang diucapkan anak terdiri atas dua atau tiga kata.
Yang termasuk pada tahap ini yaitu anak sekitar dua tahun. c. Tahap Transformasional
Pada tahap ini, anak sudah dapat mengucapkan kalimat-kalimat yang rumit. Anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh,
20 menyanggah, dan menginformasikan sesuatu. Berbagai kegiatan anak dan
aktivitasnya dikomunikasikan melalui kalimat-kalimat Suhartono, 2005: 51. Pada tahap ini anak sudah mampu mentransformasikan apa yang ada dalam
pikirannya dalam berbagai jenis kalimat. Yang termasuk dalam tahap ini yaitu anak sekitar 3-5 tahun.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahap keterampilan berbicara anak berhubungan erat dengan perkembangan berpikir
anak dan tahap ujaran anak. Tiga tahap yang berhubungan dengan perkembangan berpikir antara lain tahap eksternal, tahap egosentris dan tahap internal
Moeslichatoen, 1995: 15. Tiga tahap yang berkaitan dengan ujaran anak meliputi tahap penamaan, tahap telegrafis, dan tahap transformasional Suhartono,
2005: 49. Tahap pertama tahap eksternal merupakan tahap berfikir dengan bahasa
yang disebut berbicara secara eksternal Moeslichatoen, 1995: 15. Maksudnya, sumber berfikir anak datang dari luar dirinya. Sumber itu terutama berasal dari
orang dewasa yang memberi pengarahan anak dengan cara tertentu misalnya orang dewasa bertanya pada anak, ‘Apa yang kamu makan?’ , lalu anak memberi
jawaban,” Aku sedang makan kue”, orang dewasa tersebut meneruskan pertanyaan,”Kuenya warna apa?” dan seterusnya. Tahap kedua yaitu tahap
egosentris merupakan tahap dimana pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan Moeslichatoen, 1995: 15. Maksudnya, anak sudah dapat berpikir
dengan jalan pikirannya sendiri. Pengarahan dari orang dewasa tidak lagi menjadi sesuatu yang sangat diperlukan anak. Misalnya, anak langsung berbicara,”Ini kue,
21 warnanya coklat”. Orang dewasa tidak lagi memberikan pertanyaan untuk
mengarahkan anak. Tahap ketiga merupakan tahap berbicara secara internal. Anak menghayati sepenuhnya proses berpikirnya. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat
memproses pikirannya sendiri dan dapat mengungkapkan kalimat yang lebih panjang. Misalnya, anak berpikir dan mengucapkan,”Apa yang harus aku gambar?
Saya tahu, saya akan menggambar kue yang berwarna coklat kesukaanku”. Tiga tahap yang berkaitan dengan ujaran anak meliputi tahap penamaan,
tahap telegrafis, dan tahap transformasional Suhartono, 2005: 49. Tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengujarkan urutan bunyi kata tertentu dan
ia belum mampu untuk memaknainya. Ia mengujarkan kalimat dalam satu kata Suhartono, 2005: 49. Misalnya, anak mengujarkan urutan bunyi,”mama”,
“papa”, “makan”, “minum”. Anak dapat mengucapkan kata-kata tersebut karena adanya suatu proses peniruan bunyi yang pernah didengar anak misalnya dari
ibunya sendiri atatu dari anggota keluarganya. Selanjutnya, tahap kedua yaitu tahap telegrafis. Tahap telegrafis adalah tahap dimana anak sudah dapat
mengucapkan kalimat yang terdiri dua atau tiga kata Suhartono, 2005: 50. Misalnya, anak mengatakan,”Aku mau minum”, atau “Adik mau makan. Orang
dewasa yang mendengar perkataan anak sudah dapat memahami maksud anak, karena kalimat yang diucapkan singkat dan padat. Tahap selanjutnya, yaitu tahap
transformasional. Tahap transformasional merupakan tahap dimana anak sudah dapat mengucapkan kalimat-kalimat yang lebih rumit Suhartono, 2005: 51.
Berbagai kegiatan anak, aktivitasnya dikomunikasikan atau diujarkan melalui kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat yang digunakan anak misalnya untuk bertanya,