30
terlaksana dalam hal bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pengembangan kebijakan
sekolah, manajemen pengembangan sumber daya manusia yang ada di sekolah seperti: mengevaluasi kemampuan staf, menyusun dan
melaksanakan program pengembangan staf melalui training dan workshop
juga bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan sekolah, dan manajemen hubungan sekolah dengan pihak-pihak di
luar sekolah yang berkompeten. 2.
Penerapan nilai-nilai budaya positif yang tampak dalam kultur sekolah MTsM Kubangkondang, yaitu nilai keagamaan, nilai kedisiplinan,
nilai kerja keras, dan nilai kerja sama mampu menghasilkan siswa berprestasi baik akademik maupun non-akademik. Keagamaan yang
diterapkan di MTsM sebagai pencetak pribadi-pribadi yang unggul, yaitu setiap memasuki ruangan harus mengucapkan salam dan
memakai kaki kanan, membaca Al-Quran, membaca doa sebelum pelajaran dimulai, begitu juga setelah pelajaran berakhir. Kedisiplinan
yang diterapkan
di Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah
Kubangkondang mencakup kedisiplinan guru dan kedisiplinan siswa. Kerja keras yang diterapkan di sekolah ini mencakup kerja keras guru
dalam mengajar dan kerja keras siswa dalam belajar. Adapun kerja sama dalam dinamika kehidupan warga madrasah, terkondisikan
dengan adanya berbagai wadah dan unit-unit kegiatan yang
31
mengorganisir mereka dalam mengimplementasikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
3. Faktor
penghambat pelaksanaan
kultur sekolah
di MTs
Muhammadiyah Kubangkondang meliputi: keterbatasan kemampuan guru, pemanfaatan waktu luang, dan pembelajaran. Ketiga hal ini
terlihat pada sejumlah guru di MTs Muhammadiyah Kubangkondang. Sejumlah guru masih memiliki keterbatasan misalnya keterbatasan
keahlian, intelektual, dan penyampaian materi pembelajaran di kelas. Mengakibatkan siswa menjadi pasif, tidak kreatif, dan tidak terbiasa
untuk memecahkan suatu permasalahan. Siswa menjadi sangat tergantung dengan hal-hal yang disampaikan guru di kelas.
C. Kerangka Berpikir
Kemajuan teknologi tidak bisa dihindari, karena kemajuan teknologi akan terus berjalan beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Banyak
keuntungan yang didapat dari penggunaan teknologi komunikasi ini, antara lain dapat mempermudah komunikasi antara suatu tempat dan tempat yang
lain, mempermudah dan memperlancar sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan, mempermudah transaksi-transaksi bisnis suatu
perusahaan atau perorangan, mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk dengan pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu,
mempermudah mencari informasi bahkan beasiswa untuk sekolah di dalam ataupun di luar negeri, sampai mempercepat persebaran ilmu pengetahuan.
Namun dibalik keuntungan-keuntungan itu terdapat beberapa kerugian, antara
32
lain adalah bentuk komunikasi berubah yang asalnya berupa face to face menjadi tidak. Selain itu, dengan pesatnya teknologi informasi baik di
internet maupun media lainnya membuat peluang masuknya hal-hal yang berbau pornografi, pornoaksi, maupun kekerasan semakin mudah dan
maraknya cyber crime yang terus membayangi seperti carding, ulah cracker, manipulasi data dan berbagai cyber crime yang lainnya akan semakin
merajalela. Namun teknologi yang berkembang sangat pesat ini tidak diimbangi oleh pengawasan dan pendidikan yang baik mengenai penggunaan
teknologi oleh guru di sekolah maupun orangtua di rumah. Kultur sekolah merupakan suatu pola kehidupan yang digambarkan
oleh warga sekolah dalam kegiatan sehari-hari yang didalamnya berupa seperangkat nilai-nilai, keyakinan, norma, upacara, tradisi yang sudah ada
sejak sekolah itu didirikan. Dalam konteks sekolah, kultur dapat mempengaruhi sistem pembelajaran yang ada di sekolah. Tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat mempengaruhi kultur yang ada di sekolah. Keduanya saling mempengaruhi. Oleh karena itu kultur yang ada
disetiap sekolah akan berbeda sesuai dengan lingkungan, orang-orang yang ada didalamnya dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teknologi yang tidak dapat dihindari ini memberikan banyak kemudahan, dan sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia.
Penggunaan teknologi yang tidak memandang faktor usia ini akan mempengaruhi pola perilaku manusia, baik anak-anak, remaja, dewasa,
maupun orangtua. Pola perilaku ini akan menghasilkan kultur disuatu
33
lingkungan yang didiami oleh orang-orang yang tersebut. Tidak terkecuali di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah yang notabene membutuhkan
teknologi untuk mempermudah proses pembelajaran tentu akan mengalami perubahan kultur. Kultur sekolah yang didalamnya terdapat sistem ide
gagasan, sistem sosial, dan produk ini dapat dilihat dari benda yang ada di sekolah, kebiasaan pada pola perilaku dan pola komunikasi yang dilakukan
oleh kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, dan siswa. Kultur yang baik akan mendorong siswa untuk berprestasi dan meningkatkan mutu sekolah.
Banyak faktor yang dapat mendorong dan menghambat dalam menghasilkan kultur sekolah yang baik, kaitannya dengan teknologi. Dan hasil tersebut
adalah kultur sekolah berbasis teknologi.
34
Gambar 2. Kerangka Berpikir