Jenis Teknologi Media Pembelajaran

25 c. Hasil media teknologi yang berbasis komputer Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya adalah karena informasimateri disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction pembelajaran dengan bantuan komputer. Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial practice latihan unuk membantu siswa menguasai materi yang telah dikuasai sebelumnya, permainan dan simulasi latihan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari, dan basis data sumber yang dapat membantu siswa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginan masing-masing. Beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak adalah sebagi berikut : 1 Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear; 2 Dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan keinginan perancang pengembang sebagaimana direncanakannya; 26 3 Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, dan grafik; 4 Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini; 5 Pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi. d. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling cangih apabila dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti jumlah random access memory yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang bersolusi tinggi ditambah dengan periperal alat-alat tambahan seperti videodisc player, perangkat keras untuk bergabung dalam satu jaringan, dan sistem audio. Beberapa ciri utama teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut : 1 Dapat digunakan secara acak, sekuensial, dan linear; 2 Dapat digunakan sesuai dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya; 3 Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa, dan dibawah pengendalian siswa; 27 4 Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan pelajaran; 5 Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu digunakan; 6 Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siswa; 7 Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber.

B. Penelitian yang Relevan

1. Skripsi “Peran Kultur Sekolah dalam Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri Mendut Magelang” oleh Hilda Pangestika, Program Studi Kebijakan Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian Hilda dan penelitian saya sama-sama meneliti tentang kultur sekolah, namun perbedaannya adalah Hilda meneliti kultur sekolah sebagai peran dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan inklusi sedangkan saya meneliti kultur sekolah berbasis teknologi. Adapun hasil dari penelittian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan pendidikan inklusi di SD Negeri Mendut masih terdapat kekurangan yaitu sarana prasarana, pemahaman dan kompetensi guru, serta sekolah hanya memiliki 1 GPK. Kultur sekolah kurang berperan di SD Negeri Mendut dalam melaksanakan kebijakan pendidikan inklusi. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa dari segi artifak keadaan lingkungan sekolah yang masih perlu diperhatikan serta penyediaan sarana dan prasarana yang masih kurang. Berdasarkan penerapan nilai-nilai positif bahwa masih 28 ditemui warga sekolah yang kurang mematuhi peraturan sekolah diantaranya adalah guru dan peserta didik termasuk ABK. Masih ada perilaku perilaku peserta didik yang kurang baik terhadap ABK seperti mengganggu dan bahkan ada yang pernah berkelahi antara peserta didik yang tidak mengalami hambatan dan ABK. Adapun faktor pendukung peran kultur sekolah dalam pelaksanaan kebijakan inklusi adalah : visi misi sekolah, memberikan keterampilan kepada semua peserta didik termasuk ABK, adanya dukungan warga sekolah dan masyarakat sekitar, serta semangat berjuang untuk meningkatkan mutu sekolah. Faktor penghambat adalah motivasi belajar ABK rendah, penerapan budaya positif masih sulit, peran orangtua dalam pendidikan anak masih kurang, masih ada perilaku kurang baik terhadap ABK, dan metode serta motivasi guru masih rendah dalam mendidik peserta didik termasuk ABK. 2. Skripsi “Studi Kebijakan Sekolah dalam Pengembangan Kultur Sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta” oleh Istifaiyah, Program Studi Kebijakan Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian Istifaiyah dan penelitian saya sama-sama meneliti kultur sekolah di SMP N 2 Yogyakarta, namun perbedaannya adalah Istifaiyah meneliti tentang kebijakan sekolah dalam pengembangan kultur sekolah, sedangkan saya meneliti tentang kultur sekolah berbasis teknologi. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah menunjukkan bahwa gambaran kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta secara keseluruhan dari tampilan fisik sekolah seperti ruang kepala sekolah, ruang kelas, ruang bimbingan 29 konseling, ruang TU, ruang pertemuan, perpustakaan, mushola, UKS, koperasi, dan pintu gerbang Nampak terawat bersih. Sarana dan prasarana yang tersedia sudah cukup lengkap dan memadai. Untuk kultur terkait nilai dan keyakinan seperti kultur kebersihan, kultur kedisiplinan, gemar membaca, berprestasi, dan religi sudah cenderung ke arah kultur positif, hanya kultur berperilaku belum optimal. Sedangkan kebijakan sekolah dalam pengembangan kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta difokuskan pada budaya kebersihan, budaya kedisiplinan, budaya berperilaku, budaya berprestasi, dan budaya religi. Kebijakan sekolah yang mendesak untuk dikembangkan terkait budaya berperilaku di sekolah. 3. Tesis “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kultur Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kubangkondang Kabupaten Pandeglang provinsi Banten” oleh Masfiah Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, tahun 2007. Penelitian Masfiah dan penelitian saya sama-sama membahas tentang kultur sekolah, namun perbedaannya saya meneliti kultur sekolah berbasis teknologi sedangkan Masfiah meneliti kultur sekolah sebagai pengembangan dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai manager, leader, administrator, dan sepervisor dalam pengembangan kultur sekolah di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kubangkondang telah 30 terlaksana dalam hal bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pengembangan kebijakan sekolah, manajemen pengembangan sumber daya manusia yang ada di sekolah seperti: mengevaluasi kemampuan staf, menyusun dan melaksanakan program pengembangan staf melalui training dan workshop juga bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan sekolah, dan manajemen hubungan sekolah dengan pihak-pihak di luar sekolah yang berkompeten. 2. Penerapan nilai-nilai budaya positif yang tampak dalam kultur sekolah MTsM Kubangkondang, yaitu nilai keagamaan, nilai kedisiplinan, nilai kerja keras, dan nilai kerja sama mampu menghasilkan siswa berprestasi baik akademik maupun non-akademik. Keagamaan yang diterapkan di MTsM sebagai pencetak pribadi-pribadi yang unggul, yaitu setiap memasuki ruangan harus mengucapkan salam dan memakai kaki kanan, membaca Al-Quran, membaca doa sebelum pelajaran dimulai, begitu juga setelah pelajaran berakhir. Kedisiplinan yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kubangkondang mencakup kedisiplinan guru dan kedisiplinan siswa. Kerja keras yang diterapkan di sekolah ini mencakup kerja keras guru dalam mengajar dan kerja keras siswa dalam belajar. Adapun kerja sama dalam dinamika kehidupan warga madrasah, terkondisikan dengan adanya berbagai wadah dan unit-unit kegiatan yang