Kultur Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta

80 Teknologi yang digunakan memang tidak semua mendukung secara langsung dalam menciptakan budaya yang diinginkan, namun penggunaan teknologi tetap berdampak dan mendukung terciptanya kultur sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta. Meski teknologi yang digunakan di sekolah masih merupakan teknologi yang sederhana, bukan teknologi canggih, namun manfaat dari adanya teknologi sudah dapat membuat kegiatan dan proses belajar mengajar dan pengembangan budaya di sekolah menjadi lebih efektif, efisien dan inovatif dibanding tanpa penggunaan teknologi. Namun dibalik semua dampak positif penggunaan teknologi akan ada dampak negatif juga, maka sekolah harus mengembangkan budaya lain yang dapat mencegah dan meminimalisasi terjadinya dapak negatif dari penggunaan teknologi dan mendukung pengembangan budaya berteknologi di sekolah. Dengan adanya budaya- budaya yang sudah berhasil dikembangkan lebih dulu oleh sekolah, seperti budaya bersih, budaya disiplin, budaya berprestasi, budaya religius dan budaya sopan santun selain dapat mencegah dan meminimalisasi dampak negatif dari penggunaan teknologi juga mendukung terciptanya budaya berteknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta. Karena budaya yang dikembangkan tidak ada yang dapat berdiri sendiri, namun bersinergis dan saling mendukung satu sama lain. Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya bersih ikut memberikan dukungan. Lingkungan sekolah yang bersih, tentu akan membuat orang nyaman dalam melakukan kegiatan apapun. Tanpa 81 disertai dengan kenyamanan kegiatan tidak akan dapat berlangsung dengan baik. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta terdapat pembiasaan denda bagi anak yang membuang sampah sembarangan dan bagi kelas yang kotor. Kelas yang bersih akan membuat nyaman penghuni kelas dalam mendapatkan ilmu dari guru. Guru juga akan nyaman saat berada di kelas. Jadi transfer ilmu dapat dilakukan dengan baik oleh guru kepada siswa. Selain itu setelah pulang sekolah siswa biasanya nongkrong di area depan aula untuk menikmati wifi dengan menggunakan laptop atau gadget yang mereka miliki. Karena tempat itu bersih jadi anak akan nyaman berlama-lama disitu, bahkan biasanya hingga sore anak belum pulang. Dengan begitu pembiasaan bersih dari sekolah, akan membuat nyaman siswa untuk dapat mengembangkan kultur berbasis teknologi. Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya disiplin ikut memberikan dukungan. Sudah sering kita jumpai jika anak sudah bermain games di gadget atau laptop akan sulit untuk dikendalikan. Tidak hanya games saja, sekarang sudah marak sekali media sosial. Anak semacam menjadi autis terhadap teknologi. Tanpa kedisiplinan, anak akan sering memakai teknologi untuk hal yang tidak penting hingga membuang waktu. Tidak hanya itu, plagiasi juga dapat menjadi dampak dari ketidak- disiplinan anak dalam berteknologi. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta memang tidak ada larangan bagi siswa untuk membawa handphone atau gadget yang canggih sekalipun, namun sekolah memberikan batasan. Dimana saat proses belajar mengajar berlangsung siswa tidak boleh 82 menggunakan handphone atau gadget, kecuali untuk sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran tersebut misal untuk mencari data atau berhitung. Untuk data yang didapat dari internet guru mengharuskan anak untuk mencantukan sumber data dan tanggal dia mendapatkannya, dengan tujuan mendisiplinkan mereka agar tidak plagiasi. Dan apabila anak menggunakan handphone atau gadget itu tidak sesuai dengan ketentuan akan langsung disita. Dengan kedisiplinan yang sudah dibiasakan akan membuat siswa dapat membagi waktu, kapan dia harus menggunakan handphone atau gadget yang mereka miliki untuk keperluan pembelajaran dan kapan dia menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Jadi kultur sekolah berbasis teknologi dapat berkembang dengan baik. Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya berprestasi ikut memberikan dukungan. Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap apa yang didapatnya dari internet atau teknologi lain adalah pengetahuan yang terlengkap dan final. Anak yang berprestasi tentu tidak demikian, ia akan merasa terus ingin tahu dan tidak cepat puas. Selain itu anak yang berprestasi dapat dengan baik mengikuti perkembangan jaman, karena tanpa mengikuti perkembangan jaman tentu seseorang akan tertinggal. Semakin memasuki perkembangan global, teknologi yang ada terus berkembang dengan sangat pesat. Semua teknologi sudah semakin canggih dan mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan. Tanpa diimbangi dengan akal yang cerdas seseorang 83 akan tidak dapat mengikuti perkembangannya. Dengan membudayakan berprestasi tentu membuat anak semakin cerdas dan kreatif, dan dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Sehingga perkembangan kultur sekolah berbasis teknologi akan dapat berjalan dengan baik. Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya religius ikut memberikan dukungan. Salah satunya dapat menyaring dampak negatif. Banyak sekali dampak negatif dari perkembangan teknologi yang merupakan perkembangan global. Anak yang dibiasakan untuk selalu berpegang pada aturan agama, melakukan kebiasaan- kebiasaan yang diajarkan oleh agama, akan dapat memilah mana yang dapat dia ambil manfaatnya dan mana yang seharusnya dia buang. Misalnya saat anak menggunakan internet, disana banyak sekali hal-hal negatif seperti pornografi yang dapat diakses dengan mudah. Namun dengan budaya religius yang ada, akan mencegah anak untuk mengaksesnya. Selain itu anak juga dapat terjerumus pada pergaulan yang tidak baik, namun dengan berpegang pada aturan agama tentu anak akan dapat mengetahui batasan-batasan dalam bergaul. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta terdapat pembiasaan mengaji di pagi hari sebelum memulai pelajaran, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah, untuk memperkuat hubungan manusia dengan Tuhannya dan membentuk karakter anak. Dengan menanamkan budaya religi yang kuat pada anak, akan mengurangi dampak negatif dan mempermudah perkembangan kultur berteknologi di sekolah. 84 Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya sopan santun ikut memberikan dukungan. Teknologi dapat mempengaruhi perilaku sosial anak. Anak akan cenderung mengerjakan tugas sendiri dengan bantuan internet dari pada belajar berkelompok yang disitu banyak sekali hikmah-hikmah yang terkandung dalam nilai kebersamaan. Teknologi juga dapat mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung face to face. Namun dengan adanya budaya berperilaku yang ditanamkan di sekolah seperti senyum, salam, dan sapa akan menghindarkan anak dari hal yang demikian. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta, setelah pulang sekolah, siswa banyak yang masih berada di sekolah memafaatkan wifi untuk mengerjakan tugas, berkumpul bersama teman, atau sekedar berselancar di media sosial. Sering juga mereka sampai sore berada di sekolah, karena memang tidak ada pembatasan jam tutup sekolah. Hal ini tentu membuktikan bahwa penanaman budaya berperilaku di sekolah dapat mengurangi dampak negatif berteknologi. Sehingga perkembangan kultur sekolah berbasis teknologi dapat berjalan dengan baik. Jadi kultur berteknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta dapat terbentuk dengan baik juga karena dukungan dari 5 budaya yang berhasil dikembangkan oleh sekolah, yaitu budaya bersih, budaya disiplin, budaya berprestasi, budaya religius, dan budaya sopan santun yang kelimanya berhubungan secara sinergis. 85 Gambar 4. Kultur Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menciptakan Kultur

Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta Pengembangan kultur di sekolah tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor tersebut dapat dijadikan tolak ukur bagi sekolah dalam mencari dan memecahkan masalah dengan tujuan kearah yang lebih baik. Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta antara lain : Budaya Religius Budaya Sopan Santun Budaya Kebersihan Budaya Berprestasi Budaya Kedisiplinan Kultur Sekolah Berbais Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta 86

a. Faktor Pendukung

Dalam salah satu visi misi sekolah, yaitu melatih belajar mandiri dari berbagai sumber belajar termasuk menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi, jelas menunjukkan bahwa sekolah mendukung adanya kultur sekolah berbasis teknologi. Selain itu sekolah juga tidak melarang siswa untuk membawa gadget, bahkan dianjurkan untuk membawa laptop bagi yang punya hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 18 Juli 2014. Upaya tersebut untuk mewujudkan visi misi sekolah untuk menjadi sekolah yang bermutu. Selain itu sarana dan prasarana yang memadai juga menjadi pendukung dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi. Karena dalam menciptakan kultur tersebut tentu memerlukan beberapa fasilitas seperti LCD, laptop, dll. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta ini sudah mempunyai LCD di setiap kelas, banyak guru yang juga sudah mempunyai laptop untuk membantu proses pembelajaran. Siswa juga sudah mempunyai fasilitas pendukung sendiri seperti laptop dan handphone atau gadget masing-masing. Orangtua siswa juga mendukung dalam pengembangan kultur sekolah berbasis teknologi. LCD yang ada disetiap kelas merupakan sumbangan dari wali siswa. Mulai dari membeli hingga pemasangan, semua wali siswa yang mengatur. Bahkan sekolah tidak tahu persis berapa harga setiap LCD yang diberikan. Pengadaan LCD di sekolah 87 merupakan salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh wali siswa kepada sekolah dalam mengembangkan budaya berteknologi. Kepala sekolah memberikan dukungan dengan tidak melarang siswa untuk membawa handphone atau gadget ke sekolah dan menganjurkan untuk membawa laptop agar dapat memanfaatkan wifi yang sudah disediakan oleh sekolah. Guru memberikan dukungan dengan membiasakan penggunaan media elektronik yang sudah disediakan sekolah dalam membantu proses pembelajaran.

b. Faktor Penghambat

Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta juga menemukan beberapa hambatan. Dengan status sekolah negeri itu berarti dana yang didapat sekolah adalah dari negara yang berbentuk dana Bantuan Operasional Sekolah BOS. Dalam aturan penggunaan dana BOS http:bos.kemdikbud.go.idrekap, sekolah hanya boleh membeli maksimal satu unit komputer dalam satu tahun anggaran dan untuk membeli alat peragamedia pembelajaran hanya boleh dibelikan jika semua kebutuhan lainnya sudah terpenuhi. Sedangkan dalam menciptakan budaya berteknologi tentu memerlukan dana yang besar. Sebagian guru memiliki keterbatasan kemampuan dalam menjalankan pekerjaanya sehingga menghambat kultur berteknologi yang ada misalnya keterbatasan kemampuan mengajar dengan baik karena faktor umur, dan kurang kreatif. Sejumlah guru yang sudah 88 hampir pensiun tidak dapat menggunakan media elektronik yang ada sehingga tidak dapat mendukung kultur sekolah berbasis teknologi. Keengganan untuk mempelajari teknologi juga menghambat perkembangan kultur tersebut. Kepala sekolah tidak mengadakan sebuah kebijakan khusus mengenai penggunaan teknologi di sekolah. Kepala sekolah hanya menganjurkan guru untuk memanfaatkan teknologi yang ada seperti LCD, proyektor, dll yang ada di kelas. Namun tidak ada sebuah keharusan, sehingga tidak ada stimulant untuk guru yang belum bisa menggunakan teknologi untuk bisa menggunakannya. Karena tidak ada keharusan, jadi tidak ada usaha dari sekolah untuk memperbaiki sumber daya yang ada, misal dengan mengadakan program pelatihan penggunaan media belajar berbentuk media elektronik bagi guru yang belum dapat menggunakannya.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang kultur sekolah yang ada di SMP Negeri 2 Yogyakarta, kultur berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta dan faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta. Data sebelumnya sudah pada hasil penelitian akan dianalisis pada bab ini sehingga ditemukan kesimpulan-kesimpulan kemudian peneliti dapat memberikan rekomendasi pada pihak-pihak terkait.