Kultur Sekolah di SMP Negeri 2 Yogyakarta

92 Lanjutan tabel 11 5 Sopan Santun Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Kesopanan merupakan tuntutan dalam hidup bersama. Ada norma yang harus dipenuhi supaya diterima secara sosial. • 3 S Senyum, Salam, Sapa • Bersalaman dengan guru jaga di gerbang sekolah setiap pagi. • Memberi salam dan sapa kepada guru saat guru masuk ke kelas. Dari tabel di atas terlihat bahwa banyak program yang ada di SMP Negeri 2 Yogyakarta untuk mengembangkan budaya yang diinginkan sesuai dengan tujuan sekolah dalam visi misi. Semua program berjalan baik dengan adanya pengawasan dari guru maupun dari kepala sekolah. Kesadaran dari siswa untuk mematuhi aturan juga mempermudah jalannya program.

2. Kultur Sekolah Berbasis Teknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta

Kultur berteknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta tidak dibentuk dari peraturan-peraturan atau kebijakan khusus yang dibuat oleh kepala sekolah, namun karena kesempatan yang diberikan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah tidak pernah melarang penggunaan gadget canggih yang menurut beberapa sekolah lain gadget akan mengganggu perkembangan anak atau memberikan dampak negatif kepada anak. 93 Ada banyak sekali dampak positif dan negatif dalam penggunaan teknologi oleh anak, namun dengan adanya kontrol dan pembiasaan yang baik oleh guru di sekolah maupun oleh orangtua di rumah akan mengurangi dampak negatif yang berpotensi didapat si anak. Kultur berteknologi di SMP Negeri 2 Yogyakarta dapat terbentuk dengan baik karena dukungan dari beberapa budaya yang berhasil dikembangkan oleh sekolah, yaitu budaya bersih, budaya disiplin, budaya berprestasi, budaya religius, dan budaya sopan santun. Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya bersih ikut memberikan dukungan. Lingkungan sekolah yang bersih, tentu akan membuat orang nyaman dalam melakukan kegiatan apapun. Tanpa disertai dengan kenyamanan kegiatan tidak akan dapat berlangsung dengan baik. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta terdapat pembiasaan denda bagi anak yang membuang sampah sembarangan dan bagi kelas yang kotor. Kelas yang bersih akan membuat nyaman penghuni kelas dalam mendapatkan ilmu dari guru. Guru juga akan nyaman saat berada di kelas. Jadi transfer ilmu dapat dilakukan dengan baik oleh guru kepada siswa. Selain itu setelah pulang sekolah siswa biasanya nongkrong di area depan aula untuk menikmati wifi dengan menggunakan laptop atau gadget yang mereka miliki. Karena tempat itu bersih jadi anak akan nyaman berlama-lama disitu, bahkan biasanya hingga sore anak belum pulang. Dengan begitu pembiasaan bersih dari sekolah, akan membuat nyaman siswa untuk dapat mengembangkan kultur berbasis teknologi. 94 Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya disiplin ikut memberikan dukungan. Sudah sering kita jumpai jika anak sudah bermain games di gadget atau laptop akan sulit untuk dikendalikan. Tidak hanya games saja, sekarang sudah marak sekali media sosial. Anak semacam menjadi autis terhadap teknologi. Tanpa kedisiplinan, anak akan sering memakai teknologi untuk hal yang tidak penting hingga membuang waktu. Tidak hanya itu, plagiasi juga dapat menjadi dampak dari ketidak- disiplinan anak dalam berteknologi. Di SMP Negeri 2 Yogyakarta memang tidak ada larangan bagi siswa untuk membawa handphone atau gadget yang canggih sekalipun, namun sekolah memberikan batasan. Dimana saat proses belajar mengajar berlangsung siswa tidak boleh menggunakan handphone atau gadget, kecuali untuk sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran tersebut misal untuk mencari data atau berhitung. Untuk data yang didapat dari internet guru mengharuskan anak untuk mencantukan sumber data dan tanggal dia mendapatkannya, dengan tujuan mendisiplinkan mereka agar tidak plagiasi. Dan apabila anak menggunakan handphone atau gadget itu tidak sesuai dengan ketentuan akan langsung disita. Dengan kedisiplinan yang sudah dibiasakan akan membuat siswa dapat membagi waktu, kapan dia harus menggunakan handphone atau gadget yang mereka miliki untuk keperluan pembelajaran dan kapan dia menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Jadi kultur sekolah berbasis teknologi dapat berkembang dengan baik. 95 Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya berprestasi ikut memberikan dukungan. Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap apa yang didapatnya dari internet atau teknologi lain adalah pengetahuan yang terlengkap dan final. Anak yang berprestasi tentu tidak demikian, ia akan merasa terus ingin tahu dan tidak cepat puas. Selain itu anak yang berprestasi dapat dengan baik mengikuti perkembangan jaman, karena tanpa mengikuti perkembangan jaman tentu seseorang akan tertinggal. Semakin memasuki perkembangan global, teknologi yang ada terus berkembang dengan sangat pesat. Semua teknologi sudah semakin canggih dan mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan. Tanpa diimbangi dengan akal yang cerdas seseorang akan tidak dapat mengikuti perkembangannya. Dengan membudayakan berprestasi tentu membuat anak semakin cerdas dan kreatif, dan dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Sehingga perkembangan kultur sekolah berbasis teknologi akan dapat berjalan dengan baik. Dalam menciptakan kultur sekolah berbasis teknologi, budaya religius ikut memberikan dukungan. Salah satunya dapat menyaring dampak negatif. Banyak sekali dampak negatif dari perkembangan teknologi yang merupakan perkembangan global. Anak yang dibiasakan untuk selalu berpegang pada aturan agama, melakukan kebiasaan- kebiasaan yang diajarkan oleh agama, akan dapat memilah mana yang dapat dia ambil manfaatnya dan mana yang seharusnya dia buang.