PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN STRATEGI REACT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI MAN BABAKAN LEBAKSIU TEGAL

(1)

DENGAN STRATEGI REACT TERHADAP HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI MAN BABAKAN

LEBAKSIU TEGAL

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh Akhmad Farid

4301409071

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Hari :

Tanggal :

Semarang,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Sri Nurhayati, M.Pd Dra. Sri Mantini RS, M.Si


(3)

iii

terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan.

Semarang, Juli 2013

Akhmad Farid 4301409071


(4)

iv

Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI MAN Babakan Lebaksiu Tegal disusun oleh

Akhmad Farid 4301409071

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada

hari : tanggal : Panitia:

Ketua Sekertaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si

NIP 19631012 198803 1 001 NIP 19650723 199303 2 001

Ketua Penguji

Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si NIP 19561111 199003 1 003

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Sri Nurhayati, M.Pd Dra. Sri Mantini RS, M.Si


(5)

v

 Jangan pernah merasa bangga jika engkau mampu beramal sholeh, karena jika bukan karena Allah yang menggerakkan hatimu untuk beramal sholeh, niscaya engkau tidak akan sanggup melakukannya.

 Dengan ilmu hidup akan menjadi mudah, dengan seni hidup akan menjadi indah dan dengan iman hidup akan menjadi terarah.

 Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah dzikir. Mencari ilmu adalah jihad. (Imam Al Ghazali)

PERSEMBAHAN

Hasil karya ini merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT, rasa syukur selalu kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat yang tiada terkira. Karya ini kupersembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku, Bapak Ahmad Mujahid dan Ibu Latifah yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa dengan setulus hati di setiap langkahku.

 Kakak dan adikku, Mas Syaikhul, Mas Zulfa, Almas, Nabil, Izzah

 Um Farid, Lik Khafsoh, dan Fuadi Maqofa Ahmad

 Teman-teman seperjuangan D’Kimoro

 Semua dosen kimia yang telah membagi ilmunya yang Insya Allah bermakna dan bermanfaat.

 Almamaterku, tempatku berjuang demi cita-cita masa depan.


(6)

vi

rahmat, hidayah serta anugerah nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kimia dengan Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI MAN Babakan Lebaksiu Tegal”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang.

2. Ibu Dra. Sri Nurhayati, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi. 3. Ibu Dra. Sri Mantini RS, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si selaku dosen penguji skripsi, yang telah

meluangkan waktunya untuk menguji skripsi penulis, dan memberi masukan, arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H. Kamaluddin,MM selaku Kepala MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Dra. Nur Hikmah selaku guru mata pelajaran kimia MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini. 8. Bapak Baghowi, M.Pd, Ibu Nurkhilfah, S.Pd, dan Ibu Muzayanah, S.Ag

selaku guru MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.

9. Ayah, Ibu dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, doa dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

Penulis tahu bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, Juli 2013 Penulis


(8)

viii

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Sri Nurhayati, M.Pd., Pembimbing Pendamping Dra. Sri Mantini RS, M.Si

Kata Kunci : Hasil belajar; Strategi REACT

Pada pembelajaran kimia, siswa diharapkan memperoleh aspek pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah. Pada kenyataannya, masih banyak dijumpai beberapa kesulitan yang menyebabkan siswa masih sukar dalam memahami dan mendalami materi. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi pembelajaran REACT terhadap hasil belajar kompetensi dasar kelarutan dan hasil kali kelarutan di MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Data hasil penelitian diperoleh melalui metode tes, observasi, dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Desain penelitian ini adalah post-test only group design. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata hasil post test kelas eskperimen I dan eksperimen II sebesar 82,03 dan 77,07. Hasil uji perbedaan rata-rata menunjukkan bahwa rata-rata-rata-rata nilai post-test kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II. Analisis pengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh koefisien korelasi biserial (rb) sebesar 0,45 dengan koefisien determinasi (KD) 20,25%. Hasil belajar afektif dan psikomotorik kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan strategi REACT berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa.


(9)

ix

Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Main supervisor Dra. Sri Nurhayati, M.Pd., Assistant Supervisor Dra. Sri Mantini RS, M.Si.

Keywords: Strategy of REACT; Learning outcomes

In learning chemistry, students are expected to acquire aspects of conceptual understanding, reasoning, communication, and problem solving. In fact, students still find some difficulties that make them difficult to understand and explore the material. So, learning alternative strategies is needed to improve motivation and learning activities. This study aims to determine how much influence of learning chemistry with REACT strategy given on learning outcomes basic competency solubility and solubility product in MAN Babakan Lebaksiu Tegal. The research data were obtained through the method of test, observation, and questionnaires. The population in this study were students of class XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Experimental design is a post-test only group design. Samples were taken with a random cluster sampling technique. Based on the research results, the average post test results experiment class I and II experiments at 82,03 and 77,07. Test results mean difference shows that the average value of the post-test experimental class I was better than the experimental class II. Analysis of the effect on student learning outcomes resulting biserial correlation coefficient (rb) of 0.45 with a coefficient of determination (KD) 20.25%. The result of affective and psychomotor learning outcomes of experimental class I better than experimental class II. From the results of this study concluded that learning with REACT strategy have a positive impact on learning outcomes.


(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 7

1.5 Batasan Masalah ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 9

2.2 Strategi Pembelajaran REACT ... 11

2.3 Hasil Belajar ... 15

2.4 Keterampilan Proses Sains ... 16

2.5 Penelitian Terdahulu ... 21

2.6 Tinjauan tentang Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 22

2.7 Kerangka Berpikir ... . 28


(11)

xi

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5 Instrumen Penelitian ... 34

3.6 Analisis Instrumen ... 37

3.7 Metode Analisis Data ... 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.2 Pembahasan... 67

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 81

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(12)

xii

2.1 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains ... 17

3.1 Data SiswaKelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal ... 31

3.2 Desain Penelitian ... 33

3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 39

3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 41

3.5 Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 42

3.6 Perubahan Nomor Soal Uji Coba pada Soal Ulangan ... 43

3.7 Klasifikasi Nilai Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 54

3.8 Kriteria Rata-Rata Skor Tiap Aspek ... 54

3.9 Klasifikasi Nilai Angket Tanggapan Siswa ... 55

4.1 Data Awal Populasi ... 56

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal Populasi ... 57

4.3 Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 57

4.4 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Keadaan Awal Populasi ... 58

4.5 Data Nilai Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II .... 59

4.6 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test ... 59

4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-Test ... 59

4.8 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test (Uji Dua Pihak) ... 60

4.9 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test (Uji Satu Pihak) ... 60

4.10 Hasil Uji Ketuntasan Belajar Klasikal ... 62

4.11 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif ... 63

4.12 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik ... 64


(13)

xiii

2.1 Kerangka Berpikir ... 29

4.1 Grafik Hasil Belajar Kognitif ... 70

4.2 Grafik Hasil Observasi Afektif ... 74

4.3 Grafik Hasil Observasi Psikomotorik ... 77

4.4 Hasil Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kimia dengan Strategi REACT ... 79


(14)

xiv

1. Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Gasal Kelas XI IPA ... 86

2. Uji Normalitas Data Populasi ... 87

3. Uji Homogenitas Data Populasi ... 91

4. Uji Kesamaan Rata-Rata Keadaan Awal Populasi... 92

5. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen I dan Eksperimen II ... 94

6. Silabus ... 95

7. Contoh RPP Kelas Eksperimen I ... 97

8. Contoh RPP Kelas Eksperimen II ... 102

9. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 107

10.Soal Uji Coba dan Post-Test ... 108

11.Analisis Validitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .... 116

12.Reliabilitas Soal Uji Coba ... 119

13.Daftar Nilai Post-Test ... 120

14.Uji Normalitas Data Post-Test ... 121

15.Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-Test ... 123

16.Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test (Uji Dua Pihak) ... 124

17.Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test (Uji Satu Pihak) ... 125

18.Analisis Pengaruh Antar Variabel ... 126

19.Daftar Ketuntasan Belajar Klasikal ... 127

20.Pedoman Penilaian Afektif ... 128

21.Hasil Uji Coba Lembar Observasi Afektif ... 131

22.Uji Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ... 132

23.Rekapitulasi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I ... 133

24.Rekapitulasi Nilai Afektif Kelas Eksperimen II ... 134

25.Pedoman Penilaian Psikomotorik ... 135

26.Hasil Uji Coba Lembar Observasi Psikomotorik ... 139


(15)

xv

31.Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kimia dengan Strategi REACT ... 145 32.Dokumentasi Penelitian ... 147 33.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 149


(16)

1

1.1

Latar Belakang

Mata pelajaran kimia sebagai salah satu rumpun dari Ilmu Pengetahuan Alam menuntut siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kimia menekankan pada cara siswa menguasai konsep-konsep dan bukan menghafal fakta satu sama lain. Konsep-konsep kimia mempunyai tingkat generalisasi dan abstraksi tinggi yang menyebabkan siswa mengalami kesukaran dalam penguasaan. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. Selain itu, pembelajaran kimia juga menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan yang harus dijadikan acuan bagi pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Keterampilan proses ini harus ditumbuhkan dalam diri peserta didik sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Keterampilan-keterampilan ini akan menjadi


(17)

penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap, wawasan, dan nilai dari peserta didik. (Depdiknas, 2006)

Keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah dan dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, dan untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya (Indrawati, 2000). Pendekatan ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pendekatan ini pada dasarnya memacu pengembangan potensi siswa berupa keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa (Dimyati, 2002). Untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Salah satunya metode eksperimen/praktikum yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains.

Djamarah (2010) menyatakan bahwa praktikum akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu, sehingga pengalaman siswa bermakna karena keterampilan proses sains lebih beragam dan materi yang diajarkan lebih luas.

Observasi awal yang dilakukan melalui wawancara dengan guru kimia Kelas XI MAN Babakan Lebaksiu Tegal, Dra. Nur Hikmah, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun ajaran 2011/2012 kurang dari 80%. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) MAN Babakan Lebaksiu Tegal untuk mata pelajaran kimia adalah 75, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa untuk materi kelarutan


(18)

dan hasil kali kelarutan tidak mencapai standar kelulusan kompetensi. Hal ini disebabkan pengalaman belajar yang diberikan guru lebih ditekankan pada kegiatan ceramah dan latihan soal serta praktikum di laboratorium belum optimal. Kegiatan tersebut terkesan monoton dan belum menekankan pada kegiatan aktif siswa (student centered) dalam membangun konsep. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yang tepat dalam penerapannya di kelas.

Konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan salah satu konsep kimia yang proses pembelajarannya menuntut siswa tidak hanya paham materi saja, melainkan siswa ditantang untuk dapat mengintegrasikan dalam kehidupan nyata. Dalam materi ini, siswa dituntut untuk mampu mengkonstruk konsep-konsep yang relevan dan disesuaikan dengan pengalaman yang dimilikinya. Upaya yang dilakukan siswa dalam mengkonstruk konsep-konsep dapat berupa (1) pembuktian; (2) penemuan; dan (3) pencarian informasi-informasi dari berbagai sumber sehingga pengetahuan siswa akan bertambah luas. Untuk memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep sebelumnya, seperti konsep mol, persamaan reaksi, kesetimbangan reaksi, dan konsentrasi larutan. Adanya keterkaitan antara konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan konsep-konsep sebelumnya, menunjukkan bahwa konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan konsep yang kompleks.


(19)

Strategi REACT dijabarkan oleh Crawford, bahwasannya ada lima strategi yang harus tampak yaitu: Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring. Relating (mengaitkan) adalah pembelajaran dengan mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks pengalaman kehidupan nyata atau pengetahuan yang sebelumnya. Experiencing (mengalami) merupakan pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan melakukan kegiatan (learning by doing) melalui eksplorasi, penemuan, pencarian, aktivitas pemecahan masalah, dan laboratorium. Applying (menerapkan) adalah belajar dengan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk digunakan, dengan memberikan latihan-latihan yang realistik dan relevan. Cooperating (bekerjasama) adalah pembelajaran dengan mengkondisikan siswa agar bekerja sama, sharing, merespon dan berkomunikasi dengan para pembelajar yang lainnya. Kemudian Transferring (mentransfer) adalah pembelajaran yang mendorong siswa belajar menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya ke dalam konteks atau situasi baru yang belum dipelajari di kelas berdasarkan pemahaman.

Hasil penelitian yang dilakukan Ismawati (2010) menunjukkan adanya pengaruh strategi pembelajaran REACT terhadap hasil belajar kimia siswa sebesar 33,64%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Meita (2012) tentang pengaruh strategi pembelajaran REACT terhadap prestasi belajar ditinjau dari keterampilan proses sains siswa, menunjukkan hasil keterampilan proses sains kelas yang diberikan strategi pembelajaran REACT lebih baik dibandingkan dengan kelas yang tidak menerapkan strategi pembelajaran REACT.


(20)

Model pembelajaran kimia dengan strategi REACT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Siswa diharapkan mampu mengaitkan konsep kelarutan dan hasil kelarutan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan mampu berkomunikasi dengan baik antar siswa maupun dengan guru, karena dalam pembelajaran ini siswa akan dikelompokkan dalam kelompok-kelompok diskusi yang menuntut terjadinya interaksi dan kerjasama yang baik antar anggota. Dalam pembelajaran ini juga siswa akan diajak untuk menerapkan dan melakukan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan konsep kelarutan. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sebab siswa memperoleh pengalaman langsung dan siswa dapat mengkontruksi pengetahuan dan ide-ide kreatif yang didapatnya dari hasil pengamatan dan diskusi, sehingga perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek pengetahuan saja tetapi juga melalui pengalaman langsung melakukan praktikum di sekolah mengenai materi yang diajarkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi REACT terhadap hasil belajar kimia siswa, perlu diujicobakan

dalam penelitian yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN

KIMIA DENGAN STRATEGI REACT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI”.


(21)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1) Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diberikan pembelajaran dengan strategi REACT dan siswa tanpa diberi strategi REACT pada kompetensi kelarutan dan hasil kelarutan siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal?

2) Berapa besar pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT pada materi kelarutan dan hasil kelarutan terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah:

1) Mengetahui adanya perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diberikan pembelajaran dengan strategi REACT dan siswa tanpa diberi strategi REACT pada kompetensi kelarutan dan hasil kelarutan siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal.

2) Mengetahui berapa besar pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT pada kompetensi kelarutan dan hasil kelarutan terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal.


(22)

1.4

Manfaat

1) Manfaat Akademis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pembelajaran menggunakan strategi REACT yang dapat dijadikan sebagai suatu alternatif dalam proses pembelajaran kimia.

2) Manfaat Praktis a) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada khususnya dan kualitas sekolah pada umumnya.

b) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan strategi REACT yang bisa dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran kimia.

c) Bagi Siswa

Penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa untuk lebih aktif dan lebih fokus sehingga pembelajaran menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

d) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebaai acuan dalam pengembangan penelitian berikutnya.


(23)

1.5

Batasan Masalah

Penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Hasil belajar yang diukur meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diukur melalui tes yang dilakukan di akhir pembelajaran, sedangkan hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik siswa diukur melalui observasi. Untuk observasi aspek psikomotorik, digunakan empat indikator dari indikator-indikator keterampilan proses sains. Keempat indikator tersebut yaitu, mengamati, berkomunikasi, menafsirkan, dan menggunakan alat dan bahan. Dari keempat indikator tersebut, peneliti merinci lagi sehingga terbentuk sepuluh aspek yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa aspek psikomotorik.


(24)

9

2.1

Belajar dan Pembelajaran

Dalam proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan aktivitas paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan tujuan pendidikan banyak bergantung terhadap sejauh mana proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Menurut Makmun (2002) “Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Gagne (Dahar, 1998) yang menyatakan bahwa: “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat pengalaman”. Tidak semua perilaku yang terjadi pada suatu organisme dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Perilaku yang menjadi perhatian utama sebagai hasil dari proses belajar adalah perilaku verbal. Perilaku berbicara, bergerak, menulis, dan perilaku lainnya yang memberikan kesempatan kita untuk mempelajari perilaku-perilaku berpikir, merasa, mengingat, memecahkan masalah, berbuat kreatif dan lainnya (Dahar 1998).

Dalam hal ini siswa harus membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator. Pengertian lain dari belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kekuatan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar dapat juga diartikan suatu proses perubahan tingkah laku


(25)

individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar, setiap individu memiliki motivasi yang berbeda-beda. Arifin (2003) mengungkapkan bahwa “Terdapat dua motivasi seseorang untuk belajar. Dorongan untuk belajar ini bisa datang dari dirinya sendiri yang disebut motivasi intrinsik, atau bisa juga datang dari luar dirinya yang disebut motivasi ekstrinsik”.

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas dan direncanakan oleh guru untuk dialami siswa. Pembelajaran tersebut membantu siswa untuk membangun konsep atau prinsip dengan kemampuan sendiri.

Dalam kegiatan pembelajaran, berlangsung interaksi antara pengajar dan pembelajar sebagai komponen dari pembelajaran dalam mengkonstruksi pengetahuan pada diri pembelajar. Sesuai dengan teori konstruktivisme piaget yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah (a) memusatkan perhatian pada proses berfikir atau proses mental siswa, bukan hanya kebenarannya saja, (b) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam belajar, dan (c) memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan kognitif siswa. Dalam pembelajaran tersebut terdapat komponen yang sangat penting yaitu materi subyek yang dikelola secara logika oleh pedagogik materi subyek, dimana antar satu komponen dengan komponen lainnya memiliki ketergantungan yang saling menguntungkan. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan membangun pengetahuan pembelajar.


(26)

Strategi pembelajaran perlu mengikuti kaidah pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkrit ke abstrak, dari sederhana ke kompleks dan dari mudah ke sulit. Peserta didik perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau pengetahuannya. Suatu rumus, konsep atau prinsip dalam mata pelajaran seyogyanya dibangun pembelajar dalam bimbingan guru.

Strategi pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Keterampilan berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan matematika atau kerja ilmiah merupakan hal-hal yang perlu sering dilatihkan agar peserta didik menguasai kompetensi dalam ilmu sosial, matematika dan sains.

2.2

Strategi Pembelajaran REACT

Startegi pembelajaran REACT terdiri dari lima komponen (Relating Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

2.2.1 Relating

Menurut Crawford (2001), Relating (mengaitkan/menghubungkan) merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang paling kuat sekaligus merupakan inti dari konstruktivistik. Guru dikatakan menggunakan strategi menghubungkan ketika guru mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang tidak asing bagi siswa. Guru membantu menghubungkan apa yang telah diketahui oleh siswa dengan informasi yang baru.


(27)

Guru yang memulai pembelajaran dengan strategi relating harus selalu mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh hampir semua siswa dari pengalamannya hidupnya diluar kelas (Crawford, 2001). Jadi pertanyaan yang diajukan selalu dalam fenomena-fenomena yang menarik dan sudah tidak asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada di luar jangkauan persepsi, pemahaman dan pengetahuan para siswa.

2.2.2 Experiencing

Experiencing (mengalami) adalah menghubungkan informasi baru dengan berbagai pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Pengalaman yang dimaksud disini adalah yang dialami siswa selama proses belajar. Experiencing ini disebut juga learning by doing, melalui exploration (penggalian), discovery (penemuan), dan invention (penciptaan). Relating dan experiencing merupakan dua strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai konsep baru. Tetapi guru harus tahu kapan dan bagaimana caranya mengintegrasikan strategi-strategi dalam pembelajaran tidaklah sederhana (Crawford, 2001). Di sini guru memerlukan ketelitian, kolaborasi dan kecermatan dalam menyajikan materi-materi pembelajaran. Guru dapat mengetahui kapan saatnya mengaktifkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya, sehingga dapat membantu menyusun pengetahuan baru bagi siswa.


(28)

2.2.3 Applying

Pada strategi Applying (menerapkan) ini siswa belajar untuk menerapkan konsep-konsep ketika mereka melakukan aktivitas pemecahan masalah. Guru harus mampu memotivasi siswa untuk memahami konsep-konsep yang diberikan dengan latihan-latihan yang lebih realistis dan relevan dengan kehidupan nyata. Agar proses pembelajaran dapat menunjukkan motivasi siswa dalam mempelajari konsep-konsep serta pemahaman siswa menjadi lebih mendalam, (Crawford, 2001) merekomendasikan untuk memfokuskan pada aspek-aspek aktivitas pembelajaran yang bermakna. Setelah itu merancang tugas-tugas untuk sesuatu yang baru, bervariasi, beraneka ragam dan menarik. Terakhir merancang tugas-tugas yang menantang tetapi masuk akal dalam kaitannya dengan kemampuan siswa.

2.2.4 Cooperating

Siswa yang melakukan aktivitas belajar secara individual kadang-kadang tidak mampu menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam menyelesaikan masalah (Crawford, 2001). Belajar dalam kelompok kecil, dapat membuat siswa lebih mampu menghadapi latihan-latihan yang sulit. Mereka lebih mampu menjelaskan apa yang mereka sudah pahami kepada teman-teman satu kelompok. Untuk menghindari adanya siswa yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, menolak atau menerima tanggung jawab atas pekerjaan kelompok; atau mungkin kelompok yang terlalu tergantung pada bimbingan guru, atau kelompok yang terlibat dalam konflik. David Johnson dan Roger Johnson (dalam Crawford, 2001) memberikan beberapa petunjuk untuk menghindari hal tersebut


(29)

dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep yang lebih mendalam, antara lain: (1) menciptakan ketergantungan positif. Ketergantungan positif berarti bahwa setiap individu akan berhasil jika setiap individu yang lain dalam satu kelompok tersebut juga berhasil; (2) membangun interaksi antara siswa dengan siswa melalui diskusi pemecahan masalah; (3) memberikan tanggung jawab kelompok kepada setiap individu, sehingga tidak ada ketergantungan kelompok terhadap satu individu saja.

2.2.5 Transferring

Dalam strategi Transferring (mentransfer) ini siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang baru. Pembelajaran diarahkan untuk menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Disini guru dituntut untuk merancang tugas-tugas untuk mencapai sesuatu yang baru dan beranekaragam sehingga tujuan-tujuan, minat, motivasi, keterlibatan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran kimia dapat meningkat.

Selain itu, (Rohati, 2011) guru seharusnya memiliki kemampuan alamiah untuk memperkenalkan gagasan-gagasan baru yang dapat memberikan motivasi terhadap siswa secara intrinsik dengan memancing rasa penasaran atau emosi. Oleh karena itu guru secara efektif memberikan latihan-latihan untuk memancing rasa penasaran dan emosi siswa. Guru juga berperan sebagai motivator dalam mentransfer gagasan dari satu konteks ke konteks lain. Dengan demikian rasa bermakna yang timbul dalam pembelajaran dengan strategi ini dapat melibatkan emosi siswa.


(30)

2.3

Hasil Belajar

Anni (2009:85) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.

Benyamin S. Bloom (dalam Anni 2009:86) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf yang terdiri dari tujuh aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Pada penelitian ini, aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur psikomotorik siswa diambil dari indikator keterampilan proses sains, antara lain: mengamati, berkomunikasi, menafsirkan, dan menggunakan alat dan bahan.


(31)

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut (Anni, 2009:96):

1) Faktor internal, mencakup (1) kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; (2) kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual dan emosional; serta (3) kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungannya. 2) Faktor eksternal, meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang

dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi hasil belajar.

2.4

Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, sosial, dan fisik. Kemampuan ini pada dasarnya merupakan pengembangan diri sikap ingin tahu pada setiap anak. Indrawati (2000), menyatakan bahwa keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (flasifikasi). Menurut Krischner (2002) praktikum merupakan sarana yang tepat untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan khusus. Keterampilan khusus yang dimaksud adalah: membedakan, mengamati, mengukur, menilai, menggunakan alat dan bahan, merencanakann dan mengkomunikasikan. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan keterampilan proses dasar yang dimiliki dan dikembangkan oleh para ilmuwan.


(32)

Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran sains (Hodson, 1996). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arifin dkk (2003) bahwa mempelajari sains kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan laboratorium. Woolnough (dalam Rowe, 1996) mengemukakan empat alasan pentingnya praktikum, yaitu: (1) praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA, (2) praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, (3) praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan (4) praktikum menunjang materi pelajaran.

Rustaman (2005) menyatakan bahwa keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Jenis-jenis indikator keterampilan proses sains beserta sub indikatornya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains Indikator

Keterampilan Proses Sains

Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

Mengamati Menggunakan sebanyak mungkin alat indera Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan Mengelompokkan

atau Klasifikasi

Mencatat setiap pengamatan secara terpisah Mencari perbedaan, persamaan

Mengontraskan ciri-ciri Membandingkan

Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan Menafsirkan Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan Menyimpulkan

Meramalkan Menggunakan pola-pola hasil pengamatan Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada Keadaan yang belum diamati

Mengajukan Pertanyaan

Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana. Bertanya untuk meminta penjelasan


(33)

hipotesis. Merumusakan

Hipotesis

Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.

Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

Merencanakan Percobaan

Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan Mentukan variabel/ faktor penentu

Menetukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

Menggunakan alat/bahan

Memakai alat/bahan

Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan Mengetahui bagaimana menggunakan alat/ bahan. Menerapkan konsep Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi

baru

Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

Berkomunikasi Mengubah bentuk penyajian

Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

Membaca grafik atau tabel atau diagram

Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu masalah atau suatu peristiwa

Deskripsi mengenai indikator-indikator keterampilan proses sains sebagai berikut:

1) Mengamati

Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan beberapa indera. Indera yang digunakan siswa yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mengecap. Siswa harus dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai melalui kemampuan ini. 2) Mengelompokkan atau Klasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses


(34)

mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.

3) Menafsirkan

Menafsirkan hasil pengamatan adalah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena dari mengamati langsung, mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan membuat siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4) Meramalkan

Meramalkan adalah mengemukakan atau memperkirakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola keteraturan atau kecenderungan-kecenderungan gejala tertentu yang telah diketahui sebelumnya.

5) Mengajukan pertanyaan

Kemampuan mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.

6) Merumusakan hipotesis

Kemampuan membuat suatu perkiraan atau jawaban sementara yang beralasan (logis) untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan


(35)

atau penalaran deduktif berdasarkan teori.Kebenaran hipotesis dapat diuji melalui percobaan yang dilakukan oleh siswa.

7) Merencanakan percobaan

Kemampuan menentukan alat dan bahan, variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan variable yang berubah dalam percobaan. Siswa harus dapat menentukan apa yang akan diamati, diukur atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja serta bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan. 8) Menggunakan alat/bahan

Keterampilan menggunakan alat dan bahan dapat dimiliki dengan sendirinya. Siswa harus menggunakan alat dan bahan secara langsung agar dapat memperoleh pengalaman langsung dan mengetahui konsep mengapa dan bagaimana menggunakan alat dan bahan.

9) Menerapkan konsep

Keterampilan menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu atau menjelaskan suatu peristiwa yang dipelajarinya dalam situasi baru atau pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

10) Berkomunikasi

Keterampilan mendiskusikan dan menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Keterampilan ini disampaikan secara lisan maupun tulisan yang dapat berupa membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi.


(36)

Assesment keterampilan proses sains bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai aspek atau indikator, assessment ini dapat berupa observasi, tes tertulis dan penilaian laporan hasil eksperimen (Feyzioglu, 2009: 118-120). Observasi dapat dilakukan pada setiap pembelajaran di kelas melalui diskusi, di laboratorium maupun di lapangan dengan menggunakan lembar observasi penilaian keterampilan proses sains. Tes tertulis dapat dilakukan menggunakan tes obyektif dan uraian. Tes ini untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa, yang di dalamnya berisi pokok uji tes obyektif dengan masalah yang open ended. Siswa dituntut untuk mengemukakan alasan mengapa memilih jawaban itu. Hal ini dilakukan untuk mengintrepetasikan apakah siswa hanya menebak, salah konsep, tidak menguasai konsep dan keterampilan proses sains atau menguasai konsep dan keterampilan proses sains. Penilaian laporan hasil eksperimen dilakukan dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti dan divalidasi para ahli.

2.5

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung rencana penelitian ini diantaranya: 1) Hasil penelitian Tapilouw Marthen (2010) yang berjudul “Pembelajaran

Melalui Pendekatan REACT Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa SMP” menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis, penalaran matematis, dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengalami pembelajaran melalui pendekatan REACT lebih tinggi dari siswa yang belajarnya konvensional.


(37)

2) Hasil penelitian Yuniawatika (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. Pembelajaran matematika dengan strategi REACT secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa sekolah dasar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang) maupun ditinjau dari kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah).

3) Hasil penelitian Meita (2012) membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains siswa. Siswa yang diberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran REACT memiliki keterampilan proses sains yang lebih baik dibandingkan kelas yang tidak diberikan strategi pembelajaran REACT.

2.6

Tinjauan tentang Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Banyak proses alam yang terjadi disebabkan oleh pengendapan atau kelarutan garam yang sukar larut dalam air. Sebagai contoh terbentuknya stalaktit dan stalakmit dalam gua kapur atau terbentuknya batu ginjal dalam tubuh. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk pada saat air merembes dari atas bukit gua melalui rongga-rongga dan melarutkan kapur sedikit-sedikit. Di dalam gua ini kapur ada yang jatuh dan menempel di atap gua sehingga dalam waktu ribuan tahun terbentuk stalaktit dan stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terbentuk selama ribuan tahun ini merupakan CaCO3 yang mengendap dari air kapur.


(38)

Batu ginjal dalam tubuh akan terbentuk bila terjadi pengendapan garam kalsium fosfat atau kalsium oksalat secara perlahan-lahan. Pengendapan akan terjadi dalam proses pencernaan bila konsentrasi ion oksalatnya berlebihan dan menimbulkan terbentuknya kalsium oksalat. Ion kalsium dalam plasma darah yang berfungsi sebagai pengontrol gerak otot akan berkurang bila diikat oleh ion oksalat. Hal ini akan menyebabkan kekejangan yang mendadak. Pengendapan-pengendapan tersebut ada hubungannya dengan konsentrasi ion dan hasil kali kelarutan. Sebagai contoh batu ginjal terbentuk jika konsentrasi ion kalsium dan ion oksalat cukup besar.

2.6.1 Pengertian Kelarutan

Jika suatu senyawa ion dilarutkan ke dalam air, biasanya akan larut sebagai ion. Bagi senyawa yang sedikit larut akan terjadi kesetimbangan antara senyawa yang padat dan ion-ion dalam larutan jenuhnya. Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang maksimum, tidak dapat ditambah lagi. Harga konsentrasi maksimum ini berbeda-beda untuk masing-masing senyawa. Konsentrasi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu zat dalam suatu larutan disebut kelarutan.

2.6.2 Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Apabila kita melarutkan kapur ke dalam air sedikit demi sedikit, awalnya kapur larut dalam air. Tetapi, lama kelamaan kapur yang ditambahkan tidak bisa larut lagi. Keadaan pada saat pelarut sudah tidak mampu lagi melarutkan zat yang ditambahkan disebut keadaan jenuh. Seluruh zat elektrolit akan terionisasi


(39)

membentuk ion-ionnya. Pada keadaan jenuh terjadi kesetimbangan heterogen antara padatan dan ion-ion yang terlarut.

Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya.

Suatu larutan jenuh elektrolit AxBy dalam air yang berisi AxBy padat. Dalam larutan terjadi kesetimbangan ion.

AxBy(s) AxBy(aq) xAy+(aq) + yBx-(aq)

Berdasarkan reaksi kesetimbangan ini dapat dihitung harga tetapan kesetimbangan :

Di dalam larutan jenuh AxBy konsentrasi AxBy yang terlarut tidak berubah selama AxBy padat masih terdapat dalam larutan dan suhu percobaan tetap. Persamaan (1) dapat juga ditulis sebagai berikut:

Karena harga K tetap dan harga konsentrasi AxBy merupakan tetapan baru. Tetapan baru ini dinyatakan dengan notasi Ksp, maka persamaan (2) dapat ditulis:

Keterangan:

Ksp zat AxBy = hasil kali kelarutan AxBy


(40)

2.6.3 Hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutaan (s dan Ksp) Nilai kelarutan dapat dihitung berdasarkan hubungan antara Ksp dan kelarutan (s). Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

AxBy(s) AxBy(aq) xAy+(aq) + yBx-(aq)

s x s y s

Bila kelarutan zat AxBy adalah S (dalam satuan molar), secara stoikiometri

[Ay+] yang terbentuk adalah xS dan [Bx-] yang terbentuk adalah yS, maka persamaan Ksp-nya menjadi:

Ksp = [Ay+]x[Bx-]y = (xs)x(ys)y

= (xxyy)s(x+y) atau S =

×

+

2.6.4 Pengaruh Ion Senama atau Ion Sejenis

Kelarutan dalam air murni akan berbeda dengan kelarutan dalam suatu larutan. Seringkali kelarutan elektrolit dalam suatu larutan tidak hanya berasal dari satu sumber saja, melainkan terdapat sumber lain dari ion senama (sejenis) dalam larutan.

Coba kita perhatikan contoh berikut ini. Apakah yang akan terjadi apabila ke dalam larutan jenuh Ag2CrO4 kita tambahkan larutan AgNO3 atau larutan

K2CrO4?

Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat

dengan ion Ag+ dan ion CrO42- :


(41)

Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi

ion Ag+ atau ion CrO42- dalam larutan.

AgNO3 (aq)  Ag+(aq) + NO3-(aq)

K2CrO4 (aq)  2K+(aq) + CrO42-(aq)

Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42- akan menggeser kesetimbangan

ke kiri. Akibat dari pergeseran itu, jumlah Ag2CrO4 yang larut menjadi berkurang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberadaan ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi, sebagaimana halnya kesetimbangan pada umumnya, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan, asal suhunya tidak berubah.

2.6.5 pH dan Kelarutan

Beberapa zat padat hanya sedikit larut dalam air tetapi sangat larut dalam larutan asam. Sebagai contoh, bijih tembaga dan nikel sulfida dapat larut dengan asam kuat. Suatu fakta yang amat membantu dalam pemisahan dan pengambilan logam berharga ini dari bentuk unsurnya. Pengaruh pH terhadap kelarutan ditunjukkan secara dramatis pada kerusakan bangunan dan monumen oleh pengendapan asam. Ada sebagian senyawa ionik dengan kelarutan rendah mempunyai daya larut yang bergantung pada pH larutan. pH mempengaruhi daya larut ion hidroksida dan garam yang mengandung anion basa lemah. Untuk memahaminya, simak contoh berikut :


(42)

Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam HCl.

Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut: Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat

kesetimbangan sebagai berikut :

CaCO3 (s) CaCO3(aq) Ca2+ (aq) + CO32- (aq)

Saat asam kuat ditambahkan ke kalsium karbonat, ion hidrogen (H+) bereaksi dengan ion karbonat membentuk HCO3- atau H2CO3. H2CO3 selanjutnya akan

terurai membentuk CO2 dan H2O. Gelembung-gelembung gas karbon dioksida

akan timbul saat kalsium karbonat larut. Hal ini akan menggeser kesetimbangan di atas ke kanan. Dengan kata lain, menyebabkan CaCO3 melarut.

2.6.6 Reaksi Pengendapan

Suatu ion dapat dikeluarkan dari larutannya melalui reaksi pengendapan. Sebagaimana telah dipelajari ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil kali konsentrasi seperti dalam rumus tetapan kesetimbangan (bukan konsentrasi setimbang) disebut sebagai Qc. Jadi, apakah keadaan suatu larutan belum jenuh,

jenuh atau lewat jenuh, dapat ditentukan dengan memeriksa nilai Qc–nya dengan

ketentuan sebagai berikut:

AxBy(s) AxBy(aq) xAy+(aq) + yBx-(aq)

(1) Jika hasilkali konsentrasi ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing lebih kecil dari harga Ksp (Qc < Ksp) , maka larutan tersebut masih belum jenuh.

(2) Jika hasilkali konsentrasi ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing sama dengan harga Ksp (Qc = Ksp) , maka larutan tepat jenuh.


(43)

(3) Jika hasilkali konsentrasi ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing lebih besar dari harga Ksp (Qc > Ksp) , maka larutan lewat jenuh.

2.7

Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran kimia SMA, siswa diharapkan memperoleh aspek pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah. Pada kenyataanya masih dijumpai beberapa kesulitan yang menyebabkan siswa masih sukar dalam memahami dan mendalami materi kimia. Permasalahan terjadi bukan hanya dari faktor kemampuan siswa, namun bagaimana guru menyampaikan materi pembelajaran juga memiliki andil dalam hal ini. Kompetensi dasar Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan salah satu materi yang membutuhkan pemahaman cukup tinggi. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi, mendalami, dan mengaplikasikannya. Siswa belum bisa melakukan kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan maupun mengkonstruk konsep-konsep yang berkaitan dengan materi secara mandiri dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar kimia siswa menjadi kurang maksimal. Pembelajaran yang monoton sering kali membuat siswa merasa bosan dan kurang termotivasi. Hal ini membuat siswa sulit memahami materi sehingga nilai yang diperoleh menjadi kurang maksimal. Keadaan yang demikian sangat disayangkan terlebih lagi bila siswa sebenarnya memiliki kemampuan intelegensi yang baik.

Berdasarkan permasalahan ini, maka perlu adanya alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Dalam


(44)

penelitian ini digunakan pembelajaran dengan strategi REACT pada kelas eksperimen I dan pembelajaran tanpa strategi REACT pada kelas eksperimen II. Setelah diberi perlakuan pada masing-masing kelas, hasil belajar kimia kedua kelas kemudian dibandingkan untuk mengetahui kelompok atau kelas mana yang memiliki hasil belajar yang lebih baik. Secara ringkas alur penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Siswa kesulitan memahami materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Hasil belajar kurang maksimal

Pembelajaran kimia dengan strategi REACT

Pembelajaran kimia tanpa strategi REACT

Kelas eksperimen I Kelas eksperimen II

Siswa aktif dalam pembelajaran Siswa aktif dalam pembelajaran

Hasil Belajar Siswa

Dibandingkan


(45)

2.8

Hipotesis

Dalam penelitian ini disusun hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang diberikan

pembelajaran dengan strategi REACT dan siswa tanpa diberi strategi REACT pada kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Ha: ada perbedaan rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang diberikan pembelajaran dengan strategi REACT dan siswa tanpa diberi strategi REACT pada kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan


(46)

31

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006: 130). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang berjumlah empat kelas, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal

No. Kelas Jumlah siswa

1 XI IPA 1 30

2 XI IPA 2 29

3 XI IPA 3 41

4 XI IPA 4 42

Jumlah 142

(Sumber: Administrasi kesiswaan MAN Babakan Lebaksiu Tegal tahun pelajaran 2012/2013)

3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Sudjana, 2005: 6). Menurut Suharsimi (2006: 131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian berupa kelompok yang dilakukan secara acak dengan pertimbangan populasi yang ada terbagi dalam kelas-kelas yang memiliki homogenitas yang tidak berbeda dan berdistribusi


(47)

normal. Data yang digunakan untuk uji normalitas dan homogenitas yaitu nilai ulangan umum semester I pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Dalam penelitian ini, diambil siswa dari 2 kelas yang akan dijadikan sebagai sampel. Satu kelas sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT. Dan satu kelas lainnya sebagai kelas eksperimen II dengan pembelajaran tanpa strategi REACT.

3.2

Variabel Penelitian

3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan strategi REACT

3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal kompetensi dasar kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru, kompetensi dasar, dan jumlah jam pelajaran yang sama

3.3

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post test only group design, yaitu desain penelitian dengan melihat perbedaan hasil post test antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Desain tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Keadaan Akhir

Eksperimen I X T

Eksperimen II Y T

Keterangan:

X : Pembelajaran kimia dengan strategi REACT Y : Pembelajaran kimia tanpa strategi REACT T : Kelas eksperimen I dan II diberikan post test

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara memperoleh data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 2006). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah populasi untuk penentuan sampel. Data awal yang digunakan adalah nilai ulangan ulangan umum semester I tahun ajaran 2012/2013

3.4.2 Metode Tes

Tes dalam penelitian ini merupakan tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi, 2006). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Metode tes yang digunakan adalah post test.


(49)

3.4.3 Metode Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010:203). Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar pada aspek afektif dan psikomotorik siswa. Dalam lembar pengamatan dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur aspek afektif dan psikomotorik.

3.4.4 Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan strategi REACT yang diberikan pada siswa di akhir pembelajaran.

3.5

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2006: 160). Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), angket, instrumen tes, serta lembar observasi afektif dan psikomotorik.

Sebelum mengadakan pembelajaran harus dipersiapkan rancangan pembelajaran yang dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Berbagai rancangan pembelajaran yang disusun peneliti disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


(50)

3.5.1 Metode Penyusunan Instrumen Tes Hasil Belajar Kognitif

Dalam penyusunan instrumen tes, dilakukan tahap-tahap sebagai berikut: 3.5.1.1Tahap persiapan

1) Menetapkan kompetensi yang diuji.

Bahan yang diujikan adalah bidang studi kimia kompetensi dasar kelarutan dan hasil kali kelarutan

2) Menentukan alokasi waktu

Jumlah waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes adalah 90 menit. 3) Menyusun jumlah soal

Jumlah soal yang digunakan uji coba dalam penelitian adalah 50 soal. 4) Menentukan tipe soal

Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah obyektif dan bertipe pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban, dengan satu jawaban benar diantara jawaban-jawaban dalam pilihan yang disediakan.

5) Menentukan komposisi jenjang soal

Komposisi jenjang soal dari perangkat tes uji coba penelitian ini, yaitu: a) Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 9 soal = 18%

b) Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 18 soal = 36% c) Aspek penerapan (C3) terdiri dari 15 soal = 30% d) Aspek analisis (C4) terdiri dari 8 soal = 16%


(51)

6) Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi tes disusun dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan tujuan sama seperti dalam standar kompetensi yang berlaku.

7) Penyusunan butir tes

Setelah kisi-kisi dibuat, langkah selanjutnya membuat soal sejumlah 50 butir. Semua butir soal diperkirakan membutuhkan waktu 90 menit, sedangkan untuk tes sesungguhnya disediakan waktu 60 menit karena instrumen tesnya terdiri dari 30 butir soal.

3.5.1.2Tahap pelaksanaan uji coba soal

Sebelum instrumen ini digunakan, terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa di luar sampel. Uji coba soal dilakukan pada siswa kelas XII IPA. Uji coba dimaksudkan agar soal yang digunakan dapat memenuhi kriteria-kriteria tentang soal yang baik. Kemudian hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah instrumen itu memenuhi syarat atau tidak untuk digunakan sebagai alat pengambil data.

3.5.2 Metode Penyusunan Lembar Observasi Afektif dan Psikomotorik Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen lembar observasi, sebagai berikut:

1) Menentukan jumlah aspek yang akan diamati untuk mengukur dan menilai aspek afektif dan psikomotorik siswa.

2) Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi.


(52)

4) Mengkonsultasikan lembar observasi yang telah disusun kepada ahli, yaitu dosen pembimbing I dan doesn pembimbing II.

3.5.3 Metode Penyusunan Instrumen Angket

Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar angket adalah sebagai berikut:

1) Menentukan jumlah indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon siswa.

2) Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar check list dengan jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju.

3) Menyusun aspek yang telah ditentukan ke dalam lembar angket.

4) Mengkonsultasikan isi lembar angket yang telah disusun kepada ahli, yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.

3.6

Analisis Instrumen

3.6.1 Instrumen Tes Hasil Belajar Kognitif 3.6.1.1Validitas Isi Soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Pengujian validitas isi dilakukan dengan expert validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan kurikulum dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli. Dalam hal ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.


(53)

3.6.1.2Uji Validitas Butir Soal

Suharsimi (2006 : 168) menjelaskan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Valid juga diartikan sebagai kesejajaran dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah:

rpbis=

Mp−Mt

St

p q

Keterangan:

r

pbis = koefisien korelasi point biseral

Mp = rerata skor siswa yang menjawab benar

Mt = rerata skor siswa total

p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (1 – p) St = standar deviasi dari skor total

(Suharsimi, 2009:79)

rpbis yang diperoleh diuji dengan taraf signifikan (t hitung) 5% dan dk = n-2

dengan rumus:

thit ung =rpbis n−2

1−rpbis2 Keterangan :

t hitung = uji signifikansi

rpbis = koefisien korelasi biserial

n = jumlah siswa yang mengerjakan soal

Berdasarkan perhitungan validitas butir soal, terdapat 36 soal valid dan 14 soal tidak valid. Soal yang valid yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, 14,


(1)

13.

Saya mengerjakan soal ulangan atau tes dengan kemampuan

saya sendiri

14.

Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan

sungguh-sungguh

15. Saya mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu

16.

Dengan strategi pembelajaran REACT, saya mengerti

beberapa penerapan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan

dalam kehidupan sehari-hari.

17.

Saya bersemangat melakukan kegiatan praktikum dalam

materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

18.

Saya merasa senang bisa membuktikan apa yang saya

pelajari melalui praktikum

19.

Strategi pembelajaran REACT dapat meningkatkan tanggung

jawab saya dalam kelompok

20.

Strategi pembelajaran REACT dapat memotivasi saya untuk

aktif dalam pembelajaran.

Keterangan:

presentase skor =

skor yang diperoleh

skor maksimal

× 100%

Kriteria presentase skor :

Sangat Baik (SB)

: bila 85 % < % skor ≤ 100 %

Baik (B)

: bila 70 % < % skor ≤ 85 %

Cukup (C)

: bila 55 % < % skor ≤ 70 %

Kurang (K)

: bila 40 % < % skor ≤ 55 %

Sangat Kurang (SK)

: bila 25 % < % skor ≤ 40 %


(2)

145

Lamp

iran

3

1

1 SS S TS STS 2 SS S TS STS 3 SS S TS STS 4 SS S TS STS 5 SS S TS STS 6 SS S TS STS 7 SS S TS STS 8 SS S TS STS 9 SS S TS STS10 SS S TS STS11 SS S TS STS 1 EI-01 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 EI-02 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 EI-03 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 EI-04 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0 1 0 5 EI-05 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 6 EI-06 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 7 EI-07 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 8 EI-08 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 9 EI-09 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 10 EI-10 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 11 EI-11 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 12 EI-12 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 13 EI-13 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 14 EI-14 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 15 EI-15 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 16 EI-16 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 17 EI-17 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 18 EI-18 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 19 EI-19 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 20 EI-20 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 21 EI-21 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 22 EI-22 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 23 EI-23 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 24 EI-24 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 25 EI-25 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 26 EI-26 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 27 EI-27 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 28 EI-28 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 0 29 EI-29 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 30 EI-30 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 3 0 1 0 0 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 Jumlah 3 21 6 0 2 28 0 0 14 16 0 0 4 20 6 0 3 23 4 0 4 21 5 0 8 19 2 1 3 24 3 0 11 17 2 0 7 22 1 0 1 19 10 0 Presentase 10 70 20 0 7 93 0 0 47 53 0 0 13 67 20 0 10 77 13 0 13 70 17 0 27 63 7 3 10 80 10 0 37 57 7 0 23 73 3 0 3 63 33 0 No Kode

Responden

Nomor Aspek Tanggapan


(3)

146

12

SS S TS STS

13

SS S TS STS

14

SS S TS STS

15

SS S TS STS

16

SS S TS STS

17

SS S TS STS

18

SS S TS STS

19

SS S TS STS

20

SS S TS STS

y

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

55

68,75

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

57

71,25

baik

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

65

81,25

sangat baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

55

68,75

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

64

80

sangat baik

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

56

70

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

64

80

sangat baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

61

76,25

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

65

81,25

sangat baik

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

65

81,25

sangat baik

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

2

0

0

1

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

63

78,75

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

66

82,5

sangat baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

61

76,25

baik

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

56

70

baik

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

57

71,25

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

62

77,5

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

56

70

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

58

72,5

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

62

77,5

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

61

76,25

baik

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

1

0

0

0

1

4

1

0

0

0

53

66,25

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

60

75

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

2

0

0

1

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

58

72,5

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

68

85

sangat baik

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

62

77,5

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

61

76,25

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

2

0

0

1

0

59

73,75

baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

65

81,25

sangat baik

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

64

80

sangat baik

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

4

1

0

0

0

3

0

1

0

0

3

0

1

0

0

4

1

0

0

0

68

85

sangat baik

3

21

6

0

2

27

1

0

3

25

2

0

2

23

5

0

4

23

3

0

5

24

1

0

6

24

0

0

1

28

0

1

5

22

3

0

0

76,125

baik

10 70 20

0

7

90

3

0

10 83

7

0

7

77 17

0

13 77 10

0

17 80

3

0

20 80

0

0

3

93

0

3

17 73 10

0

0

26,2231

KET

Nomor Aspek Tanggapan


(4)

147

DOKUMENTASI PENELITIAN

Kegiatan Belajar Mengajar Kelas Eksperimen I

Kegiatan Belajar Mengajar Kelas Eksperimen II

Guru membimbing siswa berdiskusi

Lampiran 32


(5)

148

Siswa mengerjakan soal di depan kelas

Siswa melakukan percobaan


(6)