Penelitian Terdahulu Kerangka Berpikir

Assesment keterampilan proses sains bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai aspek atau indikator, assessment ini dapat berupa observasi, tes tertulis dan penilaian laporan hasil eksperimen Feyzioglu, 2009: 118-120. Observasi dapat dilakukan pada setiap pembelajaran di kelas melalui diskusi, di laboratorium maupun di lapangan dengan menggunakan lembar observasi penilaian keterampilan proses sains. Tes tertulis dapat dilakukan menggunakan tes obyektif dan uraian. Tes ini untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa, yang di dalamnya berisi pokok uji tes obyektif dengan masalah yang open ended. Siswa dituntut untuk mengemukakan alasan mengapa memilih jawaban itu. Hal ini dilakukan untuk mengintrepetasikan apakah siswa hanya menebak, salah konsep, tidak menguasai konsep dan keterampilan proses sains atau menguasai konsep dan keterampilan proses sains. Penilaian laporan hasil eksperimen dilakukan dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti dan divalidasi para ahli.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung rencana penelitian ini diantaranya: 1 Hasil penelitian Tapilouw Marthen 2010 yang berjudul “Pembelajaran Melalui Pendekatan REACT Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa SMP” menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis, penalaran matematis, dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengalami pembelajaran melalui pendekatan REACT lebih tinggi dari siswa yang belajarnya konvensional. 2 Hasil penelitian Yuniawatika 2011 menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa. Pembelajaran matematika dengan strategi REACT secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa sekolah dasar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah baik dan sedang maupun ditinjau dari kemampuan matematika siswa tinggi, sedang, dan rendah. 3 Hasil penelitian Meita 2012 membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains siswa. Siswa yang diberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran REACT memiliki keterampilan proses sains yang lebih baik dibandingkan kelas yang tidak diberikan strategi pembelajaran REACT.

2.6 Tinjauan tentang Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Banyak proses alam yang terjadi disebabkan oleh pengendapan atau kelarutan garam yang sukar larut dalam air. Sebagai contoh terbentuknya stalaktit dan stalakmit dalam gua kapur atau terbentuknya batu ginjal dalam tubuh. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk pada saat air merembes dari atas bukit gua melalui rongga-rongga dan melarutkan kapur sedikit-sedikit. Di dalam gua ini kapur ada yang jatuh dan menempel di atap gua sehingga dalam waktu ribuan tahun terbentuk stalaktit dan stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terbentuk selama ribuan tahun ini merupakan CaCO 3 yang mengendap dari air kapur. Batu ginjal dalam tubuh akan terbentuk bila terjadi pengendapan garam kalsium fosfat atau kalsium oksalat secara perlahan-lahan. Pengendapan akan terjadi dalam proses pencernaan bila konsentrasi ion oksalatnya berlebihan dan menimbulkan terbentuknya kalsium oksalat. Ion kalsium dalam plasma darah yang berfungsi sebagai pengontrol gerak otot akan berkurang bila diikat oleh ion oksalat. Hal ini akan menyebabkan kekejangan yang mendadak. Pengendapan- pengendapan tersebut ada hubungannya dengan konsentrasi ion dan hasil kali kelarutan. Sebagai contoh batu ginjal terbentuk jika konsentrasi ion kalsium dan ion oksalat cukup besar.

2.6.1 Pengertian Kelarutan

Jika suatu senyawa ion dilarutkan ke dalam air, biasanya akan larut sebagai ion. Bagi senyawa yang sedikit larut akan terjadi kesetimbangan antara senyawa yang padat dan ion-ion dalam larutan jenuhnya. Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang maksimum, tidak dapat ditambah lagi. Harga konsentrasi maksimum ini berbeda- beda untuk masing-masing senyawa. Konsentrasi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu zat dalam suatu larutan disebut kelarutan.

2.6.2 Hasil Kali Kelarutan Ksp

Apabila kita melarutkan kapur ke dalam air sedikit demi sedikit, awalnya kapur larut dalam air. Tetapi, lama kelamaan kapur yang ditambahkan tidak bisa larut lagi. Keadaan pada saat pelarut sudah tidak mampu lagi melarutkan zat yang ditambahkan disebut keadaan jenuh. Seluruh zat elektrolit akan terionisasi membentuk ion-ionnya. Pada keadaan jenuh terjadi kesetimbangan heterogen antara padatan dan ion-ion yang terlarut. Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Suatu larutan jenuh elektrolit AxBy dalam air yang berisi AxBy padat. Dalam larutan terjadi kesetimbangan ion. AxBy s AxBy aq xA y+ aq + yB x- aq Berdasarkan reaksi kesetimbangan ini dapat dihitung harga tetapan kesetimbangan : Di dalam larutan jenuh AxBy konsentrasi AxBy yang terlarut tidak berubah selama AxBy padat masih terdapat dalam larutan dan suhu percobaan tetap. Persamaan 1 dapat juga ditulis sebagai berikut: Karena harga K tetap dan harga konsentrasi AxBy merupakan tetapan baru. Tetapan baru ini dinyatakan dengan notasi Ksp, maka persamaan 2 dapat ditulis: Keterangan: Ksp zat A x B y = hasil kali kelarutan A x B y [A y+ ] dan [B x – ] = konsentrasi ion-ion A x+ dan B y –

2.6.3 Hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutaan s dan Ksp

Nilai kelarutan dapat dihitung berdasarkan hubungan antara Ksp dan kelarutan s. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: AxBy s AxBy aq xA y+ aq + yB x- aq s x s y s Bila kelarutan zat A x B y adalah S dalam satuan molar, secara stoikiometri [A y+ ] yang terbentuk adalah xS dan [B x- ] yang terbentuk adalah yS, maka persamaan Ksp-nya menjadi: Ksp = [A y+ ] x [B x- ] y = xs x ys y = x x y y s x+y atau S = × +

2.6.4 Pengaruh Ion Senama atau Ion Sejenis

Kelarutan dalam air murni akan berbeda dengan kelarutan dalam suatu larutan. Seringkali kelarutan elektrolit dalam suatu larutan tidak hanya berasal dari satu sumber saja, melainkan terdapat sumber lain dari ion senama sejenis dalam larutan. Coba kita perhatikan contoh berikut ini. Apakah yang akan terjadi apabila ke dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4 kita tambahkan larutan AgNO 3 atau larutan K 2 CrO 4 ? Dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4 terdapat kesetimbangan antara Ag 2 CrO 4 padat dengan ion Ag + dan ion CrO 4 2- : Ag 2 CrO 4 s Ag 2 CrO 4 aq 2 Ag + aq + CrO 4 2- aq Penambahan larutan AgNO 3 atau K 2 CrO 4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag + atau ion CrO 4 2- dalam larutan. AgNO 3 aq  Ag + aq + NO 3 - aq K 2 CrO 4 aq  2K + aq + CrO 4 2- aq Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag + atau ion CrO 4 2- akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibat dari pergeseran itu, jumlah Ag 2 CrO 4 yang larut menjadi berkurang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberadaan ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi, sebagaimana halnya kesetimbangan pada umumnya, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan, asal suhunya tidak berubah.

2.6.5 pH dan Kelarutan

Beberapa zat padat hanya sedikit larut dalam air tetapi sangat larut dalam larutan asam. Sebagai contoh, bijih tembaga dan nikel sulfida dapat larut dengan asam kuat. Suatu fakta yang amat membantu dalam pemisahan dan pengambilan logam berharga ini dari bentuk unsurnya. Pengaruh pH terhadap kelarutan ditunjukkan secara dramatis pada kerusakan bangunan dan monumen oleh pengendapan asam. Ada sebagian senyawa ionik dengan kelarutan rendah mempunyai daya larut yang bergantung pada pH larutan. pH mempengaruhi daya larut ion hidroksida dan garam yang mengandung anion basa lemah. Untuk memahaminya, simak contoh berikut : Kalsium karbonat CaCO 3 sukar larut dalam air, tetapi larut dalam HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut: Dalam larutan jenuh CaCO 3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut : CaCO 3 s CaCO 3aq Ca 2+ aq + CO 3 2- aq Saat asam kuat ditambahkan ke kalsium karbonat, ion hidrogen H + bereaksi dengan ion karbonat membentuk HCO 3 - atau H 2 CO 3 . H 2 CO 3 selanjutnya akan terurai membentuk CO 2 dan H 2 O. Gelembung-gelembung gas karbon dioksida akan timbul saat kalsium karbonat larut. Hal ini akan menggeser kesetimbangan di atas ke kanan. Dengan kata lain, menyebabkan CaCO 3 melarut.

2.6.6 Reaksi Pengendapan

Suatu ion dapat dikeluarkan dari larutannya melalui reaksi pengendapan. Sebagaimana telah dipelajari ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil kali konsentrasi seperti dalam rumus tetapan kesetimbangan bukan konsentrasi setimbang disebut sebagai Q c . Jadi, apakah keadaan suatu larutan belum jenuh, jenuh atau lewat jenuh, dapat ditentukan dengan memeriksa nilai Q c –nya dengan ketentuan sebagai berikut: AxBy s AxBy aq xA y+ aq + yB x- aq 1 Jika hasilkali konsentrasi ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing lebih kecil dari harga Ksp Qc Ksp , maka larutan tersebut masih belum jenuh. 2 Jika hasilkali konsentrasi ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing sama dengan harga Ksp Qc = Ksp , maka larutan tepat jenuh. 3 Jika hasilkali konsentrasi ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing lebih besar dari harga Ksp Qc Ksp , maka larutan lewat jenuh.

2.7 Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran kimia SMA, siswa diharapkan memperoleh aspek pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah. Pada kenyataanya masih dijumpai beberapa kesulitan yang menyebabkan siswa masih sukar dalam memahami dan mendalami materi kimia. Permasalahan terjadi bukan hanya dari faktor kemampuan siswa, namun bagaimana guru menyampaikan materi pembelajaran juga memiliki andil dalam hal ini. Kompetensi dasar Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan salah satu materi yang membutuhkan pemahaman cukup tinggi. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi, mendalami, dan mengaplikasikannya. Siswa belum bisa melakukan kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan maupun mengkonstruk konsep-konsep yang berkaitan dengan materi secara mandiri dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar kimia siswa menjadi kurang maksimal. Pembelajaran yang monoton sering kali membuat siswa merasa bosan dan kurang termotivasi. Hal ini membuat siswa sulit memahami materi sehingga nilai yang diperoleh menjadi kurang maksimal. Keadaan yang demikian sangat disayangkan terlebih lagi bila siswa sebenarnya memiliki kemampuan intelegensi yang baik. Berdasarkan permasalahan ini, maka perlu adanya alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Dalam penelitian ini digunakan pembelajaran dengan strategi REACT pada kelas eksperimen I dan pembelajaran tanpa strategi REACT pada kelas eksperimen II. Setelah diberi perlakuan pada masing-masing kelas, hasil belajar kimia kedua kelas kemudian dibandingkan untuk mengetahui kelompok atau kelas mana yang memiliki hasil belajar yang lebih baik. Secara ringkas alur penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Siswa kesulitan memahami materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Hasil belajar kurang maksimal Pembelajaran kimia dengan strategi REACT Pembelajaran kimia tanpa strategi REACT Kelas eksperimen I Kelas eksperimen II Siswa aktif dalam pembelajaran Siswa aktif dalam pembelajaran Hasil Belajar Siswa Dibandingkan Uji Hipotesis

2.8 Hipotesis