Hasil Belajar Kognitif Pembahasan

informasi baru yang akan dipelajari dengan berbagai pengalaman atau pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki oleh siswa. Adanya kesempatan siswa dalam berdiskusi, mengeksplorasi diri dan melakukan aktivitas, selain dapat terjalin komunikasi yang baik antar siswa, tetapi juga siswa merasa menjadi lebih tertarik dan semangat dalam dalam mengikuti pembelajaran, keadaan seperti ini dapat menghilangkan kebosanan pada saat pembelajaran dan mengembangkan pola pikir siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam memecahkan suatu masalah. Pada kelas eksperimen II diberikan pembelajaran kimia tanpa strategi REACT. Siswa tidak dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil, melainkan tetap dalam satu kelompok besar dalam kelas. Diskusi yang dilakukan pun dalam skala besar. Guru menjelaskan semua informasi tentang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, sedangkan siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Kemudian siswa diberikan latihan soal-soal untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian indikator keberhasilan pembelajaran pada kelas eksperimen. Praktikum yang dilaksanakan pada kelas eksperimen II sama dengan praktikum pada kelas eksperimen I.

4.2.2. Hasil Belajar Kognitif

Pada pertemuan terakhir dilaksanakan tes akhir post-test pada kedua kelas objek penelitian untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Nilai dari post test inilah yang digunakan untuk uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians data nilai post-test pada kedua kelas eksperimen. Hasil perhitungan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas eksperimen berdistribusi normal. Sehingga Rat a -ra ta uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Sedangkan dari uji kesamaan dua varians diperoleh data memiliki varians yang sama. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yaitu adanya pengaruh positif pembelajaran menggunakan strategi REACT terhadap hasil belajar siswa. Dari data post-test diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen I lebih besar dari kelas eksperimen II, yaitu masing-masing sebesar 82,03 dan 77,07 lihat gambar 4.1. Gambar 4.1. Grafik Hasil Belajar Kognitif Untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT pada kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II digunakan uji perbedaan dua rata-rata pihak kanan. Rumus yang digunakan adalah uji t. Hal ini disebabkan karena kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai varians yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga t hitung sebesar 2,583 sedangkan harga t 0,9557 sebesar 2,002 karena t hitung lebih besar dari t tabel sehingga H ditolak yang berarti kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II. Uji hipotesis untuk mengetahui adanya pengaruh dan besarnya pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT terhadap hasil belajar kimia kompetensi dasar kelarutan dan hasil kali kelarutan digunakan koefisien korelasi biserial r b dan koefisien determinasi KD. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa r b sebesar 0,45. Jika disesuaikan dengan pedoman pemberian interprestasi terhadap koefisien korelasi Sugiyono 2005 : 216 maka dapat dikatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT berpengaruh sedang terhadap hasil belajar kimia. Kemudian dari harga koefisien korelasi biserial r b ini dihitung harga koefisien determinasinya KD. Harga koefisien determinasi KD ini diperoleh dari r b 2 x 100. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga koefisien determinasi KD hasil belajar sebesar 20,25. Artinya, penerapan strategi pembelajaran REACT hanya memengaruhi hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebesar 20,25 sedangkan 79,75 hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat mencapai ketuntasan belajar atau tidak. Untuk mengetahui ketuntasan belajar individu dapat dilihat dari data hasil belajar siswa dan dikatakan tuntas jika hasil belajarnya mendapat nilai 75 atau lebih. Menurut Mulyasa 2007:254 keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85 dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan belajar diperoleh hasil dimana ketuntasan belajar pada kelas eksperimen I dan eksperimen II sebesar 86,67 dan 62,07. Dari hasil tersebut dikatakan bahwa kelas eksperimen I telah mencapai ketuntasan belajar karena hasilnya lebih dari 85, sedangkan kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan belajar karena hasilnya kurang dari 85. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II dikarenakan pembelajaran pada kelas eksperimen I menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Strategi REACT mampu menghadirkan keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, serta melatih kepercayaan diri dan tanggung jawab siswa terhadap teman sekelompok. Adanya penghargaan kepada siswa akan keberhasilan yang dicapai dalam pembelajaran, akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar. Hal ini ditunjukan pada saat pembelajaran siswa terlihat antusias, siswa cenderung lebih aktif bertanya pada teman maupun pada guru. Menurut silberman 2005 pada saat belajar aktif, siswa dapat melakukan sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang telah dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Dalam penerapan strategi REACT, siswa secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Crawford 2001 yang menyatakan bahwa strategi REACT dapat memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan menyenangkan. Strategi REACT juga sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang menurut Hudoyo 1998 berorientasi pada investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ismawati 2010 menunjukkan hasil belajar kelas eksperimen yang diberikan strategi pembelajaran REACT lebih baik secara signifikan bila dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan strategi REACT. Strategi REACT mempengaruhi hasil belajar siswa sebesar 33,64. Menurut Mulyasa 2006, agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sehingga siswa mempunyai motivasi tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta jika guru dapat menciptakan suasana pembelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan. Adanya praktikum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam strategi pembelajaran REACT mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut secara otomatis menjadi daya tarik bagi siswa yang sesuai dengan pernyataan Bruce : ”Experimenting and gathering data are essential to science course and are usually interesting to students” praktikum dan pengumpulan data merupakan sesuatu yang penting dalam sains dan biasanya menarik bagi siswa. Daya tarik tersebut dapat dijadikan sebagai dasar peningkatan motivasi belajar untuk memahami konsep lebih baik, karena motivasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap proses belajar siswa mempelajari suatu materi.

4.2.3. Hasil Observasi Afektif