Pengujian Hipotesis Analisis Multivariat .1. Menilai Kelayakan Model Regresi

dan indikator faktor penyedia pelayanan kesehatan mampu menjelaskan 71,0 keragaman total dari pemanfaatan.

4.4.3. Pengujian Hipotesis

Analisis multivariat model regresi logistik berganda harus memenuhi persyaratan hasil pengujian. Persyaratan yang dimaksud, yaitu indiaktor variabel independen yang disertakan kedalam uji multivariat harus memiliki nilai p0,25 pada uji bivariat Tabel 4.14, Tabel 4.15, Tabel 4.16, Tabel 4.17, Tabel 4.18. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan metode chi-square seluruh variabel bebas memiliki nilai p0,25, karena nilai p0,25 maka seluruh indikator variabel bebas faktor konsumen, yaitu; persepsi tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan kesehatan, diagnosa klinis, dan faktor penyedia pelayanan kesehatan, yaitu sikap petugas medis, dan ketersediaan obat dan peralatan medis disertakan dalam uji regresi logistik. Hasil uji regresi logistik menggunakan metode enter diketahui bahwa indikator fakor konsumen dan faktor penyedia pelayanan kesehatan yang diuji seluruhnya berhubungan signifikan dengan pemanfaatan p0,05 Tabel 4.23. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Faktor konsumen dan faktor penyedia pelayanan kesehatan mata retina berpengaruh terhadap Pemanfaatan Rumah Sakit Khusus Mata Sumatera Kota Medan” diterima. Hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Persepsi tentang penyakit mempunyai nilai Exp B sebesar 7,391, artinya responden yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 7 kali memanfaatkan dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tidak baik. b. Persepsi tentang pelayanan mempunyai nilai Exp B sebesar 6,428, artinya responden yang memiliki persepsi baik tentang pelayanan mempunyai peluang 6 kali memanfaatkan dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tidak baik. c. Diagnosa klinis mempunyai nilai Exp B sebesar 5,520, artinya responden mempunyai peluang 6 kali memanfaatkan Rumah Sakit Khusus Mata Sumatera Kota Medan dengan diagnosa klinis yang baik dibandingkan dengan diagnosa klinis tidak baik. d. Sikap petugas medis dan fasilitas mempunyai nilai Exp B sebesar 4,451, artinya responden mempunyai peluang 5 kali memanfaatkan Rumah Sakit Khusus Mata Sumatera Kota Medan dengan sikap petugas medis dengan baik dibandingkan dengan sikap petugas medis dan fasilitas tidak baik. e. Ketersediaan obat dan peralatan medis mempunyai nilai Exp B sebesar 7,218, artinya responden mempunyai peluang 7 kali memanfaatkan Rumah Sakit Khusus Mata Sumatera Kota Medan dengan ketersediaan obat dan peralatan medis yang cukup dibandingkan dengan ketersediaan obat dan peralatan medis yang tidak cukup. Universitas Sumatera Utara f. Variabel persepsi tentang penyakit mempunyai nilai Exp B paling besar, yaitu 7,391 dengan koefisien B 2,000. Hasil uji regresi logistik berganda disajikan pada Tabel 4.23. Tabel 4.23 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda No Variabel b SE Wald df Sig. Exp.B 95 CI For Exp.B Lower Upper 1 Persepsi tentang Penyakit 2,000 0,775 6,667 1 0,010 7,391 1,619 33,738 2 Persepsi tentang Pelayanan 1,861 0,877 4,504 1 0,034 6,428 1,153 35,844 3 Diagnosa Klinis 1,708 0,855 3,990 1 0,046 5,520 1,033 29,509 4 Sikap Petugas Medis dan Fasilitas 1,493 0,755 3,910 1 0,048 4,451 1,013 19,556 5 Ketersediaan Obat dan Peralatan Medis 1,977 0,786 6,328 1 0,012 7,218 1,547 33,670 Constant -5,096 1,179 18,666 1 0,000 0,006 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1.Pengaruh Faktor Konsumen dan Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Rumah Sakit Khusus Mata Sumatera Kota Medan Faktor Konsumen dalam penelitian terdiri dari indikator persepsi tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan kesehatan dan diagnosa klinis. Pembahasan masing-masing indikator sebagai berikut:

5.1.1. Pengaruh Persepsi tentang Penyakit terhadap Pemanfaatan

Hasil penelitian persepsi tentang penyakit 53,0 pada kategori tidak baik. Retina adalah jaringan kertas tipis yang melapisi bagian belakang mata dan mengirimkan sinyal visual ke otak. Pengertian operasi vitreoretinal adalah operasi mata untuk mengatasi kelainan retina selaput saraf mata atau vitreus jaringan jernih berbentuk agar yang mengisi bola mata. Tujuan utama dokter mata melakukan tindakan operasi mata vitreoretinal yang semakin meningkat pada masyarakat untuk untuk memperlambat perkembangan kehilangan penglihatan dan melestarikan penglihatan serta memenuhi keperluan kemajuan teknologi di bidang pengobatan mata yang memerlukan tindakan bedah. Banyak penyakit mata retina dengan berbagai gejala yang unik apabila tidak diobati maka penyakit mata retina dapat mengilangkan penglihatan bahkan merusak mata. Menurut Zastrow et al. 2004 persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktivitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda karena persepsi Universitas Sumatera Utara