Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

3.1.1. Teori Biaya

Biaya produksi adalah pengeluaran yang diadakan untuk mengorganisir dan melaksanakan produksi. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan produsen ditentukan oleh kondisi fisik produksi, harga faktor produksi, dan efisiensi pengusaha dalam mengelola perusahaan Mubyarto, 1992. Jadi biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga diperoleh output produk yang direncanakan. Biaya produksi terdiri dari biaya variabel variable cost dan biaya tetap fixed cost. Biaya variabel adalah biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan tingkat produksi yang dihasilkan, dan biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung daripada besar kecilnya produksi Mubyarto, 1992. Analisis biaya produksi jangka pendek didasarkan pada dua hal yaitu : a. kondisi fisik dari produksi menentukan besarnya biaya produksi pada masing- masing tingkat output yang dapat dihasilkan; b biaya produksi total TC yang dapat dibagi kedalam dua komponen yaitu biaya produksi tetap total TFC dan biaya produksi variabel total TVC. Biaya produksi tetap total adalah seluruh biaya-biaya yang tetap dibayar produsen berapapun tingkat produksinya. Jumlahnya adalah tetap untuk setiap tingkat output. Sedangkan biaya variabel adalah jumlah biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 48 diproduksi. Biaya produksi total TC merupakan penjumlahan dari biaya tetap total dengan biaya variabel total atau TC = TVC + TFC Boediono, 1980. Biaya produksi tetap rata-rata AFC merupakan biaya tetap yang dibebankan pada setiap unit output atau dirumuskan sebagai AFC=TFCQ. Biaya produksi variabel rata-rata merupakan jumlah pengeluaran dari biaya variabel yang dibebankan pada setiap unit output atau dirumuskan sebagai AVC=TVCQ. Biaya total rata-rata ATC merupakan total biaya dari semua sumberdaya yang digunakan per unit output yang dihasilkan, atau dirumuskan sebagai ATC=TCQ atau ATC = TVC + TFCQ. Biaya produksi marjinal MC adalah tambahan dari total biaya yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Dan karena tambahan produksi satu unit tidak menambah atau mengurangi TFC, sedangkan TC=TVC + TFC, maka kenaikan TC ini sama dengan kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi satu unit output tambahan atau dirumuskan sebagai : MC= ∆ TC ∆ Q= ∆ TVC ∆ Q.

3.1.2. Teori Produksi

Prinsip ekonomi dalam proses produksi sangat penting, karena proses produksi tanpa diikuti prinsip ekonomi tidak akan berarti. Setiap produsen dalam usaha tani akan selalu berusaha untuk selalu mengalokasikan faktor produksi yang dimilikinya seefisien mungkin untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Ada dua pendekatan dalam memaksimalisasi keuntungan yaitu : 1 pendekatan keuntungan maksimal profit maximization, yaitu pendekatan untuk mencapai keuntungan maksimal dengan cara mengalokasikan faktor produksi yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 49 dimilikinya seefisien mungkin, 2 pendekatan meminimalisasi biaya cost minimization adalah pendekatan yang didasarkan pada kendala biaya yang ada yaitu bagaimana dengan biaya yang tertentu dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Jadi kedua pendekatan tersebut pada prinsipnya sama yaitu memaksimumkan keuntungan. Untuk dapat memahami kedua pendekatan tersebut , maka kita harus memahami konsep fungsi produksi . Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan X. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain : 1. Dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi input dan produksi output secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. 2. Dengan fungsi produksi, maka dapat diketahui hubungan antara variabel yang dijelaskan dependent variabel, Y, dan varibel yang menjelaskan independent variabel, X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar varibel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Y = f X 1 , X 2 , ……., X i……….. X n Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 50 Dengan fungsi produksi tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X 1……… X n dan X lainnya dapat diketahui Soekartawi, 1994. Selanjutnya menurut Kartasapoetra 1988 menyatakan bahwa pengertian fungsi produksi dapat diperinci lagi sebagai berikut : a Fungsi produksi menggambarkan hukum proporsi, tercukupinya masukan-masukan yang diperlukan maka proses produksi yang telah direncanakan untuk suatu waktu tertentu akan dapat diujudkan dengan baik, b Fungsi produksi menunjukkan teknologi penggabungan dan pemanfaatan masukan-masukan agar usaha pemcapaian output yang telah direncanakan untuk suatu kurun waktu dapat terwujudkan c fungsi produksi merupakan hubungan teknis bahwa dengan teknologi tertentu masukan-masukan yang diperlukan bagi suatu rencana dapat digabungkan sehingga dapat menghasilkan produk yang diharapkan. Dalam usahatani, ada empat sumber daya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani, yaitu 1 tanah, meliputi kuantitas dan kualitas 2 tenaga kerja meliputi kuantitas dan kualitas 3 modal, meliputi, meliputi modal tetap tanah, mesin-mesin, inventaris dan modal kerja untuk pembelian input variabel, dan 4 ketrampilan manajemen dari pengusaha petani Soekartawi, 1994 . Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan produksi. Menurut Soekartawi 1994, kalau misalnya y produksi dan xi adalah masukan ke i, maka besar kecilnya Y tergantung dari besar kecilnya xi, secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut : Y = f x 1, x 2 ,x 3 ,……..x m Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 51 Dimana persamaan tersebut disebut fungsi produksi, dengan masukan, masukan dapat dkategorikan menjadi dua yaitu : 1 yang dapat dikuasai petani dan 2 yang tidak dapat dikuasai petani dan tidak semua masukan dipakai dalam analisis. Hal ini tergantung dari penting tidaknya pengaruh masukan itu terhadap produksi. Pada umumnya hubungan input masukan dengan output produksi dari tiap produksi akan cenderung berbentuk kombinasi dari kenaikan hasil yang semakin bertambah dan berkurang. Terdapat tiga kemungkinan yang menggambarkan hubungan tersebut, yaitu : 1. Kenaikan produksi dengan pertambahan yang semakin meningkat. 2. Kenaikan produksi dengan pertambahan yang konstan. 3. Kenaikan produksi dengan pertambahan yang semakin menurun. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah hubungan teknik atau mentransformasi input sumber daya menjadi output kondisi Dubertin, 1992. Menurut Teken dan Asnawi 1977, fungsi produksi adalah hubungan teknis antara jumlah faktor produksi input yang dipakai dengan jumlah produk output yang dihasilkan per satuan waktu tanpa memperhatikan harga, baik harga faktor produksi maupun harga produksi yang dicapai.

3.1.3. Efisiensi Biaya

Efisiensi mengandung pengertian pencapaian biaya produksi yang minimal untuk memperoleh nilai tambah yang maksimal melalui pemanfaatan teknologi, pengelolaan skala produksi dan kombinasi faktor produksi atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 52 sumberdaya secara optimal. Jadi ada hubungan fisik antara input biaya yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. hubungan fisik teknis merupakan syarat keharusan necessary condition bagi penentu efisiensi dan tingkat produksi optimal. Jika dilihat dari sudut tehnis, maka syarat keharusan itu saja telah mencukupi untuk menentukan efisiensi dan tingkat produksi yang optimal yang hendak dicapai. Efisiensi tercapai pada saat produk rata-rata Average product mencapai maksimum atau APP = MPP. Debertin 1986 menyatakan pada saat APP = MPP adalah tahap produksi yang relevan, karena paling efisien. Selanjutnya Mubyarto 1982 menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi ekonomi, maka perlu diketahui harga-harga baik harga hasil produksi maupun harga faktor produksi yang digunakan dalam melakukan usaha dari awal proses produksi sampai akhir produksi secara ekonomis. Produksi optimum dalam konsep efisiensi tehnis merupakan syarat keharusan belum cukup, masih ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi yaitu syarat kecukupan sufficient condition yaitu suatu indikator pilihan choice indicator . Hubungan antara input dengan produk yang banyak dipakai sebagai indikator pilihan adalah rasio harga-harga dari input dan produk. Efisiensi ekonomis merupakan syarat kecukupan untuk menentukan produksi optimum, yaitu adanya indikator pilihan yang merupakan perbandingan harga-harga input dan output. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 53

3.1.4. Titik Impas Break Even Point

Menurut Wijandi 2000, dalam suatu perencanaan dan juga dalam praktek yang sesungguhnya, ingin juga diketahui hubungan antara “biaya–penjualan– laba”. Sebagaimana diketahui, laba sangat bergantung kepada tingkat produksi atau tingkat penjualan yang dicapai dihubungkan dengan besar biaya yang dikeluarkan. Hubungan antara ketiga faktor tersebut adalah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Pertanyaan yang sering timbul antara lain menyangkut kapan atau pada kapasitas produksi atau pada volume usaha berapa akan dicapai keadaan tidak rugi dan tidak untung. Keadaan tersebut dikenal sebagai titik impas atau break event point BEP. Titik impas menggambarkan saat terjadinya titik perpotongan antara besar pendapatan penjualan, penerimaan dengan besarnya biaya produksi. Analisis BEP berguna untuk memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam mengelola perusahaan. Misalnya jika pada suatu saat harga satuan barang turun, maka perlu diketahui apa dampaknya terhadap keuntungan yang diperoleh atau berapakah produksi atau volume penjualan harus dinaikkan agar diperoleh tingkat keuntungan yang sama. Bagan BEP juga berguna untuk dapat menggambarkan apa dampaknya jika perusahaan meningkatkan produksinya. Mengingat bahwa bagan BEP dibuat berdasarkan beberapa asumsi, maka bagan itu pun tidaklah sempurna karena kemungkinan ketidaktepatan asumsi yang digunakan. Selain itu bagan BEP juga mengandung kelemahan lain karena : a. Dalam praktek besar biaya tidaklah tepat jika digambarkan sebagai garis lurus mengingat perubahannya sering tidak proporsional. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 54 b. Demikian juga tentang penerimaan hasil penjualan tidaklah tepat digambarkan sebagai garis lurus karena adanya hukum penawaran dan permintaan. Jika produksi dipertinggi, mungkin saja harga satuan penjualan dapat berkurang. c. Dalam praktek segala sesuatu berjalan secara dinamis, sedang bagan BEP menggambarkan suatu yang statis, sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya berlaku dan selalu tertinggal. d. Kesalahan dalam perhitungan karena kesulitan atau keterbatasan data yang akurat.

3.1.5. Konsep Agroindustri

Agroindustri sebagai penggerak pembangunan sektor pertanian, diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan nasional baik dalam suasana pertumbuhan, pemerataan maupun stabilitas. Banyak harapan telah dibebankan pada agroindustri, namun harapan besar tersebut tentunya lebih melekat pada potensi yang ada. Untuk mengubahnya menjadi kenyataan harus dikaji lebih lanjut apakah agroindustri yang akan dikembangkan dapat menjalankan peranannya Anwar dan Wibowo, 1989. Agroindustri yang merupakan mata rantai dari kegiatan disektor pertanian telah mampu untuk tumbuh dan berkembang, berperan serta pada persoalan- persoalan peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja serta berbagai sumber pertumbuhan baru disektor pertanian, dengan demikian bidang agroindustri mempunyai keunggulan komparatif Siswoputranto, 1990. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 55 Perkembangan agroindustri dipedesaan akhir-akhir ini cukup mengembirakan, walaupun belum sampai pada taraf produksi yang berkualitas, dari beberapa agroindustri yang potensial untuk dikembangkan adalah agroindustri berbasis pisang awak yang bisa dijadikan usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Besarnya produksi dari diversifikasi produk dari pengolahan pisang awak akan berpengaruh terhadap penghasilan pengusaha. Semakin meningkatnya produksi maka pendapatan pengusaha akan meningkat dengan asumsi faktor lain yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah tetap, hal ini dapat dipahami karena dengan bertambahnya produksi maka hasil antara produksi dengan harga akan semakin besar. Pendapatan pengusaha akan lebih besar apabila dapat menekan biaya variabel yang dikeluarkan diimbangi dengan produksi yang tinggi. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam pengolahan merupakan cara untruk mencapai usaha yang lebih baik yaitu usaha yang lebih produktif dan efisien. Usaha yang produktif adalah usaha yang produktivitasnya tinggi dan usaha yang efisien adalah usaha yang secara ekonomis menguntungkan Soekartawi. 1989. Setelah kelayakan diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk melihat prospek dari agroindustri tersebut yang nantinya akan mendukung penyusunan strategi pengembangan agroindustri lebih lanjut, dari uraian tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 56 Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Hipotesis