Rasio nilai tambah 11.a 10 Bagian tenaga kerja 12.a 11.a Tingkat keuntungan 13.a 11.a

84 Rp. 23.681 per tandan pisang tersebut hanya dinikmati oleh pengusaha pengolahan sedangkan petani tidak mendapatkan bagian. Sedangkan nilai tambah pada kegiatan pengolahan pisang menjadi kripik pisang bolong dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Nilai Tambah Pengolahan Pisang Menjadi Kripik Pisang Bolong di Kabupaten Pacitan, Tahun 2008 NO OUTPUT, INPUT, HARGA NILAI 1 Hasil produksi Kg1 kali proses produksi 360 2 Bahan Baku tandan1 kali proses produksi 250 3 Tenaga kerja HOK 30 4 Faktor konversi 1 2 1 5 Koefisien tenaga kerja 3 2 0,12 6 Harga produk Rp Bks 30.000 7 Upah rerata Rp HOK 16.000 PENDAPATAN 8 Harga bahan baku Rptandan 6.000 9 Sumbangan input lain Rptandan 687 10 Nilai produk Rptandan 4 x 6 43.200 11 a. Nilai Tambah Rptandan 10 – 8 – 9 36.513

b. Rasio nilai tambah 11.a 10

85 12 a. Imbangan tenaga kerja Rptandan 5 x 7 1.920

b. Bagian tenaga kerja 12.a 11.a

5 13 a. Keuntungan 11.a – 12.a 34.593

b. Tingkat keuntungan 13.a 11.a

95 Keterangan : 1 tandan Berdasarkan Tabel 6. terlihat bahwa produksi yang dihasilkan agroindustri kripik pisang bolong per satu kali proses produksi yang biasanya dilakukan selama 1 hari sebesar 360 kg dengan jumlah bahan baku sebanyak 250 tandan. maka akan diperoleh nilai konversi sebesar 1 yang berarti bahwa setiap kilogram tandan pisang akan menghasilkan 1 kg. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 85 Dari perhitungan diperoleh nilai input tenaga kerja sebesar 30 HOK per satu kali proses produksi sehingga diperoleh nilai imbangan tenaga kerja sebesar 1.920 yang berarti bahwa untuk mengolah 1 tandan dibutuhkan biaya tenaga kerja sebesar Rp 1.920. Nilai produk kripik pisang bolong sebesar Rp. 43.200 berarti bahwa kripik pisang bolong yang dihasilkan dari setiap tandan pisang sebesar Rp. 43.200 yang diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga pisang. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan pisang menjadi kripik pisang bolong adalah sebesar Rp. 36.513 per tandan, nilai tersebut diperoleh dari selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang diperoleh sebesar 85 menunjukkan bahwa setiap Rp. 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 85. Nilai tambah dari kegiatan agroindustri kripik pisang bolong cukup besar selain dari harga bahan baku yang relatif rendah juga harga kripik pisang bolong yang cukup baik dipasaran. Keuntungan yang didapat agroindustri kripik pisang bolong sebesar Rp. 34.593 per tandan bahan baku yang diperoleh dari selisih nilai tambah kotor dengan imbalan tenaga kerja. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari nilai tambah sebesar 95 berarti bahwa distribusi nilai tambah tidak sebanding dengan bagian keuntungan untuk tenaga kerja yaitu sebesar 5. Keuntungan Rp. 34.593 per tandan pisang tersebut hanya dinikmati oleh pengusaha pengolahan sedangkan petani tidak mendapatkan bagian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 86 Dari perhitungan nilai tambah ke empat jenis diversifikasi pengolahan pisang awak di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa pengolahan kripik pisang bolong merupakan kegiatan peningkatan nilai tambah pisang awak yang paling tinggi dibandingkan kripik pisang, sale pisang dan sale pisang goreng. 5.3. Strategi Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan 5.3.1. Analisis Faktor Internal Faktor internal dalam pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan terdiri dari faktor strategis dari kekuatan yang terdiri dari jumlah petani pisang cukup banyak, produksi pisang tinggi, harga produk relatif rendah, biaya produksi rendah dan upaya peningkatan nilai tambah sedangkan faktor strategis dari kelemahan terdiri dari kualitas produksi agroindustri rendah, tingkat diversifikasi pengolahan pisang rendah, belum ada kelembagaan usaha, tingkat pendidikan pengusaha rendah dan teknologi pengolahan tradisional. Matrik analisis strategi faktor internal dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat faktor-faktor kekuatan yang mempunyai nilai tinggi adalah jumlah petani pisang cukup banyak, produksi pisang tinggi, dan biaya produksi rendah sedangkan faktor-faktor kekuatan yang mempunyai nilai tinggi adalah belum ada kelembagaan usaha dan teknologi pengolahan tradisional Setelah diadakan penilaian terhadap kondisi internal dalam pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan, maka diperoleh total nilai faktor kekuatan sebesar 1,593 dan nilai faktor kelemahan 0,954. Jadi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 87 selisihnya 0,64 berarti bahwa pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan mempunyai kekuatan dalam pengembangannya. Tabel 7. Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan No. Faktor Internal Bobot Rating Skor

A. KEKUATAN

1 Jumlah petani pisang cukup banyak 0,129 3 0,386 2 Produksi pisang tinggi 0,129 3 0,386 3 Harga produk relatif rendah 0,113 2 0,226 4 Biaya produksi rendah 0,125 3 0,376 5 Upaya peningkatan nilai tambah 0,110 2 0,220 Jumlah 1,593 B. KELEMAHAN 1 Kualitas produksi agroindustri rendah 0,079 2 0,158 2 Tingkat diversifikasi pengolahan pisang rendah 0,072 2 0,144 3 Belum ada kelembagaan usaha 0,082 3 0,247 4 Tingkat pendidikan pengusaha rendah 0,079 2 0,158 5 Teknologi pengolahan tradisional 0,082 3 0,247 Jumlah 0,954 Masing-masing faktor-faktor strategis dari kekuatan strength dan kelemahan weakness yang ada pada internal pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kekuatan strength a. Jumlah Petani Pisang Cukup Banyak Jumlah petani pisang merupakan cerminan banyaknya minat dari petani untuk melakukan kegiatan agribisnis pisang karena tanpa dikelola secara Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 88 intensif pisang akan mampu hidup dengan baik di lahan kritis yuang pada umumnya banyak terdapat di Kabupaten Pacitan. Semakin banyak jumlah petani yang melakukan usaha budidaya pisang maka upaya pengembangan agroindustri agroindustri berbasis pisang akan lebih mudah karena upaya pengembangan agroindustri sangat tergantung pada bahan baku. Kondisi tersebut merupakan modal bagi pengembangan kegiatan agroindustri dengan jumlah petani pisang yang banyak akan mendukung kelancaran dalam pemenuhan quota permintaan pasar yang cukup tinggi. Jumlah petani pisang di Kabupaten Pacitan pada tahun 2001 sebanyak 40.512 KK dari 138.554 KK, dan pada tahun 2007 sebanyak 60.841 KK dari 148.750, kondisi tersebut menunjukan bahwa perkembangan jumlah petani pisang meningkat. b. Produksi Pisang Tinggi Produksi pisang awak di Kabupaten Pacitan cukup tinggi kondisi tersebut tidak terlepas bahwa pisang awak banyak tersebar dan tumbuh dengan baik meskipun tidak terpelihara secara intensif di kawasan lahan kritis. Kondisi tingkat produksi pisang awak dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. menunjukkan bahwa tingkat perkembangan prodiksi pisang selama 9 tahun tehun terakhir tahun 1999-2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata tingkat produksi pertahun sebesar 335.262 kwintaltahun Kondisi tersebut merupakan kekuatan dalam upaya pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 89 Tabel 8. Jumlah Pohon, Tingkat Produktivitas dan Produksi Pisang Awak di Kabupaten Pacitan, Tahun 1999-2007 TAHUN JUMLAH POHON Pohon PRODUKTIVITAS KwPohon PRODUKSI Kw 1999 1.652.679 0,090 148.741 2000 1.592.435 0,090 143.319 2001 1.604.994 0,090 144.449 2002 1.738.644 0,100 173.864 2003 1.726.467 0,170 293.499 2004 1.786.487 0,200 357.297 2005 1.747.510 0,230 401.927 2006 1.724.705 0,380 655.388 2007 1.747.179 0,400 698.872 Rata-rata 1.702.344 0,194 335.262 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan, Tahun 2008 c. Harga Produk Relatif Rendah Harga suatu produk terkait dengan biaya produksi yang terkait juga dengan daya saing dari perusahaan untuk memperluas penyebaran produk di pasaran serta berkompetisi dalam rangka merebut pangsa pasar di beberapa segmen pasar. Semakin rendah biaya biaya produksi maka akan menentukan harga suatu produk dimana semakin rendah harga produk dibandingkan dengan harga produk pesaing maka daya kompesisi suatu produk di pasaran akan semakin tinggi. Harga produk dari agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan relatif rendah, hal ini terlepas dari kondisi biaya produksi yang tergolong rendah dengan pendayagunaan sumderdaya produksi yang optimal sehingga tingkat efisiensi cukup tinggi. Biaya produksi yang tinggi maka akan berpengaruh pada harga jual yang juga tinggi. Kondisi tersebut merupakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 90 salah satu kekuatan yang dimiliki oleh agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan menghadapi persaingan pasar yang tinggi. d. Biaya Produksi Rendah Biaya produksi usaha agroindustri berbasis bahan baku pisang sangat rendah hal ini dikarenakan : - Pada usaha agroindustri berbahan baku pisang tidak membutuhkan biaya yang besar dalam perolehan baku baku yaitu harga pisang rendah dan didukung oleh dekatnya lokasi produksi pisang dengan tempat usaha sehingga tidak membutuhkan biaya transportasi yang tinggi - Proses pengolahan tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dalam biaya produksi sangat rendah. e. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Upaya pengembangan agroindustri berbasis bahan baku pisang merupakan satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari produksi pisang yang selama ini banyak yang terbuang dan tidak terkelola, dengan adanya kegiatan agroindustri maka nilai dari pisang awak sebagai salah satu potensi produksi pertanian di Kabupaten Pacitan diharapakan akan mampu untuk meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat desa serta pengusaha. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 91 2. Kelemahan weaknesses a. Kualitas Produksi Agroindustri Rendah Kualitas suatu produk akan dapat menentukan keberhasilan dalam pemasaran karena dengan kualitas yang baik maka produk akan dapat memasuki pasar dengan baik, hal ini tidak terlepas bahwa pasar sangat membutuhkan kriteria-kriteria khusus dari suatu produk untuk dapat menghadapi persaingan, semakin tinggi kualitas barang maka semakin tinggi pula daya saingnya, tanpa barang berkualitas maka strategi pemasaran sangat sulit dijalankan kondisi tersebut lebih menjadi perhatian bagi setiap produsen karena preferensi konsumen menjadi lebih tinggi terhadap makanan olahan akibat banyaknya kejadian produk makanan olahan yang mengandung bahan kimia atau mengganggu kesehatan konsumennya. Produksi dari agroindustri berbasis bahan baku pisang yang berada di Kabupaten Pacitan mempunyai kualitas rendah yang dapat dilihat dari proses pengolahan yang masih tradisional dan pengepakan yang sederhana sehingga kualitas produk didalamnya tidak dapat terjaga dengan baik terutama setelah adanya distribusi pemasaran. Kondisi tersebut merupakan kelemahan yang dimiliki agroindustri berbasis pisang awak dalam pengembangannya yaitu tidak mempunyai daya saing yang tinggi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 92 b. Tingkat Diversifikasi Pengolahan Pisang Rendah Diversifikasi usaha merupakan salah satu upaya untuk mengurangi resiko kegagalan dan juga untuk memperluas pangsa pasar. Diversifikasi dalam pengolahan pisang awak yang terhadap di Kabupaten Pacitan masih terpatas pada pembuatan kripik pisang dan sale sehingga akan mempengrauhi upaya dalam perluasan pangsa pasar selain kondisi tersebut banyaknya produk pisang yang sama yaitu berupa kripik dan sale dari daerah lain maka nilai saing dari produksi agroindustri berbasis pisang awak menjadi rendah. Selain kondisi tersebut dengan tingginya produksi pisang awak dan rendahnya diversifikasi pengolahannya maka masih banyaknya produksi pisang awak yang terbuang tidak terkelola. c. Belum ada Kelembagaan Usaha Kelembagaan merupakan suatu wadah dari sebuah kerjasama yang dalam hal ini kerjasama antara pengusaha dengan petani sehingga apa yang dibutuhkan oleh pengusa dan apa yang harus disediakan oleh petani sulit untuk terwujud dengan baik. Kelembagaan yang ada saat ini dalam kegiatan agroindustri berbasis pisang awak hanya lebih menguntungkan di tingkat pengusaha sedangkan pada tingkat petani hanyalah merupakan keuntungan yang sesaat yaitu pada saat pisang yang dimilikinya terjual atau terbeli oleh pengusaha. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 93 d. Tingkat Pendidikan Pengusaha Rendah Sumberdaya dalam suatu kegiatan usaha merupakan input yang melalui proses produksi akan menjadi output berupa produk barang atau jasa. Sumberdaya tersebut meliputi alam sebagai penyedia bahan baku, manusia sebagai tenaga kerja, barang-barang modal seperti mesin sebagai alat proses produksi dan skill sebagai keahlian dalam memperoleh hasil yang optimal dan yang mengendalikan manajemen perusahaan. Dari keempat sumberdaya tersebut sumberdaya manusia adalah yang sangat penting karena manusia adalah faktor penentu berhasil tidaknya proses produksi. Upaya pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan termasuk kegiatan yang tidak terlalu berkembang dengan baik dan kondisi tersebut terlihat dari tahun 1980 kegiatan usaha pengolahan pisang sampai sekarang tidak terdapat perubahan yang signifikan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh tingkat pendidikan pengusaha yang rendah sehingga upaya untuk melakukan inovasi terhadap produksi yang dilakukannya. Kondisi nampak dari 12 responden pengusaha mempunyai tingkat pendidikan rata- rata SMP. e. Teknologi Pengolahan Tradisional Teknologi produksi akan dapat menentukan hasil produk akhir, dengan semakin tinggi pengolahan yang sederhana akan menghasilkan kualitas produk yang sedang. Setiap perbaikan teknologi sebuah perusahaan mampu memproduksi sejumlah output yang baru atau yang lebih baik. Teknologi sangat penting bagi persaingan jika mempunyai pengaruh yang signifikan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 94 terhadap keunggulan bersaing perusahaan. Proses produksi ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses tersebut, dengan penggunaan teknologi maka produksi yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sama dengan teknologi yang digunakan serta akan dapat mencerminkan produktivitas dari kegiatan produksi. Proses produksi pada kegiatan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan menggunakan teknologi tradisional, sehingga hasil produksi mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan hasil produksi dalam menghadapi persaingan dipasaran dengan produk- produk makanan olahan berbasis pisang maupun makanan olahan lainnya.

5.3.2. Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal dalam pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan terdiri dari faktor strategis dari peluang yang terdiri dari globalisasi perdagangan, ketersediaan areal pengembangan pisang, tingkat kesesuaian daerah dengan budidaya pisang, dukungan dari pemerintah daerah dan potensi kandungan gizi dalam pisang awak. Sedangkan faktor strategis dari ancaman terdiri dari persaingan dari usaha sejenis dari daerah lain, pemasaran produk olahan masih terbatas, perkembangan pabrik makanan olahan, tingkat persaingan pengunaan lahan untuk tanaman lain dan rendahnya moral pengusaha. Matrik analisis strategi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. menunjukkan bahwa tingkat dari faktor-faktor peluang yang mempunyai nilai tinggi adalah globalisasi perdagangan dan dukungan dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 95 pemerintah daerah. Sedangkan dari faktor-faktor ancaman yang mempunyai nilai tinggi adalah perkembangan pabrik makanan olahan. Setelah diadakan penilaian terhadap kondisi eksternal dalam pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan, maka diperoleh total nilai faktor peluang sebesar 1,910 dan nilai faktor ancaman sebesar 0,808. Jadi selisihnya 1,10 berarti bahwa kegiatan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan mempunyai peluang dalam pengembangannya. Tabel 9. Matrik Analisis Strategi Faktor Eksternal Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan No. Faktor Eksternal Bobot Rating Skor A. PELUANG 1 Globalisasi perdagangan 0,133 3 0,398 2 Ketersediaan areal pengembangan pisang 0,126 3 0,378 3 Tingkat kesesuaian daerah dengan budidaya pisang 0,124 3 0,373 4 Dukungan dari pemerintah daerah 0,133 3 0,398 5 Potensi kandungan gizi dalam pisang awak 0,121 3 0,363 Jumlah 1,910 B. ANCAMAN 1 Persaingan dari usaha sejenis dari daerah lain 0,066 2 0,133 2 Pemasaran produk olahan masih terbatas 0,073 2 0,146 3 Perkembangan pabrik makanan olahan 0,081 3 0,244 4 Tingkat persaingan pengunaan lahan untuk tanaman lain 0,066 2 0,133 5 Rendahnya moral pengusaha 0,076 2 0,153 Jumlah 0,808 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 96 Masing-masing faktor-faktor strategis dari peluang Opportunities dan ancaman Threaths yang ada pada eksternal pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Peluang Opportunities a. Globalisasi Perdagangan Globalisasi perdagangan akan memberikan peluang pasar ekspor produk olahan yang mempunyai nilai komparatif, hal ini dikarenakan dengan jaringan perdagangan akan lebih bersifat bebas dan berkompetitif tinggi dan sangat tergantung pada produk yang akan dipasarkan. Suatu produk dengan mempunyai kualitas yang baik dan masih diperlukan banyak oleh masyarakat atau konsumen dunia maka akan lebih mudah untuk masuk dalam perdagangan luas negeri. Pisang awak yang memiliki daya komparatif yang tidak dimiiki dari daerah lain jika terkelola dengan baik akan mudah untuk masuk ke pasar ekspor. b. Ketersediaan Areal Pengembangan Pisang Wilayah Kabupaten Pacitan mempunyai wilayah lahan kritis yang cukup luas dan kondisi tersebut belum banyak terkelola dengan baik, hal tersebut diakibatkan sedikit jenis tanaman untuk tumbuh dengan baik dan dalam hal ini pisang merupakan tanaman yang mampu tumbuh baik lahan kritis. Dengan adanya upaya pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan yang diharapkan dapat berkembang pesat pada suatu saat akan mengalami keterbatas bahan baku. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 97 Dengan ketersedian lahan yang cukup luas maka kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa bahan baku tidak akan menjadi kendala dalam ketersediaan produksi pisang dan keadaan itu merupakan kekuatan dalam upaya pengembangan agroindustri berbasis bahan baku pisang c. Tingkat Kesesuaian Daerah dengan Budidaya Pisang Kondisi Kabupaten Pacitan mempunyai kondisi yang cukup baik dalam perkembangbiakan dan budidaya pisang awak dengan ketinggian tempat 50 - 100 meter diatas permukaan laut, suhu udara 18 C – 22 C dan kelembaban udara antara 80 - 90. Dengan sesuainya kondisi lingkungan maka pelaksanaan produksi pisang sebagai bahan baku utama kegitan agroindustri pisang awak akan selalu tersedia. Kondisi tersebut merupakan peluang yang dimiliki agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan dalam pengembangan usahanya. d. Dukungan dari Pemerintah Daerah Dukungan pemerintah terhadap perkembangan suatu perusahaan akan berdampak positif karena kebijakan pemerintah secara tidak langsung berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh suatu perusahaan, dalam hal ini terlihat bahwa kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Pacitan dalam pendayagunaan sumberdaya alam asli daerah atau peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara optimal untuk dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk GERBANG EMAS Gerakan Membangun Ekonomi Masyarakat yang dicanangkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 98 pada tahun 2005 oleh Bupati Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan dan selain kebijakan daerah yang mendukung pengembangan usaha juga didukung oleh kebijakan pusat berupa PUAP Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan yang berupa BLM Bantuan Langsung Masyarakat. Dengan adanya kebijakan tersebut maka setiap usaha pedesaan termasuk dalam hal ini agroindustri pisang awak mampu untuk mengakses dalam perolehan hibah modal. Kondisi tersebut merupak peluang yang bias dimanfaatkan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan dalam upaya pengembangan usaha. Disisi lain dengan otonomi daerah, maka semaa pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan nila komparatif dari sumberdaya yang tersedia di daerah dalam peningkatan sumber PAD. Kondisi tersebut merupakan peluang yang dimiliki oleh kegiatan agroindustri pisang awak dalam pengembangannya. e. Potensi Kandungan Gizi dalam Pisang Awak. Produksi pertanian sampai kapanpun akan selalu dibutuhkan oleh banyak konsumen di belahan dunia hal ini dikarenakan produk pertanian merupakan bahan pokok yang akan selalu dibutuhkan dalam kelangsungan hidup semua manusia. Pisang awak mempunyai kandungan gizi lengkap selain kaya Ca, Phospat dan besi juga mengandung vitamin A dan vitamin C serta beberapa unsur mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kondisi tersebut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 99 merupakan peluang yang besar bagi pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan. 2. Ancaman Threaths a. Persaingan dari Usaha Sejenis Dari Daerah Lain Persaingan akan selalu muncul apabila usaha yang dilakukan mempunyai prospek dalam perolehan keuntungan yang cukup besar. Begitu juga dengan kondisi persaingan yang terjadi pada kegiatan agroindustri berbasis pisang dimana kegiatan usahanya sangat mudah dengan tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Tingginya tingkat persaingan produk olahan berbasis pisang terutama berasal dari daerah Malang, Jombang, Lumajang dan Mojokerto yang juga merupakan daerah sentra produksi pisang. Kondisi tersebut merupakan ancaman yang cukup tinggi dalam proses pemasaran. Dengan kondisi tersebut mengharuskan bagi pengusaha agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan lebih meningkatkan kualitas produksinya untuk dapat meningkatkan daya saing di pasar. b. Pemasaran Produk Olahan Masih Terbatas Proses pemasaran yang merupakan kegiatan penyampaian produk sampai konsumen pada tempat yang berbeda, memerlukan waktu dan sasaran yang tepat. Dalam kegiatan pemasaran produk olahan dari agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan masih sangat terbatas yaitu hanya daerah kabupaten Pacitan dn sekitarnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 100 Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan dengan tingkat persaingan yang semakin ketat baik dari jenis komplementer maupun jenis substitusi dalam upaya peningkatan jumlah penjualan produk pemasaran yang lebih luas lagi. c. Perkembangan Pabrik Makanan Olahan Berbagai jenis makanan olahan yang banyak beredar di pasaran dengan kemasan-kemasan yang menarik yang melalui proses pabrikasi dengan teknologi modern dan cukup tersedia di berbagai tempat merupakan pesaing yang harus diperhitungkan dalam upaya pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan. Semakin tinggi persaingan yang terjadi semakin banyak kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh suatu produk dalam memasuki pasar. Kondisi persaingan yang semakin besar merupakan ancaman pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan dan kondisi tersebut d. Tingkat Persaingan Pengunaan Lahan Untuk Tanaman Lain Semakin tingginya jumlah penduduk disisi lain akan dapat berpengaruh pada semakin meningkatnya permintaan produk akan tetapi disisi lain akan berpengaruh terjadinya pergeseran penggunaah tanah menjadi perumahan, perkantoran perhotelan dan lain-lain sebagai ruang hidup manusia. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada menyempitnya lahan pengembangan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 101 pisang yang merupakan bahan utama dari kegiatan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan. e. Rendahnya Moral Pengusaha Rendahnya modal pengusaha akan mampu merusak citra dari produk secara keseluruhan, kondisi tersebut menjadi lebih besar dengan adanya perkembangan media visual maupun audio visual. Modal pengusaha diperlukan dalam pengembangan usaha akibat bahwa preferensi dari konsumen yang membutuhan kualitas tinggi serta dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan maka konsumen akan lebih cepat mengetahui tentang kualitas produk yang dihasilkan.

5.3.3. Analisis Strategi Pengembangan Agroindustri Pisang Awak Di

Kabupaten Pacitan Untuk menyusun formulasi alternatif-alternatif strategi dalam agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan dapat dilakukan melalui analisis lingkungan yaitu studi tentang faktor-faktor internal dan eksternal. Untuk menyusun formulasi alternatif strategi pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan digunakan matriks SWOT. Beberapa alternatif strategi yang dapat dilaksanakan dalam pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan seperti terlihat pada tabel sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 102 Tabel 10. Diagram Matrik SWOT INTERNAL EKSTERNAL STRENGTHS S 1. Jumlah petani pisang cukup banyak 2. Produksi pisang tinggi 3. Harga produk relatif rendah 4. Biaya produksi rendah 5. Upaya peningkatan nilai tambah WEAKNESSES W 1. Kualitas produksi agroindustri rendah 2. Tingkat diversifikasi pengolahan pisang rendah 3. Belum ada kelembagaan usaha 4. Tingkat pendidikan pengusaha rendah 5. Teknologi pengolahan tradisional OPPORTUNITIES O 1. Globalisasi perdagangan 2. Ketersediaan areal pengembangan pisang 3. Tingkat kesesuaian daerah dengan budidaya pisang 4. Dukungan dari pemerintah daerah 5. Potensi kandungan gizi dalam pisang awak S – 0 1. Peningkatan produksi untuk mengoptimalkan potensi wilayah 2. Peningkatan kualitas produksi melalui peningkatan teknologi pengolahan 3. Pengembangan pasar dengan membentuk jaringan pasar yang lebih luas W – O 1. Peningkatan keahlian pengusaha dalam melakukan diversifikasi 2. Peningkatan kualitas produksi melalui peningkatan teknologi pengolahan 3. Pembentukan kelembagaan pengusaha, petani dan pedagang THREATHS T 1. Persaingan dari usaha sejenis dari daerah lain 2. Pemasaran produk olahan masih terbatas 3. Perkembangan pabrik makanan olahan 4. Tingkat persaingan pengunaan lahan untuk tanaman lain 5. Rendahnya moral pengusaha S – T 1. Peningkatan penggunaan teknologi dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan mempunyai daya saing 2. Pengembangan diversifikasi usaha untuk memperluas pangsa pasar W – T 1. Optimalisasi peningkatan produksi dan peningkatan kualitas produksi 2. Optimalisasi pemasaran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 103 Alternatif strategi berdasarkan analisis matrik SWOT tersebut sebagai berikut : 1. Strategi S – O Strategi ini menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, alternatifya adalah : a. Peningkatan produksi untuk mengoptimalkan potensi wilayah b. Peningkatan kualitas produksi melalui peningkatan teknologi pengolahan c. Pengembangan pasar dengan membentuk jaringan pasar yang lebih luas 2. Strategi S – T Strategi ini menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, alternatifnya adalah : a. Peningkatan penggunaan teknologi dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan mempunyai daya saing b. Pengembangan diversifikasi usaha untuk memperluas pangsa pasar 3. Strategi W- O Strategi ini meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, alternatifnya adalah : a. Peningkatan keahlian pengusaha dalam melakukan diversifikasi b. Peningkatan kualitas produksi melalui peningkatan teknologi pengolahan c. Pembentukan kelembagaan pengusaha, petani dan pedagang 4. Strategi W – T Strategi ini meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman, alternatifnya adalah : a. Optimalisasi peningkatan produksi dan peningkatan kualitas produksi b. Optimalisasi pemasaran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 104

5.3.4. Pemilihan Strategi dan Pembahasan

Dari uraian faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari analisis SWOT lewat pembobotan, maka secara ringkas dapat disajikan kedalam matrik pembobotan analisis SWOT sebagai berikut : Tabel 11. Matrik Pembobotan Analisis SWOT StrengthsKekuatan Skor WeaknessesKelemahan Skor Jumlah petani pisang cukup banyak 3,125 Kualitas produksi agroindustri rendah 2,708 Produksi pisang tinggi 3,125 Tingkat diversifikasi pengolahan pisang rendah 1,750 Harga produk relatif rendah 2,750 Belum ada kelembagaan usaha 2,000 Biaya produksi rendah 3,042 Tingkat pendidikan pengusaha rendah 1,917 Upaya peningkatan nilai tambah 2,667 Teknologi pengolahan tradisional 2,000 Jumlah 14,708 Jumlah 10,375 OpportunitiesPeluang Skor ThreatsAncaman Skor Globalisasi perdagangan 3,333 Persaingan dari usaha sejenis dari daerah lain 1,667 Ketersediaan areal pengembangan pisang 3,167 Pemasaran produk olahan masih terbatas 1,833 Tingkat kesesuaian daerah dengan budidaya pisang 3,125 Perkembangan pabrik makanan olahan 2,042 Dukungan dari pemerintah daerah 3,333 Tingkat persaingan pengunaan lahan utk tanaman lain 1,667 Potensi kandungan gizi dalam pisang awak 3,042 Rendahnya moral pengusaha 1,917 Jumlah 16,000 Jumlah 9,125 Tabel 11. menunjukkan bahwa bobot masing-masing variabel adalah S = 14,708; W= -10,375; O = 16,000; dan T =-9,125. Variabel W dan T merupakan suatu keadaan yang akan mengurangi daya saing dalam pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan sehingga nilainya negatif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 105 Variabel-variabel tersebut dimasukkan kedalam diagram SWOT yang perhitungan persamaannya dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari diagram SWOT dapat diketahui titik P yaitu titik dimana pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan berada dan ini dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan strategi sesuai dengan kuadran dimana titik itu berada Gambar 8. A O 16,000 B P 2,813; 3,438 W -10,375 S14,708 D T -9,125 C Gambar 8. Titik Posisi Pengembangan Agroindustri Pisang Awak Di Kabupaten Pacitan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 106 Gambar 8. menunjukan dapat diketahui bahwa posisi agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan berada pada kuadran I. Strategi pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah O-S atau strategi agresif yaitu peningkatan produksi untuk mengoptimalkan potensi wilayah, peningkatan kualitas produksi melalui peningkatan teknologi pengolahan dan pengembangan pasar dengan membentuk jaringan pasar yang lebih luas. 1. Peningkatan produksi untuk mengoptimalkan potensi wilayah Peningkatan produksi merupakan upaya dalam mengoptimalkan potensi wilayah yaitu dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan pada kegiatan agroindustri berbasis pisang awak akibat bahan baku yang cukup murah dan tingkat kelayakan usaha agroindustri berbasis pisang awak baik secara ekonomi, teknis dan sosial merupakan salah satu dasar dari upaya peningkatan atau pengembangan usaha agroindustri berbasis pisang awak yang lebih besar lagi. Pemanfaatan potensi pisang yang cukup besar melalui pengembangan agroindustri berbasis pisang awak akan mampu meningkatkan nilai tambah yang akan mampu memberikan dampak pada peningkatan pendapatan dari pengusaha agroindustri berbasis pisang awak, pekerja agroindustri, petani pisang sebagai penyedia bahan baku serta peningkatan pendapatan asli daerah PAD. Selain itu dengan kekuatan yang lain yang dimiliki agroindustri seperti biaya produksi yang rendah, jumlah bahan baku yang tersedia cukup banyak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 107 sehingga kondisi tersebut dapat dimanfaat oleh pengusaha dalam upaya pengembangan usaha berdasarkan peluang. Kondisi tersebut akan mampu mendukung pengembangan agroindustri berbasis pisang awak akibat produk yang dihasilkan mempunyai daya saing komparatif maupun kompetitif 2. Peningkatan kualitas produksi melalui peningkatan teknologi pengolahan Peningkatan kualitas produksi dari kegiatan agroindustri berbasis pisang awak harus tetap diperhatikan dan ditingkatkan guna meningkatkan daya saing di pasar dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi terutamanya dari produksi olahan pisang dari daerah lain seperti yang berasal dari Malang, Jombang, Lumajang dan Mojokerto. Kualitas produk yang bisa ditingkatkan adalah kemasan yang lebih menarik dengan warna dan jenis kemasan yang menggunakan teknologi tinggi untuk dapat meningkatkan keyakinan masyarakat konsumen terhadap produk yang ditawarkan adalah merupakan produk unggulan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan bahwa budaya masyarakat Indonesia sangat perduli terhadap penampilan luar. Dimana negara Indonesia sebagai konsumen potensial dengan jumlah penduduk yang cukup besar akan dapat dapat dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan untuk memperluas segmen pasar dan meningkatkan daya saing produk dari hasil produksi agroindustri berbasis pisang awak maka upaya diversifikasi produk harus lebih tinggi yang mengarah keinginan atau selera konsumen. Upaya diversifikasi produk olahan pisang awak lebih mengarah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 108 pada ciri khas yang tidak dimiliki dari daerah lain seperti kripik pisang bolong yang hanya dimiliki oleh produk olahan dari Kabupaten Pacitan. 3. Pengembangan pasar dengan membentuk jaringan pasar yang lebih luas Pengembangan pasar yang harus dapat dilakukan oleh pengusaha agroindustri dalam peningkatan volume penjualan produk olahan yang saat ini pemasarannya masih terbatas di daerah Kabupaten Pacitan saja, dengan membentuk dan memperluas jaringan pasar baru dengan menambah distributor-distributor baru diberbagai daerah. Dengan demikian jumlah produksi dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi selain untuk mengembangan kegiatan agroindustri yang sudah tumbuh ataupun untuk menumbuhkan kegiatan agroindusri baru yang bentuk dengan sistem kemitraan untuk membentuk kegiatan usaha yang lebih kuat danb berdaya saing tinggi serta mampu menerobos pangsa pasar yang lebih besar. Kondisi ini didasarkan bahwa tingkat bahan baku dari pisang awak yang cukup besar dan masih dalam kondisi banyak yang belum terolah serta pisang awak yang mempunyai daya saing komparatif yaitu tidak semua dearh terdapat pisang awak sehingga akan memungkinkan konsumen untuk mengkonsumsinya, selain itu juga pisang awak yang mempunyai tingkat gula tinggi dan dalam sistem pengolahannya tidak terdapat campuran gula maka akan mempunyai daya saing yang tinggi untuk masuk pada pasar yang lebih luas karena kebanyakan produk pisang olahan yang diproduksi dari daerah Malang, Jombang, Lumajang dan Mojokerto untuk meningkatkan rasa manis mengunakan pemanis kimia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 109 Perluasan jaringan pemasaran produk agroindustri berbasis pisang awak harus diimbangi dengan pengembangan sistem manajemen distribusi untuk dapat menjaga kondisi kesetiaan konsumen agar tercipta suatu kerjasama yang saling menguntungkan dan mendukung pengembangan usaha secara keseluruhan. Selain itu pengusaha agroindustri yang bekerjsama dengan Pemerintah Daerah dalam mengangkat produk lokal harus melakukan promosi yang lebih gencar dalam rangka memperkenalkan keunggulan-keunggulan dan kekhasan rasa dari produk olahan pisang awak. Peningkatan promosi pada saat ini sangat memungkinkan dikarenakan perkembangan media massa terutama melalui televisi swasta yang cukup banyak akan lebih memudahkan untuk menjadikan media perkenalan produk. Secara rinci dari strategi pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan yang terdiri dari strategi, kebijakan, program dan kegiatan terlampir pada Lampiran 27. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 110

VI. KESIMPULAN DAN SARAN