Deskripsi Data Penelitian Keterbatasan Penelitian

63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Pengolahan data hasil penelitian berdasarkan jawaban yang diperoleh dari guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta terhadap pernyataan yang tertuang dalam angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data berupa angka yang merupakan skor dari jawaban angket. Data angka hasil perhitungan skor jawaban guru BK terhadap pernyataan dalam angket selanjutnya dihitung menggunakan rumus deskriptif persentase. Tabel data penelian dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 85. Hasil penelitian ini akan dianalisis dan dibahas berdasarkan masalah setiap aspek dengan menghitung jumlah frekuensi setiap aspek atau f, dibagi dengan jumlah subyek dikali jumlah item setiap aspek atau N, maka diperoleh persentase. Kemudian dianalisis setiap butir masalah dengan menghitung jumlah frekuensi setiap butir f, dibagi dengan jumlah frekuensi setiap aspek N, maka diperoleh persentase.

B. Analisis Data

1. Permasalahan Seluruh Aspek

Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ditinjau dari empat aspek, yakni: aspek perencanaan, aspek pengorganisasian, aspek pelaksanaan, aspek evaluasi dan tindak lanjut. Berikut ini hasil analisis permasalahan 64 setiap aspek berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se- Kota Yogyakarta. Tabel 5. Analisis Permasalahan Setiap Aspek Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No ASPEK f N Persentase 1 Perencanaan 469 38 x 30 = 1140 4691140 x 100 = 41,14 2 Pengorganisasisan 387 38 x 24 = 912 387912 x 100 = 42,43 3 Pelaksanaan 363 38 x 21 = 798 363798 x 100 = 45,49 4 Evaluasi dan tindak lanjut 128 38 x 8 = 304 128304 x 100 = 42,11 Rata-rata 1347 38 x 83 = 3154 13473154 x 100 = 42,71 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yang tertinggi terletak pada aspek pelaksanaan dengan persentase 45,49. Sedangkan permasalahan terendah terletak pada aspek perencanaan dengan persentase 41,14. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung rata-rata permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yakni sebesar 42,71.

2. Permasalahan pada Aspek Perencanaan

Pada aspek perencanaan terdapat 30 butir masalah. Berikut ini hasil analisis setiap butir pernyataan pada aspek perencanaan berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. 65 Tabel 6. Analisis Masalah pada Aspek Perencanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No. Butir Masalah Aspek Perencanaan Jawaban f N Persen -tase Ya Tdk 1 Kurang menguasai langkah-langkah penilaian kebutuhan 16 22 16 469 3,41 2 Belum tersedia alat instrumen penilaian kebutuhan 14 24 14 469 2,99 3 Kesulitan menyusun mengembangkan instrumen penilaian kebutuhan 20 18 20 469 4,26 4 Kesulitan mengumpulkan data-data penilaian kebutuhan 16 22 16 469 3,41 5 Belum menguasai metode analisis data penilaian kebutuhan dengan software komputer 16 22 16 469 3,41 6 Kesulitan membuat interpretasi hasil penilaian kebutuhan 17 21 17 469 3,62 7 Kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan 25 13 25 469 5,33 8 Kesulitan menyusun program tahunan Bimbingan Karir berdasarkan hasil analisis evaluasi kebutuhan 15 23 15 469 3,2 9 Bentuk rencana kegiatan Bimbingan Karir kurang bervariasi 15 23 15 469 3,2 10 Kesulitan membuat matriks jadwal waktu pelaksanaan program Bimbingan Karir untuk satu tahun pelajaran 20 18 20 469 4,26 11 Kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program Bimbingan Karir selama satu tahun pelajaran 25 13 25 469 5,33 12 Kesulitan membuat Rencana Pelaksanaan Layanan RPL 13 25 13 469 2,77 13 Kesulitan mencari referensi materi Bimbingan Karir dari sumber terpercaya untuk RPL 15 23 15 469 3,2 14 Kesulitan menyusun materi Bimbingan Karir yang menarik dan sesuai kebutuhan siswa 15 23 15 469 3,2 15 Kesulitan menyusun instrumen evaluasi Bimbingan Karir 15 23 15 469 3,2 16 Ruang BK belum memiliki ruang konseling individual untuk konseling karir 15 23 15 469 3,2 17 Ruang BK belum memiliki ruang bk kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir 23 15 23 469 4,9 18 Ruang BK belum memiliki ruang kerja guru BK 11 27 11 469 2,35 19 Ruang BK berada di lokasi yang terpojok dari lingkungan sekolah kurang strategis 9 29 9 469 1,92 20 Ruang BK dekat dengan ruang yang bising atau toilet 11 27 11 469 2,35 21 Ketersediaan ATK di ruang BK terbatas 13 25 13 469 2,77 22 Tidak tersedia papan bimbingan untuk media Bimbingan Karir 9 29 9 469 1,92 23 Tidak tersedia alat pengumpul data tes bakat, minat 20 18 20 469 4,26 24 Tidak tersedia alat pengumpul data non-tes pedoman wawancara, observasi, DCM, AUM, ITP 13 25 13 469 2,77 25 Tidak tersedia buku pribadi siswa untuk layanan Bimbingan Karir 13 25 13 469 2,77 26 Map penyimpanan data Bimbingan Karir tidak tersedia 12 26 12 469 2,56 27 Buku pedoman petunjuk pelaksanaan layanan Bimbingan Karir tidak tersedia 14 24 14 469 2,99 28 Blanko atau arsip surat berkaitan dengan layanan Bimbingan Karir tidak tersedia 14 24 14 469 2,99 29 Anggaran dana untuk pelaksanaan layanan Bimbingan Karir terbatas jumlahnya 21 17 21 469 4,48 30 Penggunaan dana untuk layanan bimbingan karir tidak sesuai dengan perencanaannya 14 24 14 469 2,99 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek perencanaan yang tertinggi 66 terdapat 3 butir masalah yakni: kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil evaluasi kebutuhan dengan persentase 5,33, kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran dengan persentase 5,33, ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir dengan persentase 4,9.

3. Permasalahan pada Aspek Pengorganisasian

Pada aspek pengorganisasian terdapat 24 butir masalah. Berikut ini hasil analisis setiap butir pernyataan pada aspek pengorganisasian, berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Tabel 7. Analisis Masalah Aspek Pengorganisasian Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No. Butir Masalah Aspek Pengorganisasian Jawaban f N Persen -tase Ya Tdk 1 Rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi 23 15 23 387 5,94 2 Guru BK bukan sarjana jenjang S-1 prodi Bimbingan dan Konseling 16 22 16 387 4,13 3 Guru BK belum berpendidikan profesi konselor 23 15 23 387 5,94 4 Guru BK kurang menguasai konsep teori Bimbingan Karir 20 18 20 387 5,17 5 Kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada 22 16 22 387 5,68 6 Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan Bimbingan Karir sesuai harapan untuk melanjutkan pendidikan dan pilihan karir 16 22 16 387 4,13 7 Guru BK kurang memperlihatkan konsistensi dalam melaksanakan ibadah 14 24 14 387 3,62 8 Guru BK kurang dapat bersikap jujur dan santun 16 22 16 387 4,13 9 Guru BK kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir yang efektif sesuai rencana 21 17 21 387 5,43 10 Guru BK kurang dapat menarik partisipasi aktif siswa dalam melaksanakan Bimbingan Karir 18 20 18 387 4,65 11 Guru BK kesulitan melakukan kerjasama dengan sesama personil BK di sekolah 12 26 12 387 3,1 12 Kesulitan menyertakan pihak-pihak terkait di sekolah dalam merencanakan pelayanan Bimbingan Karir 14 24 14 387 3,62 13 Kurang memanfaatkan organisasi profesi BK untuk membangun kolaborasi dalam pengembangan program Bimbingan Karir 15 23 15 387 3,88 67 14 Kesulitan berinteraksi dan berkolaborasi dengan institusi atau profesi lain untuk mencapai tujuan pelayanan Bimbingan Karir 14 24 14 387 3,62 15 Kurang memanfaatkan keahlian profesi lain untuk membantu penyelesaian permasalahan bidang karir konseli sesuai kebutuhan 15 23 15 387 3,88 16 Kurang menguasai konsep penelitian dalam Bimbingan Karir 15 23 15 387 3,88 17 Kesulitan melaksanakan praktek penelitian dalam Bimbingan Karir 21 17 21 387 5,43 18 Tidak ada deskripsi tugas masing-masing personil BK 11 27 11 387 2,84 19 Pembagian tugas masing-masing personil BK untuk pelaksanaan program bimbingan karir tidak jelas 11 27 11 387 2,84 20 Rapat koordinasi intern antar guru BK tidak dilaksanakan secara rutin 13 25 13 387 3,36 21 Tidak ada pembahasan pelaksanaan program Bimbingan Karir dengan kepala sekolah, guru, dan staff 15 23 15 387 3,88 22 Kerjasama antar personil BK belum optimal 13 25 13 387 3,36 23 Kerjasama dengan siswa, guru, dan staff sekolah belum optimal 13 25 15 387 3,36 24 Kesulitan melakukan Kerjasama dengan pihak luar sekolah, seperti wali siswa dan lembaga masyarakat 16 22 16 387 4,13 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek pengorganisasian yang tertinggi terdapat 3 butir masalah yakni: rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi dengan persentase 5,94, guru BK belum berpendidikan profesi konselor dengan persentase 5,94, kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada dengan persentase 5,68.

4. Permasalahan pada Aspek Pelaksanaan

Pada aspek pelaksanaan layanan bimbingan karir terdapat 21 butir masalah. Berikut ini hasil analisis pada aspek pelaksanaan program layanan bimbingan karir berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. 68 Tabel 8. Analisis Masalah Aspek Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No. Butir Masalah Aspek Pelaksanaan Jawaban f N Persen- tase Ya Tdk 1 Pelaksanaan program layanan informasi karir belum optimal 16 22 16 363 4,41 2 Pelaksanaan program layanan orientasi karir belum optimal 17 21 17 363 4,68 3 Pelaksanaan program pemahaman dunia kerja belum optimal 18 20 18 363 4,96 4 Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal 23 15 23 363 6,34 5 Pelaksanaan program carrer day belum optimal 15 23 15 363 4,13 6 Pelaksanaan konseling karir individu belum optimal 14 24 14 363 3,86 7 Pelaksanaan konseling karir kelompok belum optimal 17 21 17 363 4,68 8 Pelaksanaan Kolaborasi dengan pihak lain terkait permasalahan karir belum optimal 18 20 18 363 4,96 9 Pelaksanaan Kunjungan rumah terkait permasalahan karir siswa belum optimal 18 20 18 363 4,96 10 Pelaksanaan alih tangan kasus kari belum optimal 18 20 18 363 4,96 11 Pelaksanaan program penempatan dan penyaluran belum optimal 22 16 22 363 6,06 12 Waktu pelaksanaan layanan Bimbingan Karir tidak sesuai dengan perencanaannya 13 25 13 363 3,58 13 Tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK 26 12 26 363 7,16 14 Belum ada pemanfaatan waktu di luar jam pelajaran untuk Bimbingan Karir 20 18 20 363 5,51 15 Tempat pemberian layanan Bimbingan Karir kurang nyaman dan kondusif 16 22 16 363 4,41 16 Belum dapat menggunakan metode sosiodrama 20 18 20 363 5,51 17 Belum dapat menggunakan metode karyawisata karir 23 5 23 363 6,34 18 Belum dapat menggunakan metode games permainan 14 24 14 363 3,83 19 Kesulitan menentukan metode yang tepat dan sesuai kebutuhan 14 24 14 363 3,86 20 Kesulitan memilih media yang sesuai, tepat, dan menarik 11 27 11 363 3,03 21 Kurang dapat menggunakan media dengan software komputer 10 28 10 363 2,75 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek pelaksanaan yang tertinggi terdapat 3 butir masalah yakni: pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal dengan persentase 6,34, tidak terdapat jadwal masuk 69 kelas khusus BK dengan persentase 7,16, belum dapat menggunakan metode karyawisata karir dengan persentase 6,34.

5. Permasalahan pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut

Pada aspek evaluasi dan tindak lanjut terdapat 8 butir masalah. Berikut ini hasil analisis pada aspek evaluasi dan tindak lanjut berdasarkan hasil jawaban angket guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Tabel 9. Analisis Masalah Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. No. Butir Masalah Evaluasi Jawaban f N Persen -tase Ya Tdk 1 Kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir 20 18 20 128 15,6 2 Tidak dapat mengungkap pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya 14 24 14 128 10,9 3 Kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut 19 19 19 128 14,8 4 Kesulitan menilai kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Karir 15 23 15 128 11,7 5 Kesulitan melakukan referal alih tangan kasus layanan bimbingan karir 11 27 11 128 8,59 6 Kesulitan melakukan perbaikan dan pengembangan program Bimbingan Karir 10 28 10 128 7,81 7 Kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program lapelprog Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir 21 17 21 128 16,4 8 Tidak melakukan sosialisasi lapelprog Bimbingan Karir kepada pihak terkait 18 10 18 128 14,1 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta pada aspek pelaksanaan yang tertinggi terdapat 3 butir masalah yakni: kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir dengan persentase 15,6, kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut dengan persentase 14,8, kesulitan menyusun laporan pelaksanaan 70 program lapelprog Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir dengan persentase 16,4.

C. Pembahasan

Pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah tidak terlepas dari hambatan. Hambatan tersebut dapat diartikan sebagai masalah yang dapat mengganggu kelancaran proses layanan bimbingan karir. Permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir adalah segala hal yang menjadi masalah dan menghambat dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir. Permasalahan tersebut dapat muncul dari berbagai aspek. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah dilihat dari empat aspek, yakni: aspek perencanaan, aspek pengorganisasian, aspek pelaksanaan, aspek evaluasi dan tindak lanjut. Hasil penelitian menunjukkan permasalahan tertinggi dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yakni pada aspek pelaksanaan. Selanjutnya akan dibahas tiga permasalahan yang tertinggi pada setiap aspek.

1. Permasalahan pada Aspek Perencanaaan

Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek perencanaan yakni: kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil evaluasi kebutuhan, kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program Bimbingan Karir selama satu tahun pelajaran, ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir. 71 Menurut Munandir 1996: 249-250 rencana program yang baik adalah yang berdasarkan pada kebutuhan siswa, guru BK dapat mengetahui kebutuhan dan masalah karir siswa dengan berbagai cara seperti pengamatan, wawancara, studi dokumen, dan kuisioner. Oleh karena itu masalah dalam aspek perencanaan dengan indikator masalah need assessment penilaian kebutuhan yakni kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan dapat mengambat pelaksanaan layanan bimbingan karir. Masalah tersebut dapat terjadi karena guru BK belum terbiasa mengadministrasikan data tentang penilaian kebutuhan karir siswa dengan sistemastis. Permasalahan pada aspek perencanaan dengan indikator menyusun rencana program tahunan dan semesteran yakni kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran dapat mengganggu pelaksanaan layanan bimbingan karir. Menurut Sukardi 1987: 222 bahwa penyusunan rencana program tahunan atau semesteran layanan bimbingan karir di sekolah memegang peranan yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan bimbingan karir di sekolah. Masalah tersebut dapat muncul karena dalam membuat rancangan anggaran dana bimbingan karir untuk satu tahun dibutuhkan pemahaman manajemen keuangan yang baik. Selanjutnya idealnya ruang BK menurut Depdiknas 2007: 238 yakni, terdapat ruang kerja, ruang administrasi atau data, ruang konseling individual, ruang BK kelompok, ruang biblio terapi, ruang relaksasi, dan 72 ruang tamu. Permasalahan pada aspek perencanaan dengan indikator prasarana yakni ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir dapat membuat siswa-siswa yang mendapatkan layanan bimbingan kelompok masalah karir merasa kurang nyaman. Masalah tersebut masih banyak dijumpai di beberapa sekolah karena belum adanya kebijakan dari sekolah untuk membangun ruang BK yang lebih representatif dan ideal untuk pelaksanaan layanan bimbingan karir.

2. Permasalahan pada Aspek Pengorganisasian

Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek pengorganisasian yakni: rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi, guru BK belum berpendidikan profesi konselor, kesulitan melaksanakan layanan Bimbingan Karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada. Menurut Prayitno 1997: 215 tenaga utama dalam pelayanan bimbingan karir adalah guru BK. Rasio seorang guru BK dan siswa SMK yaitu 1 : 150, artinya seorang guru BK memiliki tugas dan tanggungjawab melakukan pelayanan BK kepada 150 siswa. Pelaksanaan layanan bimbingan karir terhadap siswa kurang optimal jika rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi sebab kontrol guru BK terhadap siswa asuhnya akan melemah sehingga kurang dapat memahami kebutuhan permasalahan karir siswa dan membantu menyelesaikannya. 73 Selanjutnya permasalahan dengan indikator kualifikasi akademik yakni guru BK belum berpendidikan profesi konselor, dari 38 guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta belum ada yang mengambil pendidikan profesi konselor. Selain itu terdapat 11 orang guru BK di SMK Negeri se- Kota Yogyakarta yang berlatar belakang pendidikan non-BK. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah sarjana pendidikan S- 1 dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan berpendidikan profesi konselor. Masalah kualifikasi akademik guru BK yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku terjadi karena kurangnya rekrutmen guru BK baru yang berasal dari sarjana S1 BK, sekolah memanfaatkan waktu guru mata pelajaran yang kekurangan jam mengajar untuk menjadi guru BK. Selain itu, permasalahan yang muncul dari aspek pengorganisasian dengan indikator kondisi personil BK yakni guru BK kesulitan melaksanakan layanan bimbingan karir di lapangan sesuai dengan teori yang ada. Permasalahan tersebut merujuk kepada standar kompetensi guru BK yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 yakni kompetensi inti guru BK atau konselor dirumuskan menjadi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Permasalahan tersebut muncul karena guru BK kurang memperbarui keilmuan yang dimilikinya, hal ini ditinjau dari tidak pernah 74 mengikuti pelatihan, seminar atau workshop khusus tentang layanan bimbingan karir di sekolah.

3. Permasalahan pada Aspek Pelaksanaan

Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek pelaksanaan yakni: program ceramah dari tokoh karir belum optimal, tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK, belum dapat menggunakan metode karya wisata karir. Permasalahan yang muncul dari aspek pelaksanaan dengan indikator pelaksanaan program layanan dasar yakni program ceramah dari tokoh karir belum optimal. Masalah tersebut termasuk dalam pelaksanaan program layanan informasi karir. Menurut Sukardi 1987: 236 layanan informasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir memegang peranan yang penting, dengan layanan informasi akan secara langsung bisa membantu siswa untuk memahami dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, dan masalah kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, masalah pelaksanaan program layanan informasi karir berupa program ceramah dari tokoh karir yang belum optimal dapat menghambat siswa untuk memperoleh informasi karir yang bermanfaat untuk dirinya dan masa depannya. Masalah tersebut muncul jika guru BK kurang mempunyai jaringan dengan tokoh-tokoh yang sukses membangun karir mereka sehingga kesulitan untuk melakukan lobi terhadap para tokoh karir. 75 Selain itu, permasalahan yang muncul dari indikator metode yang digunakan dalam layanan bimbingan karir, yakni belum dapat menggunakan metode karya wisata karir. Menurut Sukaardi 1987: 522 metode karya wisata karir menekankan suatu kegiatan dimana siswa pergi ke luar kelas untuk mengunjungi situasi pekerjaan tertentu. Tujuan metode karyawisata dalam bimbingan karir adalah agar para siswa mengetahui, memahami, atau menghayati situasi pekerjaan sebagaimana adanya, siswa melakukan sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu metode ini sangat bermanfaat agar siswa dapat memiliki pemahaman yang konkrit tentang jenis pekerjaan tertentu. Permasalahan guru BK belum dapat menggunakan metode karya wisata karir muncul disebabkan kegiatan ini memerlukan dana yang cukup banyak dan perencanaan yang matang agar tidak hanya terjadi piknik yang tidak menambah ilmu.

4. Permasalahan pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut

Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta tertinggi pada aspek evaluasi dan tindak lanjut yakni: kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir, kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut, kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir. Permasalahan yang muncul dari aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator evaluasi yakni kesulitan menilai partisipasi dan aktivitas 76 siswa dalam kegiatan Bimbingan Karir, kesulitan mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan Bimbingan Karir lebih lanjut. Menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto 2005: 46 evaluasi dalam bimbingan karir dapat dilakukan dengan cara mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan bimbingan karir, mengungkap pemahaman siswa tentang materi bimbingan karir yang disampaikan, mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut, mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir. Permasalahan tersebut terjadi karena guru BK belum terbiasa melaksanakan evaluasi proses bimbingan karir. Selanjutnya, permasalahan yang muncul dari aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator laporan yakni kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program lapelprog Bimbingan Karir berdasar hasil evaluasi program layanan Bimbingan Karir. Menurut Kemdikbud 2013: 21 laporan pelaksanaan program lapelprog disusun sebagai wujud pertanggungjawaban dari tugas guru BK dan sebagai bukti keterlaksanaan program. Permasalahan tersebut terjadi karena dalam proses pelaksanaan bimbingan karir administrasi dokumen kurang rapi sehingga saat akan menyusun laporan kesulitan mengumpulkan data-data saat program dilaksanakan. 77

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, antara lain: 1. Kurangnya kajian teori yang lebih mendalam tentang bimbingan karir, sehingga peneliti menggunakan teori layanan bimbingan dan konseling yang kemudian diterapkan dalam layanan bimbingan karir. 2. Penelitian hanya dilakukan di sekolah berstatus negeri. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, sebagai berikut: 1. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir pada aspek perencanaan sebesar 41,14. Hasil tersebut di dukung oleh tiga butir masalah yang memiliki permasalahan tertinggi, yaitu: a. Kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan dengan persentase 5,33. b. Masalah guru BK kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran dengan persentase 5,33. c. Ruang BK belum memiliki ruang BK kelompok untuk bimbingan kelompok masalah karir dengan persentase 4,9. 2. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir pada aspek pengorganisasian sebesar 42,43. Hasil tersebut di dukung oleh tiga butir masalah yang memiliki permasalahan tertinggi, yaitu: a. Masalah rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi dengan persentase 5,94. b. Masalah guru BK belum berpendidikan profesi konselor dengan persentase 5,94.

Dokumen yang terkait

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI SE KOTA CILACAP TAHUN PELAJARAN 2012 2013

2 44 169

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN MODEL CAVANAGH : Studi Deskriptif Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 5

PROFIL KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI : Studi Deskriptif Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 43

PROFIL KUALITAS PRIBADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) SE-KOTA BANDUNG: Studi Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013.

0 3 50

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DI SMP NEGERI SE- KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 168

TINGKAT PEMAHAMAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KELOMPOK KERJA KABUPATEN BANTUL.

2 22 350

PERSEPSI TERHADAP KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA MAGELANG TAHUN 2016.

1 2 300

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN.

0 0 200

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KECAMATAN DEPOK.

0 0 222

LAYANAN BIMBINGAN KARIR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 8 SURABAYA.

3 21 133