Aspek Finansial dan Non Finansial

2 Litwin dan R. A. Stringer mendefinisikan iklim organisasi sebagai “... a concept describing the subjective nature or quality of the organizational environment. Its properties can be perceived or experienced by members of the organization and reported by them in an appropriate questionnaire.” yang dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa iklim organisasi merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuesioner yang tepat Wirawan, 2007:122. 3 Carolyn S. Andersen mendefinisikan iklim organisasi sekolah sebagai rasa sekolah, seperti dipersepsikan oleh mereka yang bekerja atau yang mengikuti kelas di sekolah. Iklim organisasi sekolah merupakan apa yang kita rasakan dari kehidupan interaktif di sekolah Wirawan, 2007:12. Brief Wirawan, 2007:13 mengemukakan empat faktor yang mendukung iklim sekolah, yaitu lingkungan fisik yang mendukung dan kondusif untuk pembelajaran, lingkungan sosial yang mendorong komunikasi dan interaksi, lingkungan afektif yang mendorong rasa kepemilikan dan rasa percaya diri, dan lingkungan akademik yang mendorong belajar dan pemenuhan diri. Sedangkan Davis mengemukakan empat faktor yang mendukung iklim organisasi, yaitu: a Sistem sosial berupa karakteristik psikologi sosial yang ditunjukkan oleh nilai, keyakinan, dan sistem nilai yang berkembang pada interaksi di lingkungan kerja dalam perilaku sebuah organisasi. b Lingkungan fisik atau alam berupa faktor-faktor lingkungan alam seperti ukuran, luas, area bangunan, bentuk dan desain bangunan, teknologi yang digunakan dan mempengaruhi suasana kerja pada interaksi dalam perilaku sebuah organisasi. c Struktur dan sistem organisasi berupa prosedur operasional standar, program kegiatan, rincian tugas pokok, fungsi, dalam praktik pada dimensi proses, yang membentuk pola interaksi, dan pola komunikasi organisasi. d Lingkungan sosial sebagai konsekuensi dari interaksi manusia sebagai individu dan subjek organisasi yang mempunyai keberagaman karakter seperti motivasi, kepuasan kerja, dan moralitas. b. Sosial Faktor sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Menurut Walgito 2002: 57, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial memiliki aspek sebagai berikut: 1 Komunikasi. Komunikasi merupakan proses pemberian informasi dan pengertian dari satu individu kepada individu yang lainnya. Komunikasi dapat diartikan memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai, agar informasi yang diberikan dapat dimiliki bersama. 2 Partisipasi. Partisipasi merupakan mental emosional seseorang di dalam situasi kelompok dan dapat mendorong seseorang indovidu untuk menyumbangkan pikiran dan perasaan demi tercapainya tujuan organisasi. 3 Kontak sosial. Kontak sosial terjadi apabila seseorang bertukar informasi baik secara langsung atau tidak langsung, dimana hal tersebut dapat menguntungkan atau merugikan. c. Psikologis Istilah psikologi berasal dari “ psyche ” yang diartikan “jiwa” dan “ logos ” yang berarti “ilmu” atau “ilmu pengetahuan”. Karena itu, psikologi sering diartikan sebagai “ilmu pengetahuan tentang jiwa” atau disingkat menjadi “ilmu jiwa” Anoraga dan Suyati, 1995: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Gerungan dalam Anoraga dan Suyati 1995: 2 menjelaskan arti dari ilmu jiwa dan psychology psikologi sebagai berikut: Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi juga segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat- syaratnya yang dimufakati sarjana-sarjana psychology pada zaman sekarang ini. Istilah ilmu jiwa menunjukkan kepada ilmu jiwa pada umumnya, sedangkan istilah psychology menunjukkan ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma-norma ilmiah modern. Mengenai jiwa ini, Aristoteles Anoraga dan Suyati, 1995: 2 menyatakan bahwa jiwa merupakan kekuatan hidup atau sebabnya hidup, sehingga ilmu jiwa merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala kehidupan. Psikologi bukan hanya mempelajari jiwa tetapi individu sebagai kesatuan jiwa-raga, kesatuan rohani-jasmani yang tidak terpisahkan. Perilaku individu terwujud dalam interaksinya dengan lingkungan, dan perilaku tidak hanya terwujud dalam bentuk yang nampak akan tetapi dalam bentuk yang tidak nampak. Dengan demikian perilaku itu merupakan refleksi dari keseluruhan jiwanya. Di samping itu, perilaku itu ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Dengan demikian, psikologi lebih tepat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu khususnya manusia dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku individu selalu mempunyai latar belakang tertentu dan senantiasa terarah pada tujuan tertentu, serta memiliki keterkaitan dengan lingkungan. Lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu internal yang berasal dalam diri individu seperti perasaan, pengetahuan, pengalaman, cita-cita, dan sebagainya dan eksternal yang berasal dari luar diri individu. Lingkungan dapat dikategorikan menjadi lingkungan fisik, sosial, budaya, dan spiritual. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu di sekitar individu yang bersifat fisik seperti air, udara, iklim, rumah, alat-alat yang dipakai, tanah, gunung, dan sebagainya. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang berasal dari manusia dengan segala karakteristiknya seperti hubungan sosial, perilaku sosial, kekeluargaan, persahabatan, perkumpulan, organisasi, dan sebagainya. Lingkungan budaya adalah segala sesuatu yang berasal dari hasil karya cipta manusia berupa budaya seperti ilmu pengetahuan, seni , adat istiadat, politik, pemerintahan, dan sebagainya. Lingkungan spiritual adalah lingkungan yang bersumber dari keyakinan dan kepercayaan terhadap sumber- sumber yang berkenaan dengan kondisi spiritual seseorang. Aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi seseorang individu dalam berperilaku adalah sebagai berikut Purwanto, 1997:2: 1 Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Suatu proses yang bersifat menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. 2 Berpikir Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Proses berpikirnya manusia merupakan prosesyang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan oleh pengalaman yang meluas, pengetahuan bahasa yang kaya dan didukungnya pula dengan pendidikan yang dimiliki. 3 Intelegensi Intelegensi merupakan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi atau menghadapi situasi yang beragam. Intelegensi juga berarti kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak. 4 Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang diminati seseorang, diperhatikan secara terus menerus yang disertai rasa senang. 5 Motivasi Motivasi adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 6 Memori Memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang kesemuanya terpusat dalam otak. d. Motivasi 1 Pengertian Motivasi Uno 2007:3 mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Senada dengan pengertian tersebut, Winkel mengungkapkan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Uno 2007:4, dari sudut yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu: a Motif intrinsik Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik lebih kuat dari pada motif ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang-bidang studi yang relevan. b Motif ekstrinsik Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Menurut Uno 2007:69, ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi kerja antara lain: 1 Kinerjanya tergantung pada usahanya dan kemampuan yang dimilikinya dibandingkan dengan kinerja melalui kelompok. 2 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas- tugas yang sulit. 3 Seringkali terdapat umpan balik yang konkret tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas secara optimal, efektif dan efisien. 2 Unsur Penggerak Motivasi Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsang yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang bersangkutan. Sagir Sastrohadiwiryo, 2002: 269 mengemukakan unsur- unsur penggerak motivasi antara lain: a Kinerja Achievement Seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu kebutuhan, maka orang tersebut dapat mendorongnya mencapai sasaran. McCleland menjelaskan bahwa tingkat needs of Achievement n-Ach yang telah menjadi naluri kedua, merupakan kunci keberhasilan seseorang. Hal ini biasanya juga dikaitkan dengan sikap positif, keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Penghargaan Recognition Penghargaan atau pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah. c Tantangan Challenge Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya. d Tanggung Jawab Responsibility Adanya rasa ikut memiliki atau rumongso handarbeni akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab. Dalam hal ini, besar kecilnya rasa tanggung jawab seseorang dalam organisasi akan mempengaruhi mutu organisasi. e Pengembangan Development Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. f Keterlibatan Involvement Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya, dapat pula “kotak saran” dari tenaga kerja, yang dijadikan masukan untuk manajemen organisasi, merupakan perangsang yang cukup kuat untuk tenaga kerja. Melalui kotak saran, tenaga kerja merasa diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan atau langkah-langkah kebijakan yang akan diambil manajemen. Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa dihargai yang merupakan “tantangan” yang harus dijawab, melalui peran serta berkinerja untuk pengembangan usaha dan pengembangan pribadi. Adanya rasa keterlibatan bukan saja menciptakan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab, tetapi juga menimbulkan mawas diri untuk bekerja lebih baik. g Kesempatan Opportunity Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang cukup kuat bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan merupakan perangsang untuk berkinerja atau bekerja produktif.

E. Hasil Penelitian yang Relavan

Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan ini dapat mendukung teori-teroi yang telah dipaparkan sebelumnya. Beberapa hasil penelitian tersebut antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Antonius Bowo Susanto 2002 yang berjudul “Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Pria dan Karyawan Wanita di Rumah Sakit Mardi Lestari Sragen” menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan kepuasan kerja antara karyawan pria dan karyawan wanita. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kulasse Kanto 2015 seorang ahli bimbingan konseling , yang berjudul “Pengaruh Sertifikasi Terhadap Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja Kinerja Guru BK di SMAN” menemukan bahwa ada pengaruh sertifikasi terhadap motivasi kerja dan kepuasan kerja, ada pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja, serta ada pengaruh kepuasan kerja terhadap motivasi kerja. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Andreas Herwan Susilo yang berjudul “Analisis Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan Menurut Masa Kerja dan Penghasilan Karyawan, Studi Kasus Pada Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri Jawa Ten gah”. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perbedaan kepuasan faktor finansial, fisik, sosial dan psikologis menurut masa kerja dan penghasilan karyawan.

F. Kerangka Berpikir

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan guru terhadap profesinya. Variabel bebas yang diduga berpengaruh pada kepuasan guru terhadap profesinya yaitu jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi. 1. Jenis Kelamin dan Kepuasan Guru terhadap Profesinya Variabel jenis kelamin ini dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dideskripsikan sebagai makhluk yang rasional, mandiri, agresif, dominan, objektif, berorientasi pada prestasi, aktif, cenderung lebih egois, serta memiliki gaya kepemimpinan yang tegas. Sedangkan perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang emosional, berwatak pengasuh, mudah menyerah, komunikatif, lemah dalam matematika, subyektif, pasif dan demokratis serta kurang tegas. Beberapa anggapan tersebut diduga mempengaruhi tingkat kepuasan guru terhadap profesinya, terutama dalam mendidik anak didik. Berdasarkan karakteristik yang dimilikinya diduga bahwa perempuan memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki selain itu perempuan cenderung lebih menyukai profesi ini dibandingkan dengan laki-laki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Lama Menjalani Profesi dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Lama menjalani profesi dapat diartikan sebagai kurun waktu seseorang menekuni bidang pekerjaan dan profesi yang dilakukannya. Lama menjalani profesi keguruan juga akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal. Sebagai contoh, guru yang telah mengajar lebih dari lima tahun tentu akan memiliki cara mengajar yang berbeda dibandingkan yang baru dua tahun mengajar. Selain itu apabila seseorang belum lama menjalani profesi guru ia belum merasa mantap pada profesinya sehingga masih ada kemungkinan untuk beralih pada profesi lain. Apabila dilihat dari aspek finansial, maka semakin lama profesi guru itu dijalani maka akan memberikan penghasilan yang semakin besar. Ini berkaitan dengan karier yang dicapai guru, semakin lama guru menjalani profesinya maka karier pangkat, jabatan, dan golongan gaji yang dicapainya juga semakin tinggi sehingga gaji yang diterima juga semakin besar. 3. Status Kepegawaian dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat dari kedudukan guru yang berkaitan dengan tanggung jawab guru terhadap sekolah yang ditempatinya. Di dalam pendidikan, status guru terdiri atas Nugroho, 2008: 30 : a. Guru negeri, yaitu guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara b. Guru swasta, yaitu guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok antara lain, guru honorer, guru yayasan, dan guru tidak tetap yayasan. Variabel ini diduga mempengaruhi kepuasan guru terhadap profesinya. Dugaan ini berkaitan dengan aspek finansial. Guru yang berstatus pegawai negeri atau PNS memperoleh gaji dari pemerintah yang jumlahnya tetap atau stabil, artinya di sekolah manapun ia ditempatkan tidak akan mengubah jumlah gaji yang diperolehnya. Sedangkan guru non PNS akan menerima gaji sesuai dengan kondisi yang ada dalam institusinya. Selain itu guru yang bekerja di yayasan kurang memiliki rasa aman karena ada kemungkinan diberhentikan oleh yayasan jika yayasan mengalami kemunduran dikarenakan sebab-sebab yang tidak terkendali, misalnya semakin berkurangnya jumlah siswa secara signifikan. 4. Jabatan di Sekolah dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada setiap organisasi di dalamnya selalu ada pembagian tugas. Pembagian tugas ini diadakan untuk mendukung agar proses interaksi antar manusia dapat berjalan dengan baik. Demikian juga di dalam kehidupan sekolah, pembagian tugas ini dilaksanakan dengan tegas oleh kepala sekolah, sehingga masing-masing kelompok dan orang-orang dengan jelas melakukan tugas apa, kapan, dan bagaimana melakukan tugas tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jabatan di sekolah adalah tugas tambahan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru sesuai dengan Surat Keputusan SK yang beredar. Guru yang menjalankan tugas tambahan diberi insentif. Besarnya insentif tergantung kemampuan sekolah atau hasil musyawarah dengan komite sekolah. Dalam hal ini pengaruh golongan terhadap tingkat kepuasan guru ditandai dengan semakin tinggi golongan pangkat guru maka akan semakin bertambah tanggung jawab sebagai guru dan guru akan merasa puas. Tugas tambahan yang mungkin diberikan kepada guru adalah antara lain sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembantu kepala sekolah bidang kurikulun, kesiswaan, humas, sarpras, tata usaha, wali kelas, pembimbing bimbingan konseling, pustakawaan sekolah, laboran sekolah dan lain-lain. 5. Status Sertifikasi dan Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga

Dokumen yang terkait

oAnalisis Itompetensi Ciuru SMK PUSTEI( Serpong

1 5 243

Analisis Pengaruh Penghargaan Finansial dan Non Finansial Terhadap Motivasi Kerja Guru di SMK Wikarya Karanganyar

0 4 8

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial penelitian dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta.

0 1 328

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru : survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

0 0 121

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman.

0 0 193

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

0 0 119

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial penelitian dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta

0 8 326

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial (survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Kulon Progo)

0 0 314

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta

0 1 318

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN.

0 1 212