75 Berdasarkan data di atas, peneliti bersama guru kelas menemukan beberapa
permasalahan yang kemudian dijadikan oleh peneliti sebagai bahan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam pembelajaran pada Siklus I. Beberapa
permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut: a.
Kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif melalui interaksi lisan terhadap guru disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak. Apalagi metode
tanya jawab sebagai salah satu metode yang dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak hanya dilakukan pada saat awal pembelajaran saja.
b. Penerapan metode pemberian tugas individual pada setiap kegiatan inti
menyebabkan anak selalu fokus pada tugasnya masing-masing dan mengurangi interaksi lisan antaranak ataupun dengan guru.
Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru TK ABA VII Purwosari untuk bersama-sama merancang
tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show
and tell.
3. Tindakan Penelitian
a. Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari masih
perlu distimulasi. Tujuan distimulasinya keterampilan berbicara bagi anak supaya anak dapat terampil mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya terhadap
76 orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangat penting
sebagai sarana komunikasi anak dengan lingkungannya. Pada refleksi terhadap hasil observasi sebelum tindakan, guru dan peneliti
berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Hasil
refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I.
Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell.
Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 13 Februari 2017, 16 Februari 2017, 18 Februari 2017, 20 Februari
2017, 22 Februari 2017, dan 25 Februari 2017 dengan tema kendaraan. Setiap pertemuan anak akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus I
menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema kendaraan yaitu sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Setiap anak akan
melakukan show and tell secara bergiliran sesuai giliran kelompoknya. Pelaksanaan metode show and tell yang dilakukan secara berselang-seling
terjadi karena beberapa alasan. Alasan pertama ialah memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan variasi metode pembelajaran saat mengajar. Adanya variasi
pembelajaran juga bertujuan untuk menghindari rasa bosan anak terhadap pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain variasi metode pembelajaran,
pelaksanaan metode show and tell yang berselang-seling terjadi karena ada beberapa aspek perkembangan lain bagi anak yang harus distimulasi juga.
77
1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu memutuskan metode show and tell sebagai cara yang akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara anak. b
Menyiapkan RPPH Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus I dengan memasukkan metode
show and tell sebagai variasi metode pembelajaran. c
Menentukan bentuk metode show and tell yang dipilih yaitu menentukan bentuk media apa yang dipilih dalam pelaksanaan metode show and tell pada Siklus I.
Pemilihan media memerhatikan tema yang sedang berlaku. Akhirnya media yang terpilih adalah media foto yang berkaitan dengan tema dan dicetak dengan kertas
HVS. d
Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar foto yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell foto sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, pesawat terbang.
e Menata lingkungan belajar, yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu
disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru
78 memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak
lebih fokus. f
Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung.
2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pada pelaksanaan penelitian tindakan Siklus I, peneliti berkolaborasi dengan guru. Terdapat tiga observer yang terdiri dari peneliti, guru kelas, dan mahasiswa
Program Studi PGPAUD. Tugas ketiga observer adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and tell. Sepuluh anak yang masuk dalam usia
5-6 tahun dinilai oleh tiga observer tersebut saat anak melakukan show and tell. Hasil pengamatan dari ketiga obsever kemudian dikomparasikan menjadi satu
hasil dalam bentuk rata-rata nilai anak dalam setiap pertemuannya. Sementara itu, tugas guru utama yakni melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH yang disusun bersama peneliti. Selama pelaksanaan tindakan Siklus I, guru utama
bekerjasama dengan
guru pendamping
untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus I.
Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan
dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai
macam-macam kendaraan yang diketahui anak. Setiap awal pertemuan terjadi tanya jawab dan diskusi antara anak dan guru mengenai ciri-ciri kendaraan yang
79 menjadi tema hari itu. Setelah kegiatan awal berlangsung, dilanjutkan dengan
kegiatan inti. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
a Pertemuan Pertama
Pertemuan Pertama Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 13 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema sepeda motor. Ada tiga kegiatan inti yang
dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak mendengarkan demonstrasi metode show and tell, anak menceritakan pengalaman
naik sepeda motor dengan metode show and tell, dan menulis perlengkapan naik sepeda motor. Pada pertemuan ini seluruh anak mengikuti seluruh kegiatan secara
klasikal dengan urutan yang sama. Seluruh anak mendengarkan demonstrasi guru utama terkait tata cara melakukan metode show and tell serta memerhatikan guru
utama dalam memberikan contoh bercerita dengan metode show and tell. Anak ditunjukkan foto dua jenis sepeda motor yaitu motor sport dan motor
matic oleh guru. Kemudian guru bercerita menggunakan kedua gambar tersebut dengan metode show and tell sebagai contoh bagi anak. Setelah demonstrasi
selesai, barulah guru utama menawarkan kepada anak untuk mencoba bercerita di depan kelas dengan metode show and tell. Anak diarahkan memilih salah satu dari
dua foto tersebut untuk dipakai show and tell. Ketika anak mulai melakukan show and tell, peneliti bersama guru kelas yang telah ditunjuk sebagai observer dan satu
mahasiswa Program Studi PGPAUD telah siap menilai anak yang bercerita dengan metode show and tell.
80 Anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang
diketahui terkait sepeda motor baik pada foto yang ditunjukkan atau sepeda motor yang dimiliki. Selain itu, anak juga menceritakan pengalamannya menaiki sepeda
motor. Setelah semua anak selesai bercerita tentang pengalamannya terkait sepeda motor, barulah mereka melaksanakan kegiatan ketiga yaitu menulis macam-
macam perlengkapan yang diperlukan saat mengendarai sepeda motor. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah. Sembilan anak
yang masuk sekolah, dua di antaranya sudah menunjukkan keberanian saat bercerita melalui metode show and tell, yaitu Rva dan Rvi. Hal tersebut
ditunjukkan ketika Rva dan Rvi berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu. Bahkan kedua anak ini menawarkan dirinya sendiri
untuk bercerita di depan teman-temannya. Sementara itu, pada pertemuan pertama Siklus I ini Lst sudah mampu mengungkapkan gagasannya secara lancar.
Contohnya ketika seorang anak mengatakan dengan lancar: “Selamat pagi teman-teman. Aku punya gambar motor. Aku ke Pantai
Parangtritis sama Ayah naik motor.” Lst 1, lampiran halaman 144 b
Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2017
dengan tema kendaraan subtema mobil. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak menceritakan
pengalaman naik mobil dengan metode show and tell, menghitung jumlah gambar mobil, dan mencocok gambar mobil. Pada pertemuan ini anak-anak yang telah
terbagi dalam tiga kelompok melakukan masing-masing kegiatan secara bergiliran. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bercerita tentang
81 pengalamannya naik mobil dengan metode show and tell, Kelompok Nanas
melakukan Kegiatan 2 yaitu menghitung jumlah gambar mobil, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu mencocok gambar mobil.
Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan kemudian mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba.
Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi
dua kelompok yang tengah melakukan dua kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan
menggunakan media foto mobil berwarna merah. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik mobil dan menceritakan foto mobil yang mereka
tunjukkan sedangkan anak-anak lain dalam satu kelompok mendengarkan. Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa
disuruh guru terlebih dahulu masih Rva dan Rvi. Rvi juga sudah mampu bercerita dengan lancar dan runtut. Contohnya saat seorang anak mengatakan:
“Hai teman-teman. Aku punya gambar mobil. Aku naik mobil ke pantai. Aku main masak-masakan, berenang, terus aku pulang
”. Rvi 2, lampiran halaman 146
Sementara itu, Vta dan Zhr sudah mampu berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat, serta lantang pada pertemuan kedua Siklus I ini.
c Pertemuan Ketiga
Pertemuan Ketiga Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema bus. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan
pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat bentuk geometri
82 dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, menggambar
bus, dan menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu membuat bentuk geometri dari
kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggambar bus, dan Kelompok Anggur melakukan
Kegiatan 3 yaitu menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell.
Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti
bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua
kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan
media foto bus berwarna biru kombinasi putih. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik bus dan menceritakan foto bus yang mereka tunjukkan.
Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh meningkat menjadi tiga anak yaitu Rva, Rvi, dan Lst. Rva dan Rvi juga
sudah mampu berbicara dengan banyak variasi kata sesuai gagasan yang mereka sampaikan. Misalnya, saat salah satu anak mengatakan:
“Halo teman-teman. Aku punya bis. Aku naik bis ke candi, ke pantai, ke kolam renang. Aku numpak bis karo mbahku. Aku difoto karo tukang foto.
Aku beli baju. Baju dua baru”. Zhr 3, lampiran halaman 149 Sementara itu, Rvi dan Zhr sudah berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat,
serta lantang pada pertemuan ini.
83 d
Pertemuan Keempat Pertemuan Keempat Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 20 Februari
2017 dengan tema kendaraan subtema kereta api. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat
kereta api dari balok, mewarnai gambar kereta api, dan bercerita tentang kereta api dengan metode show and tell. Kegiatan 1 yaitu membuat kereta api dari balok
yang dilakukan secara berkompetisi antarkelompok. Setelah kompetisi selesai, barulah Kelompok Apel dan Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai
gambar kereta api. Sementara itu, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 3 yaitu bercerita tentang kereta api dengan metode show and tell, dan seterusnya berigilir
antarkelompok. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer
menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan mewarnai gambar
kereta api. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kereta api di atas rel. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka
melihat kereta dan menceritakan foto kereta yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini anak yang melakukan show and tell setelah disuruh guru
hanya tinggal satu anak yaitu Ypi. Kesembilan anak lainnya sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu. Rva dan
Rvi masih tetap bercerita dengan menggunakan banyak variasi kata untuk mengungkapkan gagasan mereka.
84 Hal tersebut ditunjukkan saat seorang anak mengatakan:
“Selamat pagi anak-anak. Ini ada gambar kereta api. Aku pernah melihat di Klaten. Terus aku pernah duduk di kereta. Dan aku lari-lari. Aku bersama
Rvi, Ayah, Ibu. Setelah itu aku di Klaten. Aku naik kereta ngantuk. Lalu ban keretanya bocor. Dan aku membantu. Aku naik kereta api. Aku pergi
agak jauh banget untuk beli hadiah
”. Rva 4, lampiran halaman 152 Sementara itu, anak yang berbicara dengan pengucapan jelas, tepat, dan lantang
meningkat menjadi empat anak yaitu Rva, Rvi, Lst, dan Adn. e
Pertemuan Kelima Pertemuan Kelima Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Februari 2017
dengan tema kendaraan subtema kapal laut. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain melipat
kertas menjadi kapal laut, bercerita tentang kapal laut dengan metode show and tell, dan menulis hal-hal yang berkaitan dengan kapal laut. Kelompok Nanas
melakukan Kegiatan 1 yaitu melipat kertas menjadi kapal laut, Kelompok Apel melakukan Kegiatan 2 yaitu bercerita tentang kapal laut dengan metode show and
tell, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menulis hal-hal yang berkaitan dengan kapal laut.
Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti
bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua
kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan
media foto kapal laut yang berada di tengah lautan. Kemudian anak bercerita
85 tentang pengalaman mereka melihat kapal laut dan menceritakan foto kapal laut
yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak sudah berani melakukan show and tell
sendiri tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu. Anak yang berbicara dengan banyak variasi kata dalam mengungkapkan gagasannya meningkat menjadi 3 anak
yaitu Rva, Rvi, dan Adn. Adn sudah menggunakan banyak variasi kata ditunjukkan dari pernyataannya:
“Hai teman-teman. Ini gambar kapal. Ini ada kapalnya, tempat duduknya dan ada pintunya ada kursinya. Mesinnya namanya diesel. Dan kapalnya
berjalan di atas air. Ada pintunya. Dan ada kamar mandinya. Ada
orangnya”. Adn 5, lampiran halaman 154 Sementara itu, anak yang mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang saat
berbicara meningkat menjadi lima anak yaitu Lst, Rva, Rvi, Adn, dan Zhr. f
Pertemuan Keenam Pertemuan Keenam Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2017
dengan tema kendaraan subtema pesawat. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain menggambar
pesawat, memberi angka pada huruf- huruf pembentuk kata “pesawat”, dan
bercerita tentang pesawat dengan metode show and tell. Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 1 yaitu menggambar pesawat, Kelompok Apel melakukan
Kegiatan 2 yaitu memberi angka pada huruf-huruf pembe ntuk kata “pesawat”, dan
Kelompok Apel melakukan Kegiatan 3 yaitu bercerita tentang pesawat dengan metode show and tell.
Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti
86 bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang
melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan
metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto pesawat yang sedang berada di bandara. Kemudian anak bercerita
tentang pengalaman mereka melihat pesawat dan menceritakan foto pesawat yang mereka tunjukkan.
Pada pertemuan ini semua anak sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru. Rva, Rvi, dan Adn sudah mampu bercerita
dengan lancar serta isi cerita yang diungkapkan runtut. Contohnya saat anak berbicara:
“Aku punya gambar pesawat. Pesawatnya warnanya ada putih merah. Terus ada rodanya, ada bahan bakarnya, terus ada tempat duduknya. Terus ada
sayapnya. Pesawatnya ada di bandara. Pesawatnya banyak sekali. Di sana ada yang mau terbang, ada yang mau turun. Terus ada orangnya pilot. Terus
banyak penumpangnya”. Adn 6, lampiran halaman 157 Sementara itu, terdapat lima anak yang sudah menunjukkan banyak variasi kata
yang sesuai dengan makna yang mereka sampaikan. Lalu pada pertemuan ini Rvi sudah mampu mengungkapkan gagasannya melalui kalimat dengan pola yang
lengkap. Kegiatan akhir diisi dengan lagu dan tepuk yang dilakukan secara klasikal.
Setelah itu anak bersama guru melakukan kegiatan evaluasi. Guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada
hari tersebut. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan doa sebelum pulang serta ditutup dengan salam.
87 Proses pembelajaran Siklus I dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dan
berjalan sesuai rencana peneliti dan guru. Awalnya anak-anak penasaran dengan gambar-gambar yang telah dipersiapkan, ada yang berdiskusi dengan teman
sekelompok, ada yang langsung bertanya pada guru, dan ada yang sekedar mengamati tanpa bereaksi apapun. Setelah diberi penjelasan oleh guru mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak cukup bersemangat untuk melakukan show and tell.
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan, pada pertemuan pertama anak masih terlihat bingung dan canggung untuk melakukan show and
tell. Namun seiring berjalannya waktu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya anak sudah paham dengan kegiatan yang dilakukan sehingga semakin
meningkatkan semangat anak untuk melakukan show and tell. Agar anak lebih termotivasi, guru dan anak-anak yang lain memberikan
reward sebagai bentuk penguatan kepada anak yang selesai show and tell. Reward pada Siklus I berupa pujian, jempol, dan tepuk tangan. Penguatan berupa reward
semakin meningkatkan keinginan anak dalam berbicara karena mendapatkan sebuah pengakuan dari orang sekitarnya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH. Pada
akhir pembelajaran diadakan
evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak setelah melaksanakan kegiatan show and tell.
88 Hasil observasi pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 6 di berikut ini:
Tabel 6. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I No
Nama Anak
Rata-rata pencapaian aspek keterampilan berbicara anak dari tiga sumber pada setaip
pertemuan Rata-
rata Persentase
Kriteria I
II III
IV V
VI 1.
Lst 16,67 16,33 18,33
19 19,67 21,33 18,55
77,30 Baik
2. Ypi
12,67 13,33 -
14 18
19 15,40
64,17 Cukup
3. Bgs
6 8
13 15
16,33 18,67 12,83 53,45
Cukup 4.
Adn -
14,67 14,67 19,67 21,67 21,33 18,40 76,67
Baik 5.
Rva 16,33
19 19
21,33 22
21,33 19,83 82,63
Baik 6.
Rvi 16,67 19,67 18,67
20 22
22,67 19,95 83,13
Baik 7.
Yni 12
13 -
15 17
18,33 15,01 62,54
Cukup 8.
Ain 12
14,67 15,67 16,33 18,67 21
16,39 68,29
Cukup 9.
Vta 15
15,67 14,67 15
17,67 18,67 16,11 67,13
Cukup 10. Zhr
- 16
18,33 15,67 19,33 20,33 17,93 74,71
Cukup
Berdasarkan Tabel 6 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik sebanyak empat anak. Hal tersebut ditunjukkan dari
persentase rata-rata hasil penilaian keempat anak dalam enam pertemuan pada Siklus I antara lain 77,30, 76,67, 82,63, dan 83,13. Rata-rata persentase
dari keempat anak tersebut adalah 79,93. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara keempat anak tersebut masuk antara kisaran persentase 76-100
sehingga masuk pada kriteria baik. Sementara itu, anak dengan kriteria cukup sebanyak enam anak. Hal
tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian keenam anak dalam enam pertemuan pada Siklus I antara lain 64,17, 53,45, 62,54, 68,29,
67,13, dan 74,71. Rata-rata persentase dari keempat anak tersebut adalah 65,04. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara keenam anak tersebut
masuk antara kisaran persentase 51-75 sehingga masuk pada kriteria cukup.
89 Persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I
No Kriteria
Jumlah Anak Persentase
1. Baik
4 40
2. Cukup
6 60
3. Kurang
4. Tidak Baik
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak pada Siklus I yang memiliki kriteria baik sebanyak empat anak dengan persentase 40.
Sementara itu, yang memiliki kriteria cukup sebanyak enam anak dengan persentase 60. Pada pelaksanaan Siklus I sudah tidak ada keterampilan berbicara
anak yang masuk dalam kriteria kurang dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0.
Sebagian anak sudah menunjukkan keberaniannya, hal ini ditunjukkan saat beberapa anak mengajukan dirinya untuk melakukan show and tell, bahkan anak
berebut untuk lebih dulu melakukan show and tell. Namun ada juga anak masih diminta oleh guru terlebih dahulu baru mau melakukan show and tell. Pada
Pertemuan Pertama dan Kedua hanya dua anak saja yang mau melakukan show and tell tanpa disuruh. Pada Pertemuan Ketiga ada tiga anak yang melakukan
show and tell tanpa disuruh. Baru pada Pertemuan Keempat ada sembilan anak yang mau melakukan show and tell tanpa disuruh. Setelah itu pada Pertemuan
Kelima dan Pertemuan Keenam seluruh anak sudah berani bercerita dengan metode show and tell tanpa disuruh oleh guru.
90 Kelancaran berbicara anak masih rendah pada awal pertemuan Siklus I. Hal
ini ditunjukkan ketika anak-anak masih terbata-bata dan memerlukan waktu berpikir untuk mengungkapkan gagasannya. Namun pada akhir Siklus I beberapa
anak sudah lancar dalam menyampaikan gagasannya. Bahkan ada tiga anak sudah runtut dalam berbicara yaitu Rva, Rvi, dan Adn. Hal itu ditunjukkan salah satunya
dengan salah satu ungkapan anak berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar pesawat. Aku naik pesawat bersama
Mbak Rva. Di dalam pesawat ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat. Aku pernah lihat di Klaten. Pesawatnya besar. Warnanya putih dan merah.
Aku bersama Ayahku naik pesawat ke atas awan naik turun”. Adn 6, lampiran halaman 157
Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara
masih rendah pada awal Siklus I. Sebagian besar anak masih berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang datar dan belum sesuai dengan topik yang
dibicarakan. Pada akhir Siklus I mulai meningkat dengan sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan walaupun
tubuhnya belum bergerak. Bahkan beberapa anak sudah mampu menunjukkan ekspresi dan gerak tubuh sesuai topik yang dibicarakan.
Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus I sudah baik. Sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat dan jelas meskipun masih
dengan suara yang lirih. Pada akhir siklus juga sudah ada lima anak yang dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang.
Pengembangan kosakata pada awal Siklus I masih rendah. Semua anak masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat
mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka sampaikan. Kemudian pertengahan
91 Siklus I sebagian anak sudah mampu menyampaikan kata-kata yang ingin
disampaikannya sendiri. Bahkan pada akhir Siklus I beberapa anak mampu menggunakan banyak variasi kata sesuai dengan gagasan yang ingin mereka
sampaikan. Hal tersebut ditunjukkan dari cerita yang diungkapkan anak berikut: “Aku pernah lihat kereta di Klaten. Aku naik kereta bersama Ayah, Ibu,
sama Mbak Rva. Ini kereta api. Aku pulang. Aku menceritakan lagi naik kereta api di rumah Farel. Aku s
udah pulang ke rumahku sendiri”. Rvi 4, lampiran halaman 151
Pembentukan kalimat pada Pertemuan Kesatu Siklus I menunjukkan
beberapa anak masih menyampaikan gagasannya dengan dua kata setiap berbicara yang berisi subjek dan predikat, subjek dan objek, ataupun subjek dan keterangan.
Misalnya anak hanya mengatakan: “Motor Mondy” atau “Aku jalan-jalan”. Ypi 1, lampiran halaman 144 Vta
2, lampiran halaman 144 Pada pertemuan Kedua Siklus I terdapat tiga anak yang sudah mengungkapkan
kalimat dengan pola urutan kata yang terdiri dari subjek dilangkapi predikat dan objek atau subjek dilengkapi predikat dan keterangan. Contohnya pada saat anak
mengatakan: “Aku di Jakarta membeli mainan”. Lst 2, lampiran halaman 143
Kemudian pada Pertemuan Ketiga Siklus I, anak yang memiliki kemampuan pembentukan kalimat yang serupa meningkat menjadi empat anak. Sementara itu,
pada Pertemuan Keempat Siklus I terdapat satu anak yang sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap. Kemudian pada
Pertemuan Keenam anak yang sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan
92 pola urutan kata lengkap meningkat menjadi dua anak. Misalnya saat anak
mengungkapkan: “Aku naik pesawat sama Kakak, Ayah, dan Ibu ke Parangtritis”. Yni 6,
lampiran halaman 157
3 Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti dengan guru pada akhir Siklus I, secara umum keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII
Purwosari belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria baik belum mencapai
70 dari jumlah seluruh siswa yang berusia 5-6 tahun sehingga perlu dilaksanakan tindakan pada Siklus II.
Permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut.
a Media gambar yang digunakan pada Siklus I hanya terdiri dari satu objek saja,
sehingga anak hanya berbicara dengan singkat karena gambar dengan satu objek kurang membantu dalam menggali ingatan anak terkait gambar yang diceritakan.
Selain itu, penggunaan media gambar pada Siklus I yang hanya terdiri dari satu objek membuat anak terbatas dalam menyatakan pendapat, mengungkapkan perasaan,
keinginan, dan pengalaman karena anak harus mengingat-ingat pengalamannya lebih lama untuk diceritakan kepada teman-temannya.
b Pelaksanaan show and tell yang dilakukan satu kelompok serempak di luar ruang
kelas menyebabkan beberapa anak tidak mau mendengarkan anak lain yang sedang bercerita. Bahkan beberapa anak malah bermain dengan permainan
93 outdoor dan anak yang bercerita menjadi kurang fokus. Sedangkan guru dan
peneliti harus fokus kepada anak yang sedang melakukan show and tell dan anak lain yang tidak mau mendengarkan kurang dapat terkondisikan.
Proses pembelajaran pada Siklus I masih memiliki beberapa kekurangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada Siklus II untuk mencapai hasil yang
optimal. Diperlukan beberapa langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilakukan pada Siklus II. Berikut langkah-langkah perbaikan yang akan
dilaksanakan pada Siklus II:
a Pelaksanaan metode show and tell akan menggunakan media gambar yang di
dalamnya terdiri dari beberapa objek gambar bukan hanya satu objek saja. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah anak dalam mengungkapkan gagasan
terkait gambar yang ditunjukkannya. Semakin banyak objek yang terdapat dalam gambar maka semakin banyak kata yang akan diungkapkan anak untuk
menceritakan objek pada gambar tersebut. b
Pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Kemudian
anak yang belum mendapat jatah melakukan show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell.
b. Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari belum
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu disebabkan karena beberapa permasalahan yang muncul saat pelaksanaan
tindakan Siklus I. Permasalahan tersebut antara lain media gambar dengan satu
94 objek yang digunakan saat show and tell menyebabkan anak berbicara dengan
singkat dan pelaksanaan metode show and tell dengan banyak anak menyebabkan anak kurang fokus.
Refleksi terhadap hasil observasi tindakan pada Siklus I, guru dan peneliti berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait
keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Solusi atas permasalahan yang muncul pada Siklus I antara lain menggunakan gambar
dengan isi beberapa objek bukan hanya satu objek saja dan pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang terdiri dari dua hingga tiga
anak setiap kloternya. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan
pada Siklus II. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu
pada tanggal 28 Februari 2017, 2 Maret 2017, 4 Maret 2017, 6 Maret 2017, 9 Maret 2017, dan 11 Maret 2017 dengan tema rekreasi. Setiap pertemuan anak
akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus II menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema rekreasi yaitu pasar, pasar malam,
pantai, kolam renang, candi, dan kebun binatang. Setiap anak akan melakukan show and tell secara bergilir.
1 Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
95 a
Menyiapkan RPPH Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyampaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus II.
b Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui
metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell foto pasar, pasar malam,
pantai, kolam renang, candi, kebun binatang. c
Menata lingkungan belajar yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan
masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak
lebih fokus. d
Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung.
2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Penelitian tindakan Siklus II peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and
tell. Tugas guru yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH yang disusun bersama
peneliti. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus II. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan
melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan
96 dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan
apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai tempat rekreasi yang menjadi tema hari itu. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada
tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a
Pertemuan Pertama Pertemuan Pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari 2017 dengan
tema rekreasi subtema pasar. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bermain peran menjadi pedagang dan
pembeli, mewarnai gambar pasar, dan bercerita tentang pasar dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bermain peran
menjadi pedagang dan pembeli yang dipandu oleh satu guru, sedangkan Kelompok Nanas dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai
gambar pasar. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 1 dan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan
show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas.
Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang
bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto pasar yang
menunjukkan aktivitas jual beli antara pedagang dan pembeli. Kemudian anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang mereka tahu
tentang pasar serta pengalamannya saat pergi ke pasar.
97 Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa
disuruh guru. Kemudian lima anak sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut sementara lima anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita
anak belum runtut. Misalnya ketika seorang anak mengatakan: “Aku makan sayur kubis. Aku sudah tumbuh besar. Dan aku sudah masuk
ke SD. Aku mau ke pasar membeli mainan bersama Ibuku dan Ayahku. Itulah ceritanya”. Rvi 7, lampiran halaman 160
Lalu dua anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh
yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, ada empat anak yang berbicara
dengan banyak variasi kata serta dengan pola urutan kata yang lengkap. Misalnya saat seorang anak mengatakan:
“Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar. Aku ke pasar. Aku beli mainan. Aku dibeliin mainan sama Mama. Aku di pasar lihat sayuran,
mainan, pedagang, pembeli. Pasarnya bagus, aku pernah lihat di pasar Karangtengah. Pasarnya rame. Aku beli ikan. Aku masak di rumah. Ada
yang jualan kangkung, cabai, tomat, wortel, kubis, brokoli, loncang, kubis”. Zhr 7, lampiran halaman 161
b Pertemuan Kedua
Pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema pasar malam. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari
tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bercerita tentang pasar malam dengan metode show and tell, menggunting gambar wahana-wahana yang ada di
pasar malam, dan menjodohkan angka pada jumlah huruf pada wahana di pasar malam. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggunting gambar
wahana-wahana yang ada di pasar malam, sedangkan Kelompok Apel dan
98 Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menjodohkan angka pada jumlah
huruf pada wahana di pasar malam. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 dan 3, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga
anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas.
Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang
bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto wahana-wahana yang
ada di pasar malam dan deretan barang yang dijual di pasar malam. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka ketika pergi ke pasar malam dan
menceritakan foto pasar malam yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa
disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi tujuh anak sementara tiga anak lainnya sudah berbicara
dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah berbicara lancar dan runtut misalnya saat seorang anak mengatakan:
“Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malem terus naik odong-odong, aku beli baju, beli balon, dan beli sepatu. Terus
mainan. Terus aku sama Mama dan Ayah. Dan ada balon terus dan ada jajanan. Aku beli jeruk. Dan terus pulang dan terus mainan. Mainan balon”.
Lst 8, lampiran halaman 163
Contoh ungkapan anak yang bercerita dengan isi belum runtut adalah sebagai berikut:
“Hai teman-teman. Aku pernah ke pasar malem. Di sini ada yang aku kirimkan, ada aku Rvi mama dan papa sekeluarga. Aku beli baju. Baju baru
99 ini akan aku kugunakan. Aku lebih menyukai baju-baju ini. Di sana rame
ada yang main ikan, odong- odong, dan begitulah ceritanya”. Rva 8,
lampiran halaman 164 Lalu lima anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan
suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan
yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata meningkat menjadi tujuh anak serta anak yang berbicara dengan pola
urutan kata yang lengkap menjadi lima anak. Hal tersebut ditunjukkan saat anak mengatakan:
“Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malam beli tas, balon, baju, celana sepatu, terus mainan. Aku sampe ke rumah. Aku
udah mulai mainan. Terus aku mainan sama kakakku, aku di rumah mainan sama kakak dan adik. Di pasar malam aku naik odong-odong, naik kereta
api, naik mobil. Terus aku mainan ke kolam renang”. Zhr 8, lampiran halaman 165
c Pertemuan Ketiga
Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema pantai. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari
tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bercerita tentang pantai dengan metode show and tell, mewarnai gambar pantai, dan membuat kolase pantai
dengan kertas warna. Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar pantai, sedangkan Kelompok Nanas dan Kelompok Apel melakukan
Kegiatan 3 yaitu membuat kolase pantai dengan kertas warna. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 dan 3, guru utama memanggil beberapa anak
antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell.
100 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas.
Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang
bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media dua foto
pantai. Foto pertama memperlihatkan suasana pantai dengan banyak pengunjung dilengkapi gambar payung yang berjejer-jejer. Kemudian foto kedua
memperlihatkan gambar pantai pasir putih dengan dua kapal yang berada di tepi pantai. Selanjutnya, anak bercerita tentang pengalaman mereka berlibur ke pantai
dan menceritakan foto pantai yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah sedangkan
sembilan anak yang masuk sekolah telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan
runtut meningkat menjadi delapan anak sementara satu anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah
berbicara dengan runtut dapat ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: “Hai teman-teman aku punya gambar pantai. Apa ya kira-kira yang ada di
gambar pantai ini. Aku pernah ke Pantai Ngobaran. Aku bersama Rvi. Aku dan Ayahku berenang di laut ini. Aku melihat kapal di pantai. Aku beli
makanan disana. Dan aku ganti baju kalau udah basah bajunya. Terus aku beli makanan sama Bapak Ibu. Aku juga pernah ke Pantai Depok. Aku
berenang bersama teman-
temanku”. Rva 9, lampiran halaman 168
Anak berbicara dengan isi cerita belum runtut ditunjukkan ketika seorang anak mengungkapkan:
“Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku berenang sama Ayah. Ndelok mercon tahun baru sama Kakak. Aku renang, main pasir, sama
101 Mbak Wulan sama Mbak Jela. Aku lari-lari. Aku main bola sama Bapak.
Aku lihat kapal, ada payung, ada pasir, ada pohon”. Yni 9, lampiran halaman 167
Lalu enam anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh
yang sesuai pula. Terdapat enam anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak
variasi kata meningkat menjadi sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi tujuh anak. Hal tersebut dapat ditunjukkan
ketika seorang anak mengatakan: “Halo teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku naik perahu layar. Aku
cari ikan di pantai. Terus aku dapat ikan besar. Terus aku makan di rumah, terus aku goreng ikannya, terus aku makan sama temen-temenku. Terus
Mama minta dan aku kasih. Terus di pantai aku main pasir. Sekarang aku udah ke payung. Di payung mainan masak-
masakkan. Terus udah”. Zhr 9, lampiran halaman 168
d Pertemuan Keempat
Pertemuan Keempat dilaksanakan pada hari Senin, 6 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema kolam renang. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan
pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain melakukan pantomim gerakan renang, menjodohkan benda-benda yang ada di kolam renang, dan
bercerita tentang kolam renang dengan metode show and tell. Kelompok Apel, Nanas, dan Anggur melakukan Kegiatan 1 secara bersama-sama yaitu melakukan
pantomim gerakan renang, kemudian ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 yaitu menjodohkan benda-benda yang ada di kolam renang. Sementara ketiga
kelompok melakukan Kegiatan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell.
102 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas.
Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang
bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kolam
renang. Foto kolam renang yang digunakan anak saat melakukan show and tell menggambarkan situasi kolam renang dengan banyak pengunjung yang sedang
berenang. Selain itu, pada foto tersebut terdapat banyak wahana permainan yang ada di kolam renang pada umumnya. Kemudian anak bercerita tentang
pengalaman mereka saat berlibur ke kolam renang dan menceritakan foto kolam renang yang mereka tunjukkan.
Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan
runtut meningkat menjadi sembilan anak sementara satu anak sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah runtut dalam
mengungkapkan ceritanya adalah sebagai berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah
disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang
terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku
berenang lagi”. Rvi 10, lampiran halaman 170 Contoh ungkapan anak yang belum runtut saat menyampaikan ceritanya, sebagai
berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada
prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke
103 Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. Aku basah”. Ain 10, lampiran
halaman 170
Lalu sembilan anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak
tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara
dengan banyak variasi kata sebanyak sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi sembilan anak. Hal tersebut
ditunjukkan ketika anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku pernah liburan ke
kolam renang. Aku lihat prosotan, kacamata renang, pelampung, dan ember buat mandi. Dan disana orangnya banyak berenang. Terus aku merosot. Aku
pernah melihat tapi gak berenang. Aku pernah makan di sana tapi gak berenang. Besok-besoknya kesana lagi dan berenang sama Mas Isal dan
Mbak Elin”. Adn 10, lampiran halaman 171 e
Pertemuan Kelima Pertemuan Kelima dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Maret 2017 dengan
tema rekreasi subtema candi. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat miniatur candi dengan
balok, membuat kolase gambar candi, dan bercerita tentang candi. Kelompok Nanas, Anggur, dan Apel melakukan Kegiatan 1 secara bersama-sama yaitu
membuat miniatur candi dengan balok, kemudian dilanjutkan dengan Kegiatan 2 yaitu membuat kolase gambar candi. Sementara ketiga kelompok melakukan
Kegiatan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell.
104 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas.
Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang
bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto Candi Prambanan.
Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke candi dan menceritakan foto candi yang mereka tunjukkan.
Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah sedangkan sembilan anak yang masuk sekolah telah berani melakukan show and tell tanpa
disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi sembilan. Hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak
mengatakan: “Hai teman-teman aku punya gambar candi. Namanya Candi Prambanan.
Candinya berbuat batu. Terus patungnya terbuat dari batu. Patungnya juga terbuat dari batu. Patungnya ada di dalam candi. Aku pernah liburan ke
sana. Terus aku foto-foto sama Mbak Evy. Terus di sana aku beli oleh-oleh. Terus aku pulang makan. Aku minum aqua. Aku foto-foto di sana. Aku
sama Mbak Evy yang lain sama Ibunya”. Adn 11, lampiran halaman 175 Lalu delapan anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka
dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat sembilan anak yang sudah berbicara dengan
pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak delapan anak serta anak yang berbicara
dengan pola urutan kata yang lengkap sebanyak tujuh anak. Hal tersebut ditunjukkan saat seorang anak mengatakan:
105 “Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku udah pernah ke candi.
Aku lihat pemandangan, lihat candi, lihat patung. Aku di dalam melihat patung-patung. Terus aku di sana naik sepeda motor, renang. Aku ke sana
sama Mama, Papa, aku, Kakak. Di candi aku melihat rumput, terus aku naik
sepeda motor. Aku pulang ke rumah”. Zhr 11, lampiran halaman 175 f
Pertemuan Keenam Pertemuan Keenam dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 dengan
tema rekreasi subtema kebun binatang. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain menghitung gambar
binatang, bermain maze kebun binatang, dan bercerita tentang kebun binatang dengan metode show and tell. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 1 yaitu
menghitung gambar binatang, sedangkan Kelompok Apel dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu bermain maze kebun binatang. Sementara ketiga
kelompok melakukan Kegiatan 1 dan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell.
Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih
fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan
show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto hewan-hewan yang berada di kebun binatang. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka
saat berlibur ke kebun binatang dan menceritakan foto hewan di kebun binatang yang mereka tunjukkan.
Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian semua anak juga sudah mampu berbicara dengan lancar
106 dan runtut, serta menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik
yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan:
“Halo teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ada gajah, unta, singa, dan gorilla. Singanya makan daging. Terus ada orang. Dan ada
rumput. Terus rumputnya dimakan unta. Dan terus gajahnya mandi. Terus di rumah singa ada pohon dan ada pager. Unta ada pagernya biar gak lepas.
Terus ada orang-orang pada mainan. Terus aku naik ayunan. Aku sama Mamak. Terus ada kamar mandi. Ada ular juga, ada singa, ada jerapah, ada
kuda, ada penguin”. Lst 12, lampiran halaman 177 Terdapat sembilan anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang
tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan
kata yang lengkap menjadi sepuluh anak. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan:
“Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan
hewan. Hewannya ada ular, ikan, gorilla, gajah, singa, dan lain-lainnya, ini singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus
jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum.
Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai
belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua”. Adn 12, lampiran halaman 179
Kegiatan akhir diisi dengan lagu dan tepuk yang dilakukan secara klasikal.
Setelah itu anak bersama guru melakukan kegiatan evaluasi. Mereka melakukan tanya jawab mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari
tersebut. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan doa sebelum pulang serta ditutup dengan salam.
107 Proses pembelajaran Siklus II dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dan
berjalan sesuai rencana peneliti dan guru. Guru menjelaskan kepada anak-anak mekanisme pelaksanaan show and tell pada Siklus II. Setelah diberi penjelasan
oleh guru mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak sangat bersemangat untuk melakukan show and tell. Hal itu ditunjukkan ketika banyak
anak yang meminta mendapat giliran awal untuk melakukan show and tell. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan, pada pertemuan
pertama hingga akhir Siklus II anak sudah tidak terlihat bingung dan canggung untuk melakukan show and tell. Bahkan anak sudah terbiasa dengan metode show
and tell dan anak terlihat percaya diri ketika bercerita dengan metode show and tell. Pada Siklus II guru tetap memberikan motivasi terhadap anak saat melakukan
show and tell. Guru dan anak-anak yang lain memberikan reward sebagai bentuk penguatan kepada anak yang selesai show and tell. Reward pada Siklus II berupa
pujian, jempol, dan tepuk tangan. Penguatan berupa reward semakin meningkatkan keinginan anak dalam berbicara karena mendapatkan sebuah
pengakuan dari orang di sekitarnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah
dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH. Pada akhir pembelajaran
diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan
keterampilan berbicara anak setelah melaksanakan kegiatan show and tell.
108 Hasil observasi pada Siklus II dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II No
Nama Anak
Rata-rata pencapaian aspek keterampilan berbicara anak dari tiga sumber pada setaip
pertemuan Rata-
rata Persentase
Kriteria I
II III
IV V
VI 1.
Lst 21
23,33 24
24 24
24 23,38
97,42 Baik
2. Ypi
20,6 22
22,67 22,67 24
24 22,66
94,42 Baik
3. Bgs
21,33 21,67 22
21 22
24 22
91,67 Baik
4. Adn
23 23
- 24
24 24
23,6 98,33
Baik 5.
Rva 23
23 24
24 24
24 23,67
98,63 Baik
6. Rvi
23,67 23,67 24
24 24
24 23,89
99,54 Baik
7. Yni
19 20
21 23
- 23
21,2 88,33
Baik 8.
Ain 19
20 22,67 22,67
23 23
21,72 90,5
Baik 9.
Vta 19,67 21,33
22 23,67 22,67 23,67 22,17
92,38 Baik
10. Zhr 24
24 24
24 24
24 24
100 Baik
Berdasarkan Tabel 8 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik sebanyak 10 anak. Hal tersebut ditunjukkan dari
persentase rata-rata hasil penilaian kesepuluh anak dalam enam pertemuan pada Siklus II antara lain 97,42, 94,42, 91,67, 98,33, 98,63, 99,54, 88,33,
90,5, 92,38, dan 100. Rata-rata dari hasil persentase tersebut adalah 92,12. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara kesepuluh anak tersebut masuk
antara kisaran persentase 76-100 sehingga semua anak yang diteliti sudah masuk pada kriteria baik.
Persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II No
Kriteria Jumlah Anak
Persentase 1.
Baik 10
100 2.
Cukup 3.
Kurang 4.
Tidak Baik
109 Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak pada
Siklus II yang memiliki kriteria baik sebanyak 10 anak dengan persentase 100. Sementara itu pada pelaksanaan Siklus II sudah tidak ada keterampilan berbicara
anak yang masuk dalam kriteria cukup, kurang, dan tidak baik sehingga persentase untuk kriteria-kriteria tersebut sebesar 0.
Pada Siklus II semua anak sudah menunjukkan keberaniannya. Anak-anak mulai berebut untuk melakukan show and tell lebih dulu. Pada Siklus II sudah
tidak ada anak yang harus diminta guru terlebih dulu untuk melakukan show and tell.
Kelancaran berbicara anak sudah meningkat pada Siklus II. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak mengungkapkan gagasannya dengan lancar dan
runtut. Meskipun ada beberapa anak yang sudah lancar berbicara namun belum runtut. Anak yang sudah runtut dalam mengungkapkan ceritanya misalnya sebagai
berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah
disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang
terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku berenang lagi”. Rvi 10, lampiran halaman 170
Anak yang belum runtut dalam menyampaikan ceritanya misalnya sebagai berikut:
“Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini
ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke
Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. Aku basah”. Ain 10, lampiran halaman 170
110 Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara
sudah meningkat pada Siklus II. Sebagian besar anak sudah berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang sesuai dengan topik yang dibicarakan.
Bahkan pada akhir Siklus II sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan disertai gerak tubuh yang mendukung
cerita. Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus II sudah baik. Sebagian besar
anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat, jelas, dan lantang. Hanya ada satu anak yang memang mempunyai karakter suara yang lembut sehingga dalam
mengucapkan kata masih tetap terdengar lirih. Pengembangan kosakata pada awal Siklus II sudah meningkat. Bahkan
sebagian besar anak sudah menggunakan variasi kata dalam berbicara. Hingga pada akhir Siklus II, sebagian besar anak sudah menggunakan banyak variasi kata
dalam berbicara. Tidak ada lagi anak yang masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka
sampaikan. Misalnya ketika anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada
unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan hewan. Hewannya ada ular, ikan, gorilla, gajah, singa, dan lain-lainnya, ini
singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini
ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum. Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi
makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai
belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua”. Adn 12, lampiran halaman 179
Pembentukan kalimat pada awal Siklus II sudah meningkat. Sebagian besar
anak sudah mampu berbicara dengan kalimat yang terdiri dari subjek dilengkapi
111 predikat dan keterangan ataupun subjek dilengkapi predikat dan objek. Bahkan
pada akhir Siklus II sebagian besar anak sudah mampu bercerita dengan pola kalimat yang utuh yaitu kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Hal tersebut dapat ditunjukan ketika anak sudah mampu mengatakan: “Hai teman-teman aku punya gambar kebun binatang. Aku pernah lihat
unta. Di sana aku melihat singa, unta, dan gajah. Semua aku lhat. Aku lihat sama Mbak Ika, dan sama Ibu dan Ayah, dan bersama Mas Adi. Aku di sana
melihat singa. Aku pernah di kebun binatang. Aku bersama Mbak Ika memberi makan gorilla. Aku melihat gajah bersama melihat unta dan singa.
Aku melihat semuanya. Aku pernah di kebun binatang bersama Mbak Dita. Terus aku pulang. Terus beli buku. Terus ke kebun binatang melihat ikan
buaya. Aku pernah melihat kancil di sana. Aku melihat singa memakan hewan-
hewan”. Rvi 12, lampiran halaman 177
3 Refleksi
Kegiatan refleksi pada Siklus II lebih mengarah pada evaluasi proses dan hasil pelaksanaan setiap tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan pada Siklus II
berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode show and tell untuk meningkatkan
keterampilan berbicara anak telah menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini:
Tabel 10. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No Kriteria Sebelum Tindakan
Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1.
Baik 2
20 4
40 10
100 2.
Cukup 7
70 6
60 3.
Kurang 4.
Tidak Baik
1 10
112 Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan berbicara
anak sebelum tindakan yang masuk dalam kriteria baik sebanyak 2 anak sehingga persentasenya adalah 20. Keterampilan berbicara anak yang masuk dalam
kriteria cukup sebanyak 7 anak sehingga persentasenya sebesar 70. Kemudian tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria kurang sehingga
persentasenya sebesar 0. Sementara itu, keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria tidak baik sebanyak 1 anak sehingga persentasenya sebesar
10. Pada Siklus I keterampilan berbicara anak yang berada pada kriteria baik
sebanyak 4 anak dengan persentase 40, kriteria cukup sebanyak 6 anak dengan persentase 60. Sementara itu, tidak ada lagi keterampilan berbicara anak yang
masuk pada kriteria kurang dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0. Pada Siklus II keterampilan berbicara seluruh anak sudah berada pada
kriteria baik sehingga persentasenya sebesar 100. Sementara itu, sudah tidak ada lagi keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria cukup, kurang, dan
tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0. Data pada tabel rekapitulasi keterampilan berbicara anak sebelum tindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat
dijelaskan melalui Gambar 4 di bawah ini:
113 Gambar 4. Grafik Persentase Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat terlihat jelas peningkatan keterampilan
berbicara anak yang masuk pada kriteria baik sebelum tindakan sebesar 20, Siklus I sebesar 40, dan Siklus II sebesar 100. Keberhasilan dapat dilihat dari
adanya peningkatan hasil pada setiap siklus serta pencapaian indikator keberhasilan pada Siklus II yang telah melebihi indikator keberhasilan sebesar
70. Hasil yang ditunjukkan pada Siklus II juga lebih bagus dibandingkan dengan Siklus I karena persentase peningkatan pada Siklus II lebih besar daripada
peningkatan persentase pada Siklus I. Pembelajaran pada Siklus II telah dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
mencapai indikator keberhasilan. Perbaikan-perbaikan itu antara lain pelaksanaan metode show and tell pada Siklus II menggunakan media gambar yang terdiri dari
beberapa objek gambar bukan hanya satu objek saja. Gambar yang terdiri dari beberapa objek akan membantu anak untuk lebih mudah mengungkapkan
gagasannya terkait gambar yang ia tunjukan. Hal tersebut karena banyak objek 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
Sebelum Tindakan
Siklus I Siklus II
20 40
100
70 60
10 Baik
Cukup Kurang
Tidak Baik
114 yang anak lihat pada gambar akan menyebabkan anak menceritakan satu per satu
objek yang menarik baginya bahkan semua objek yang ada pada gambar. Pelaksanaan metode show and tell pada Siklus II juga dilakukan dengan
kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Sementara itu, anak yang belum mendapat jatah melakukan
show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell.
Melalui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan, akhirnya pembelajaran pada Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil di atas, data yang diperoleh selama penelitian berlangsung tentang keterampilan berbicara dari sepuluh anak mengalami peningkatan. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode show and tell dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hasil yang dicapai pada Siklus II menjadi dasar bagi
peneliti dan guru untuk menghentikan penelitian ini hanya sampai pada Siklus II karena sudah sesuai dengan hipotesis tindakan dan mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian