Tindakan Penelitian Hasil Penelitan

75 Berdasarkan data di atas, peneliti bersama guru kelas menemukan beberapa permasalahan yang kemudian dijadikan oleh peneliti sebagai bahan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam pembelajaran pada Siklus I. Beberapa permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut: a. Kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif melalui interaksi lisan terhadap guru disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak. Apalagi metode tanya jawab sebagai salah satu metode yang dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak hanya dilakukan pada saat awal pembelajaran saja. b. Penerapan metode pemberian tugas individual pada setiap kegiatan inti menyebabkan anak selalu fokus pada tugasnya masing-masing dan mengurangi interaksi lisan antaranak ataupun dengan guru. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru TK ABA VII Purwosari untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell.

3. Tindakan Penelitian

a. Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari masih perlu distimulasi. Tujuan distimulasinya keterampilan berbicara bagi anak supaya anak dapat terampil mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya terhadap 76 orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangat penting sebagai sarana komunikasi anak dengan lingkungannya. Pada refleksi terhadap hasil observasi sebelum tindakan, guru dan peneliti berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 13 Februari 2017, 16 Februari 2017, 18 Februari 2017, 20 Februari 2017, 22 Februari 2017, dan 25 Februari 2017 dengan tema kendaraan. Setiap pertemuan anak akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus I menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema kendaraan yaitu sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Setiap anak akan melakukan show and tell secara bergiliran sesuai giliran kelompoknya. Pelaksanaan metode show and tell yang dilakukan secara berselang-seling terjadi karena beberapa alasan. Alasan pertama ialah memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan variasi metode pembelajaran saat mengajar. Adanya variasi pembelajaran juga bertujuan untuk menghindari rasa bosan anak terhadap pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain variasi metode pembelajaran, pelaksanaan metode show and tell yang berselang-seling terjadi karena ada beberapa aspek perkembangan lain bagi anak yang harus distimulasi juga. 77 1 Perencanaan Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu memutuskan metode show and tell sebagai cara yang akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. b Menyiapkan RPPH Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus I dengan memasukkan metode show and tell sebagai variasi metode pembelajaran. c Menentukan bentuk metode show and tell yang dipilih yaitu menentukan bentuk media apa yang dipilih dalam pelaksanaan metode show and tell pada Siklus I. Pemilihan media memerhatikan tema yang sedang berlaku. Akhirnya media yang terpilih adalah media foto yang berkaitan dengan tema dan dicetak dengan kertas HVS. d Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar foto yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell foto sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, pesawat terbang. e Menata lingkungan belajar, yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru 78 memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak lebih fokus. f Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung. 2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pada pelaksanaan penelitian tindakan Siklus I, peneliti berkolaborasi dengan guru. Terdapat tiga observer yang terdiri dari peneliti, guru kelas, dan mahasiswa Program Studi PGPAUD. Tugas ketiga observer adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and tell. Sepuluh anak yang masuk dalam usia 5-6 tahun dinilai oleh tiga observer tersebut saat anak melakukan show and tell. Hasil pengamatan dari ketiga obsever kemudian dikomparasikan menjadi satu hasil dalam bentuk rata-rata nilai anak dalam setiap pertemuannya. Sementara itu, tugas guru utama yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH yang disusun bersama peneliti. Selama pelaksanaan tindakan Siklus I, guru utama bekerjasama dengan guru pendamping untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus I. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai macam-macam kendaraan yang diketahui anak. Setiap awal pertemuan terjadi tanya jawab dan diskusi antara anak dan guru mengenai ciri-ciri kendaraan yang 79 menjadi tema hari itu. Setelah kegiatan awal berlangsung, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a Pertemuan Pertama Pertemuan Pertama Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 13 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema sepeda motor. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak mendengarkan demonstrasi metode show and tell, anak menceritakan pengalaman naik sepeda motor dengan metode show and tell, dan menulis perlengkapan naik sepeda motor. Pada pertemuan ini seluruh anak mengikuti seluruh kegiatan secara klasikal dengan urutan yang sama. Seluruh anak mendengarkan demonstrasi guru utama terkait tata cara melakukan metode show and tell serta memerhatikan guru utama dalam memberikan contoh bercerita dengan metode show and tell. Anak ditunjukkan foto dua jenis sepeda motor yaitu motor sport dan motor matic oleh guru. Kemudian guru bercerita menggunakan kedua gambar tersebut dengan metode show and tell sebagai contoh bagi anak. Setelah demonstrasi selesai, barulah guru utama menawarkan kepada anak untuk mencoba bercerita di depan kelas dengan metode show and tell. Anak diarahkan memilih salah satu dari dua foto tersebut untuk dipakai show and tell. Ketika anak mulai melakukan show and tell, peneliti bersama guru kelas yang telah ditunjuk sebagai observer dan satu mahasiswa Program Studi PGPAUD telah siap menilai anak yang bercerita dengan metode show and tell. 80 Anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang diketahui terkait sepeda motor baik pada foto yang ditunjukkan atau sepeda motor yang dimiliki. Selain itu, anak juga menceritakan pengalamannya menaiki sepeda motor. Setelah semua anak selesai bercerita tentang pengalamannya terkait sepeda motor, barulah mereka melaksanakan kegiatan ketiga yaitu menulis macam- macam perlengkapan yang diperlukan saat mengendarai sepeda motor. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah. Sembilan anak yang masuk sekolah, dua di antaranya sudah menunjukkan keberanian saat bercerita melalui metode show and tell, yaitu Rva dan Rvi. Hal tersebut ditunjukkan ketika Rva dan Rvi berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu. Bahkan kedua anak ini menawarkan dirinya sendiri untuk bercerita di depan teman-temannya. Sementara itu, pada pertemuan pertama Siklus I ini Lst sudah mampu mengungkapkan gagasannya secara lancar. Contohnya ketika seorang anak mengatakan dengan lancar: “Selamat pagi teman-teman. Aku punya gambar motor. Aku ke Pantai Parangtritis sama Ayah naik motor.” Lst 1, lampiran halaman 144 b Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema mobil. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak menceritakan pengalaman naik mobil dengan metode show and tell, menghitung jumlah gambar mobil, dan mencocok gambar mobil. Pada pertemuan ini anak-anak yang telah terbagi dalam tiga kelompok melakukan masing-masing kegiatan secara bergiliran. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bercerita tentang 81 pengalamannya naik mobil dengan metode show and tell, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menghitung jumlah gambar mobil, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu mencocok gambar mobil. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan kemudian mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan dua kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto mobil berwarna merah. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik mobil dan menceritakan foto mobil yang mereka tunjukkan sedangkan anak-anak lain dalam satu kelompok mendengarkan. Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu masih Rva dan Rvi. Rvi juga sudah mampu bercerita dengan lancar dan runtut. Contohnya saat seorang anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar mobil. Aku naik mobil ke pantai. Aku main masak-masakan, berenang, terus aku pulang ”. Rvi 2, lampiran halaman 146 Sementara itu, Vta dan Zhr sudah mampu berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat, serta lantang pada pertemuan kedua Siklus I ini. c Pertemuan Ketiga Pertemuan Ketiga Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema bus. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat bentuk geometri 82 dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, menggambar bus, dan menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu membuat bentuk geometri dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggambar bus, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto bus berwarna biru kombinasi putih. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik bus dan menceritakan foto bus yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh meningkat menjadi tiga anak yaitu Rva, Rvi, dan Lst. Rva dan Rvi juga sudah mampu berbicara dengan banyak variasi kata sesuai gagasan yang mereka sampaikan. Misalnya, saat salah satu anak mengatakan: “Halo teman-teman. Aku punya bis. Aku naik bis ke candi, ke pantai, ke kolam renang. Aku numpak bis karo mbahku. Aku difoto karo tukang foto. Aku beli baju. Baju dua baru”. Zhr 3, lampiran halaman 149 Sementara itu, Rvi dan Zhr sudah berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat, serta lantang pada pertemuan ini. 83 d Pertemuan Keempat Pertemuan Keempat Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 20 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema kereta api. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat kereta api dari balok, mewarnai gambar kereta api, dan bercerita tentang kereta api dengan metode show and tell. Kegiatan 1 yaitu membuat kereta api dari balok yang dilakukan secara berkompetisi antarkelompok. Setelah kompetisi selesai, barulah Kelompok Apel dan Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar kereta api. Sementara itu, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 3 yaitu bercerita tentang kereta api dengan metode show and tell, dan seterusnya berigilir antarkelompok. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan mewarnai gambar kereta api. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kereta api di atas rel. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka melihat kereta dan menceritakan foto kereta yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini anak yang melakukan show and tell setelah disuruh guru hanya tinggal satu anak yaitu Ypi. Kesembilan anak lainnya sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu. Rva dan Rvi masih tetap bercerita dengan menggunakan banyak variasi kata untuk mengungkapkan gagasan mereka. 84 Hal tersebut ditunjukkan saat seorang anak mengatakan: “Selamat pagi anak-anak. Ini ada gambar kereta api. Aku pernah melihat di Klaten. Terus aku pernah duduk di kereta. Dan aku lari-lari. Aku bersama Rvi, Ayah, Ibu. Setelah itu aku di Klaten. Aku naik kereta ngantuk. Lalu ban keretanya bocor. Dan aku membantu. Aku naik kereta api. Aku pergi agak jauh banget untuk beli hadiah ”. Rva 4, lampiran halaman 152 Sementara itu, anak yang berbicara dengan pengucapan jelas, tepat, dan lantang meningkat menjadi empat anak yaitu Rva, Rvi, Lst, dan Adn. e Pertemuan Kelima Pertemuan Kelima Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema kapal laut. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain melipat kertas menjadi kapal laut, bercerita tentang kapal laut dengan metode show and tell, dan menulis hal-hal yang berkaitan dengan kapal laut. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 1 yaitu melipat kertas menjadi kapal laut, Kelompok Apel melakukan Kegiatan 2 yaitu bercerita tentang kapal laut dengan metode show and tell, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menulis hal-hal yang berkaitan dengan kapal laut. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kapal laut yang berada di tengah lautan. Kemudian anak bercerita 85 tentang pengalaman mereka melihat kapal laut dan menceritakan foto kapal laut yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu. Anak yang berbicara dengan banyak variasi kata dalam mengungkapkan gagasannya meningkat menjadi 3 anak yaitu Rva, Rvi, dan Adn. Adn sudah menggunakan banyak variasi kata ditunjukkan dari pernyataannya: “Hai teman-teman. Ini gambar kapal. Ini ada kapalnya, tempat duduknya dan ada pintunya ada kursinya. Mesinnya namanya diesel. Dan kapalnya berjalan di atas air. Ada pintunya. Dan ada kamar mandinya. Ada orangnya”. Adn 5, lampiran halaman 154 Sementara itu, anak yang mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang saat berbicara meningkat menjadi lima anak yaitu Lst, Rva, Rvi, Adn, dan Zhr. f Pertemuan Keenam Pertemuan Keenam Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema pesawat. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain menggambar pesawat, memberi angka pada huruf- huruf pembentuk kata “pesawat”, dan bercerita tentang pesawat dengan metode show and tell. Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 1 yaitu menggambar pesawat, Kelompok Apel melakukan Kegiatan 2 yaitu memberi angka pada huruf-huruf pembe ntuk kata “pesawat”, dan Kelompok Apel melakukan Kegiatan 3 yaitu bercerita tentang pesawat dengan metode show and tell. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti 86 bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto pesawat yang sedang berada di bandara. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka melihat pesawat dan menceritakan foto pesawat yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru. Rva, Rvi, dan Adn sudah mampu bercerita dengan lancar serta isi cerita yang diungkapkan runtut. Contohnya saat anak berbicara: “Aku punya gambar pesawat. Pesawatnya warnanya ada putih merah. Terus ada rodanya, ada bahan bakarnya, terus ada tempat duduknya. Terus ada sayapnya. Pesawatnya ada di bandara. Pesawatnya banyak sekali. Di sana ada yang mau terbang, ada yang mau turun. Terus ada orangnya pilot. Terus banyak penumpangnya”. Adn 6, lampiran halaman 157 Sementara itu, terdapat lima anak yang sudah menunjukkan banyak variasi kata yang sesuai dengan makna yang mereka sampaikan. Lalu pada pertemuan ini Rvi sudah mampu mengungkapkan gagasannya melalui kalimat dengan pola yang lengkap. Kegiatan akhir diisi dengan lagu dan tepuk yang dilakukan secara klasikal. Setelah itu anak bersama guru melakukan kegiatan evaluasi. Guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari tersebut. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan doa sebelum pulang serta ditutup dengan salam. 87 Proses pembelajaran Siklus I dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dan berjalan sesuai rencana peneliti dan guru. Awalnya anak-anak penasaran dengan gambar-gambar yang telah dipersiapkan, ada yang berdiskusi dengan teman sekelompok, ada yang langsung bertanya pada guru, dan ada yang sekedar mengamati tanpa bereaksi apapun. Setelah diberi penjelasan oleh guru mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak cukup bersemangat untuk melakukan show and tell. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan, pada pertemuan pertama anak masih terlihat bingung dan canggung untuk melakukan show and tell. Namun seiring berjalannya waktu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya anak sudah paham dengan kegiatan yang dilakukan sehingga semakin meningkatkan semangat anak untuk melakukan show and tell. Agar anak lebih termotivasi, guru dan anak-anak yang lain memberikan reward sebagai bentuk penguatan kepada anak yang selesai show and tell. Reward pada Siklus I berupa pujian, jempol, dan tepuk tangan. Penguatan berupa reward semakin meningkatkan keinginan anak dalam berbicara karena mendapatkan sebuah pengakuan dari orang sekitarnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH. Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak setelah melaksanakan kegiatan show and tell. 88 Hasil observasi pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 6 di berikut ini: Tabel 6. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I No Nama Anak Rata-rata pencapaian aspek keterampilan berbicara anak dari tiga sumber pada setaip pertemuan Rata- rata Persentase Kriteria I II III IV V VI 1. Lst 16,67 16,33 18,33 19 19,67 21,33 18,55 77,30 Baik 2. Ypi 12,67 13,33 - 14 18 19 15,40 64,17 Cukup 3. Bgs 6 8 13 15 16,33 18,67 12,83 53,45 Cukup 4. Adn - 14,67 14,67 19,67 21,67 21,33 18,40 76,67 Baik 5. Rva 16,33 19 19 21,33 22 21,33 19,83 82,63 Baik 6. Rvi 16,67 19,67 18,67 20 22 22,67 19,95 83,13 Baik 7. Yni 12 13 - 15 17 18,33 15,01 62,54 Cukup 8. Ain 12 14,67 15,67 16,33 18,67 21 16,39 68,29 Cukup 9. Vta 15 15,67 14,67 15 17,67 18,67 16,11 67,13 Cukup 10. Zhr - 16 18,33 15,67 19,33 20,33 17,93 74,71 Cukup Berdasarkan Tabel 6 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik sebanyak empat anak. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian keempat anak dalam enam pertemuan pada Siklus I antara lain 77,30, 76,67, 82,63, dan 83,13. Rata-rata persentase dari keempat anak tersebut adalah 79,93. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara keempat anak tersebut masuk antara kisaran persentase 76-100 sehingga masuk pada kriteria baik. Sementara itu, anak dengan kriteria cukup sebanyak enam anak. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian keenam anak dalam enam pertemuan pada Siklus I antara lain 64,17, 53,45, 62,54, 68,29, 67,13, dan 74,71. Rata-rata persentase dari keempat anak tersebut adalah 65,04. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara keenam anak tersebut masuk antara kisaran persentase 51-75 sehingga masuk pada kriteria cukup. 89 Persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I No Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Baik 4 40 2. Cukup 6 60 3. Kurang 4. Tidak Baik Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak pada Siklus I yang memiliki kriteria baik sebanyak empat anak dengan persentase 40. Sementara itu, yang memiliki kriteria cukup sebanyak enam anak dengan persentase 60. Pada pelaksanaan Siklus I sudah tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria kurang dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0. Sebagian anak sudah menunjukkan keberaniannya, hal ini ditunjukkan saat beberapa anak mengajukan dirinya untuk melakukan show and tell, bahkan anak berebut untuk lebih dulu melakukan show and tell. Namun ada juga anak masih diminta oleh guru terlebih dahulu baru mau melakukan show and tell. Pada Pertemuan Pertama dan Kedua hanya dua anak saja yang mau melakukan show and tell tanpa disuruh. Pada Pertemuan Ketiga ada tiga anak yang melakukan show and tell tanpa disuruh. Baru pada Pertemuan Keempat ada sembilan anak yang mau melakukan show and tell tanpa disuruh. Setelah itu pada Pertemuan Kelima dan Pertemuan Keenam seluruh anak sudah berani bercerita dengan metode show and tell tanpa disuruh oleh guru. 90 Kelancaran berbicara anak masih rendah pada awal pertemuan Siklus I. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak masih terbata-bata dan memerlukan waktu berpikir untuk mengungkapkan gagasannya. Namun pada akhir Siklus I beberapa anak sudah lancar dalam menyampaikan gagasannya. Bahkan ada tiga anak sudah runtut dalam berbicara yaitu Rva, Rvi, dan Adn. Hal itu ditunjukkan salah satunya dengan salah satu ungkapan anak berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar pesawat. Aku naik pesawat bersama Mbak Rva. Di dalam pesawat ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat. Aku pernah lihat di Klaten. Pesawatnya besar. Warnanya putih dan merah. Aku bersama Ayahku naik pesawat ke atas awan naik turun”. Adn 6, lampiran halaman 157 Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara masih rendah pada awal Siklus I. Sebagian besar anak masih berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang datar dan belum sesuai dengan topik yang dibicarakan. Pada akhir Siklus I mulai meningkat dengan sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan walaupun tubuhnya belum bergerak. Bahkan beberapa anak sudah mampu menunjukkan ekspresi dan gerak tubuh sesuai topik yang dibicarakan. Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus I sudah baik. Sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat dan jelas meskipun masih dengan suara yang lirih. Pada akhir siklus juga sudah ada lima anak yang dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang. Pengembangan kosakata pada awal Siklus I masih rendah. Semua anak masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka sampaikan. Kemudian pertengahan 91 Siklus I sebagian anak sudah mampu menyampaikan kata-kata yang ingin disampaikannya sendiri. Bahkan pada akhir Siklus I beberapa anak mampu menggunakan banyak variasi kata sesuai dengan gagasan yang ingin mereka sampaikan. Hal tersebut ditunjukkan dari cerita yang diungkapkan anak berikut: “Aku pernah lihat kereta di Klaten. Aku naik kereta bersama Ayah, Ibu, sama Mbak Rva. Ini kereta api. Aku pulang. Aku menceritakan lagi naik kereta api di rumah Farel. Aku s udah pulang ke rumahku sendiri”. Rvi 4, lampiran halaman 151 Pembentukan kalimat pada Pertemuan Kesatu Siklus I menunjukkan beberapa anak masih menyampaikan gagasannya dengan dua kata setiap berbicara yang berisi subjek dan predikat, subjek dan objek, ataupun subjek dan keterangan. Misalnya anak hanya mengatakan: “Motor Mondy” atau “Aku jalan-jalan”. Ypi 1, lampiran halaman 144 Vta 2, lampiran halaman 144 Pada pertemuan Kedua Siklus I terdapat tiga anak yang sudah mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang terdiri dari subjek dilangkapi predikat dan objek atau subjek dilengkapi predikat dan keterangan. Contohnya pada saat anak mengatakan: “Aku di Jakarta membeli mainan”. Lst 2, lampiran halaman 143 Kemudian pada Pertemuan Ketiga Siklus I, anak yang memiliki kemampuan pembentukan kalimat yang serupa meningkat menjadi empat anak. Sementara itu, pada Pertemuan Keempat Siklus I terdapat satu anak yang sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap. Kemudian pada Pertemuan Keenam anak yang sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan 92 pola urutan kata lengkap meningkat menjadi dua anak. Misalnya saat anak mengungkapkan: “Aku naik pesawat sama Kakak, Ayah, dan Ibu ke Parangtritis”. Yni 6, lampiran halaman 157 3 Refleksi Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti dengan guru pada akhir Siklus I, secara umum keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria baik belum mencapai 70 dari jumlah seluruh siswa yang berusia 5-6 tahun sehingga perlu dilaksanakan tindakan pada Siklus II. Permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut. a Media gambar yang digunakan pada Siklus I hanya terdiri dari satu objek saja, sehingga anak hanya berbicara dengan singkat karena gambar dengan satu objek kurang membantu dalam menggali ingatan anak terkait gambar yang diceritakan. Selain itu, penggunaan media gambar pada Siklus I yang hanya terdiri dari satu objek membuat anak terbatas dalam menyatakan pendapat, mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pengalaman karena anak harus mengingat-ingat pengalamannya lebih lama untuk diceritakan kepada teman-temannya. b Pelaksanaan show and tell yang dilakukan satu kelompok serempak di luar ruang kelas menyebabkan beberapa anak tidak mau mendengarkan anak lain yang sedang bercerita. Bahkan beberapa anak malah bermain dengan permainan 93 outdoor dan anak yang bercerita menjadi kurang fokus. Sedangkan guru dan peneliti harus fokus kepada anak yang sedang melakukan show and tell dan anak lain yang tidak mau mendengarkan kurang dapat terkondisikan. Proses pembelajaran pada Siklus I masih memiliki beberapa kekurangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada Siklus II untuk mencapai hasil yang optimal. Diperlukan beberapa langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilakukan pada Siklus II. Berikut langkah-langkah perbaikan yang akan dilaksanakan pada Siklus II: a Pelaksanaan metode show and tell akan menggunakan media gambar yang di dalamnya terdiri dari beberapa objek gambar bukan hanya satu objek saja. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah anak dalam mengungkapkan gagasan terkait gambar yang ditunjukkannya. Semakin banyak objek yang terdapat dalam gambar maka semakin banyak kata yang akan diungkapkan anak untuk menceritakan objek pada gambar tersebut. b Pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Kemudian anak yang belum mendapat jatah melakukan show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell.

b. Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu disebabkan karena beberapa permasalahan yang muncul saat pelaksanaan tindakan Siklus I. Permasalahan tersebut antara lain media gambar dengan satu 94 objek yang digunakan saat show and tell menyebabkan anak berbicara dengan singkat dan pelaksanaan metode show and tell dengan banyak anak menyebabkan anak kurang fokus. Refleksi terhadap hasil observasi tindakan pada Siklus I, guru dan peneliti berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Solusi atas permasalahan yang muncul pada Siklus I antara lain menggunakan gambar dengan isi beberapa objek bukan hanya satu objek saja dan pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang terdiri dari dua hingga tiga anak setiap kloternya. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan pada Siklus II. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 28 Februari 2017, 2 Maret 2017, 4 Maret 2017, 6 Maret 2017, 9 Maret 2017, dan 11 Maret 2017 dengan tema rekreasi. Setiap pertemuan anak akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus II menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema rekreasi yaitu pasar, pasar malam, pantai, kolam renang, candi, dan kebun binatang. Setiap anak akan melakukan show and tell secara bergilir. 1 Perencanaan Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 95 a Menyiapkan RPPH Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyampaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus II. b Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell foto pasar, pasar malam, pantai, kolam renang, candi, kebun binatang. c Menata lingkungan belajar yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak lebih fokus. d Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung. 2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Penelitian tindakan Siklus II peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and tell. Tugas guru yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH yang disusun bersama peneliti. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus II. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan 96 dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai tempat rekreasi yang menjadi tema hari itu. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a Pertemuan Pertama Pertemuan Pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari 2017 dengan tema rekreasi subtema pasar. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bermain peran menjadi pedagang dan pembeli, mewarnai gambar pasar, dan bercerita tentang pasar dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bermain peran menjadi pedagang dan pembeli yang dipandu oleh satu guru, sedangkan Kelompok Nanas dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar pasar. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 1 dan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto pasar yang menunjukkan aktivitas jual beli antara pedagang dan pembeli. Kemudian anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang mereka tahu tentang pasar serta pengalamannya saat pergi ke pasar. 97 Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian lima anak sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut sementara lima anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Misalnya ketika seorang anak mengatakan: “Aku makan sayur kubis. Aku sudah tumbuh besar. Dan aku sudah masuk ke SD. Aku mau ke pasar membeli mainan bersama Ibuku dan Ayahku. Itulah ceritanya”. Rvi 7, lampiran halaman 160 Lalu dua anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, ada empat anak yang berbicara dengan banyak variasi kata serta dengan pola urutan kata yang lengkap. Misalnya saat seorang anak mengatakan: “Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar. Aku ke pasar. Aku beli mainan. Aku dibeliin mainan sama Mama. Aku di pasar lihat sayuran, mainan, pedagang, pembeli. Pasarnya bagus, aku pernah lihat di pasar Karangtengah. Pasarnya rame. Aku beli ikan. Aku masak di rumah. Ada yang jualan kangkung, cabai, tomat, wortel, kubis, brokoli, loncang, kubis”. Zhr 7, lampiran halaman 161 b Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema pasar malam. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bercerita tentang pasar malam dengan metode show and tell, menggunting gambar wahana-wahana yang ada di pasar malam, dan menjodohkan angka pada jumlah huruf pada wahana di pasar malam. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggunting gambar wahana-wahana yang ada di pasar malam, sedangkan Kelompok Apel dan 98 Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menjodohkan angka pada jumlah huruf pada wahana di pasar malam. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 dan 3, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto wahana-wahana yang ada di pasar malam dan deretan barang yang dijual di pasar malam. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka ketika pergi ke pasar malam dan menceritakan foto pasar malam yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi tujuh anak sementara tiga anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah berbicara lancar dan runtut misalnya saat seorang anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malem terus naik odong-odong, aku beli baju, beli balon, dan beli sepatu. Terus mainan. Terus aku sama Mama dan Ayah. Dan ada balon terus dan ada jajanan. Aku beli jeruk. Dan terus pulang dan terus mainan. Mainan balon”. Lst 8, lampiran halaman 163 Contoh ungkapan anak yang bercerita dengan isi belum runtut adalah sebagai berikut: “Hai teman-teman. Aku pernah ke pasar malem. Di sini ada yang aku kirimkan, ada aku Rvi mama dan papa sekeluarga. Aku beli baju. Baju baru 99 ini akan aku kugunakan. Aku lebih menyukai baju-baju ini. Di sana rame ada yang main ikan, odong- odong, dan begitulah ceritanya”. Rva 8, lampiran halaman 164 Lalu lima anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata meningkat menjadi tujuh anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi lima anak. Hal tersebut ditunjukkan saat anak mengatakan: “Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malam beli tas, balon, baju, celana sepatu, terus mainan. Aku sampe ke rumah. Aku udah mulai mainan. Terus aku mainan sama kakakku, aku di rumah mainan sama kakak dan adik. Di pasar malam aku naik odong-odong, naik kereta api, naik mobil. Terus aku mainan ke kolam renang”. Zhr 8, lampiran halaman 165 c Pertemuan Ketiga Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema pantai. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bercerita tentang pantai dengan metode show and tell, mewarnai gambar pantai, dan membuat kolase pantai dengan kertas warna. Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar pantai, sedangkan Kelompok Nanas dan Kelompok Apel melakukan Kegiatan 3 yaitu membuat kolase pantai dengan kertas warna. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 dan 3, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. 100 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media dua foto pantai. Foto pertama memperlihatkan suasana pantai dengan banyak pengunjung dilengkapi gambar payung yang berjejer-jejer. Kemudian foto kedua memperlihatkan gambar pantai pasir putih dengan dua kapal yang berada di tepi pantai. Selanjutnya, anak bercerita tentang pengalaman mereka berlibur ke pantai dan menceritakan foto pantai yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah sedangkan sembilan anak yang masuk sekolah telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi delapan anak sementara satu anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah berbicara dengan runtut dapat ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: “Hai teman-teman aku punya gambar pantai. Apa ya kira-kira yang ada di gambar pantai ini. Aku pernah ke Pantai Ngobaran. Aku bersama Rvi. Aku dan Ayahku berenang di laut ini. Aku melihat kapal di pantai. Aku beli makanan disana. Dan aku ganti baju kalau udah basah bajunya. Terus aku beli makanan sama Bapak Ibu. Aku juga pernah ke Pantai Depok. Aku berenang bersama teman- temanku”. Rva 9, lampiran halaman 168 Anak berbicara dengan isi cerita belum runtut ditunjukkan ketika seorang anak mengungkapkan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku berenang sama Ayah. Ndelok mercon tahun baru sama Kakak. Aku renang, main pasir, sama 101 Mbak Wulan sama Mbak Jela. Aku lari-lari. Aku main bola sama Bapak. Aku lihat kapal, ada payung, ada pasir, ada pohon”. Yni 9, lampiran halaman 167 Lalu enam anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat enam anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata meningkat menjadi sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi tujuh anak. Hal tersebut dapat ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: “Halo teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku naik perahu layar. Aku cari ikan di pantai. Terus aku dapat ikan besar. Terus aku makan di rumah, terus aku goreng ikannya, terus aku makan sama temen-temenku. Terus Mama minta dan aku kasih. Terus di pantai aku main pasir. Sekarang aku udah ke payung. Di payung mainan masak- masakkan. Terus udah”. Zhr 9, lampiran halaman 168 d Pertemuan Keempat Pertemuan Keempat dilaksanakan pada hari Senin, 6 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema kolam renang. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain melakukan pantomim gerakan renang, menjodohkan benda-benda yang ada di kolam renang, dan bercerita tentang kolam renang dengan metode show and tell. Kelompok Apel, Nanas, dan Anggur melakukan Kegiatan 1 secara bersama-sama yaitu melakukan pantomim gerakan renang, kemudian ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 yaitu menjodohkan benda-benda yang ada di kolam renang. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. 102 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kolam renang. Foto kolam renang yang digunakan anak saat melakukan show and tell menggambarkan situasi kolam renang dengan banyak pengunjung yang sedang berenang. Selain itu, pada foto tersebut terdapat banyak wahana permainan yang ada di kolam renang pada umumnya. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke kolam renang dan menceritakan foto kolam renang yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi sembilan anak sementara satu anak sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah runtut dalam mengungkapkan ceritanya adalah sebagai berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku berenang lagi”. Rvi 10, lampiran halaman 170 Contoh ungkapan anak yang belum runtut saat menyampaikan ceritanya, sebagai berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke 103 Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. Aku basah”. Ain 10, lampiran halaman 170 Lalu sembilan anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi sembilan anak. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku pernah liburan ke kolam renang. Aku lihat prosotan, kacamata renang, pelampung, dan ember buat mandi. Dan disana orangnya banyak berenang. Terus aku merosot. Aku pernah melihat tapi gak berenang. Aku pernah makan di sana tapi gak berenang. Besok-besoknya kesana lagi dan berenang sama Mas Isal dan Mbak Elin”. Adn 10, lampiran halaman 171 e Pertemuan Kelima Pertemuan Kelima dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema candi. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat miniatur candi dengan balok, membuat kolase gambar candi, dan bercerita tentang candi. Kelompok Nanas, Anggur, dan Apel melakukan Kegiatan 1 secara bersama-sama yaitu membuat miniatur candi dengan balok, kemudian dilanjutkan dengan Kegiatan 2 yaitu membuat kolase gambar candi. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. 104 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto Candi Prambanan. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke candi dan menceritakan foto candi yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah sedangkan sembilan anak yang masuk sekolah telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi sembilan. Hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: “Hai teman-teman aku punya gambar candi. Namanya Candi Prambanan. Candinya berbuat batu. Terus patungnya terbuat dari batu. Patungnya juga terbuat dari batu. Patungnya ada di dalam candi. Aku pernah liburan ke sana. Terus aku foto-foto sama Mbak Evy. Terus di sana aku beli oleh-oleh. Terus aku pulang makan. Aku minum aqua. Aku foto-foto di sana. Aku sama Mbak Evy yang lain sama Ibunya”. Adn 11, lampiran halaman 175 Lalu delapan anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat sembilan anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak delapan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap sebanyak tujuh anak. Hal tersebut ditunjukkan saat seorang anak mengatakan: 105 “Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku udah pernah ke candi. Aku lihat pemandangan, lihat candi, lihat patung. Aku di dalam melihat patung-patung. Terus aku di sana naik sepeda motor, renang. Aku ke sana sama Mama, Papa, aku, Kakak. Di candi aku melihat rumput, terus aku naik sepeda motor. Aku pulang ke rumah”. Zhr 11, lampiran halaman 175 f Pertemuan Keenam Pertemuan Keenam dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema kebun binatang. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain menghitung gambar binatang, bermain maze kebun binatang, dan bercerita tentang kebun binatang dengan metode show and tell. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 1 yaitu menghitung gambar binatang, sedangkan Kelompok Apel dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu bermain maze kebun binatang. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 1 dan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto hewan-hewan yang berada di kebun binatang. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke kebun binatang dan menceritakan foto hewan di kebun binatang yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian semua anak juga sudah mampu berbicara dengan lancar 106 dan runtut, serta menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan: “Halo teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ada gajah, unta, singa, dan gorilla. Singanya makan daging. Terus ada orang. Dan ada rumput. Terus rumputnya dimakan unta. Dan terus gajahnya mandi. Terus di rumah singa ada pohon dan ada pager. Unta ada pagernya biar gak lepas. Terus ada orang-orang pada mainan. Terus aku naik ayunan. Aku sama Mamak. Terus ada kamar mandi. Ada ular juga, ada singa, ada jerapah, ada kuda, ada penguin”. Lst 12, lampiran halaman 177 Terdapat sembilan anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi sepuluh anak. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan hewan. Hewannya ada ular, ikan, gorilla, gajah, singa, dan lain-lainnya, ini singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum. Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua”. Adn 12, lampiran halaman 179 Kegiatan akhir diisi dengan lagu dan tepuk yang dilakukan secara klasikal. Setelah itu anak bersama guru melakukan kegiatan evaluasi. Mereka melakukan tanya jawab mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari tersebut. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan doa sebelum pulang serta ditutup dengan salam. 107 Proses pembelajaran Siklus II dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dan berjalan sesuai rencana peneliti dan guru. Guru menjelaskan kepada anak-anak mekanisme pelaksanaan show and tell pada Siklus II. Setelah diberi penjelasan oleh guru mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak sangat bersemangat untuk melakukan show and tell. Hal itu ditunjukkan ketika banyak anak yang meminta mendapat giliran awal untuk melakukan show and tell. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan, pada pertemuan pertama hingga akhir Siklus II anak sudah tidak terlihat bingung dan canggung untuk melakukan show and tell. Bahkan anak sudah terbiasa dengan metode show and tell dan anak terlihat percaya diri ketika bercerita dengan metode show and tell. Pada Siklus II guru tetap memberikan motivasi terhadap anak saat melakukan show and tell. Guru dan anak-anak yang lain memberikan reward sebagai bentuk penguatan kepada anak yang selesai show and tell. Reward pada Siklus II berupa pujian, jempol, dan tepuk tangan. Penguatan berupa reward semakin meningkatkan keinginan anak dalam berbicara karena mendapatkan sebuah pengakuan dari orang di sekitarnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH. Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak setelah melaksanakan kegiatan show and tell. 108 Hasil observasi pada Siklus II dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II No Nama Anak Rata-rata pencapaian aspek keterampilan berbicara anak dari tiga sumber pada setaip pertemuan Rata- rata Persentase Kriteria I II III IV V VI 1. Lst 21 23,33 24 24 24 24 23,38 97,42 Baik 2. Ypi 20,6 22 22,67 22,67 24 24 22,66 94,42 Baik 3. Bgs 21,33 21,67 22 21 22 24 22 91,67 Baik 4. Adn 23 23 - 24 24 24 23,6 98,33 Baik 5. Rva 23 23 24 24 24 24 23,67 98,63 Baik 6. Rvi 23,67 23,67 24 24 24 24 23,89 99,54 Baik 7. Yni 19 20 21 23 - 23 21,2 88,33 Baik 8. Ain 19 20 22,67 22,67 23 23 21,72 90,5 Baik 9. Vta 19,67 21,33 22 23,67 22,67 23,67 22,17 92,38 Baik 10. Zhr 24 24 24 24 24 24 24 100 Baik Berdasarkan Tabel 8 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik sebanyak 10 anak. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian kesepuluh anak dalam enam pertemuan pada Siklus II antara lain 97,42, 94,42, 91,67, 98,33, 98,63, 99,54, 88,33, 90,5, 92,38, dan 100. Rata-rata dari hasil persentase tersebut adalah 92,12. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara kesepuluh anak tersebut masuk antara kisaran persentase 76-100 sehingga semua anak yang diteliti sudah masuk pada kriteria baik. Persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II No Kriteria Jumlah Anak Persentase 1. Baik 10 100 2. Cukup 3. Kurang 4. Tidak Baik 109 Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak pada Siklus II yang memiliki kriteria baik sebanyak 10 anak dengan persentase 100. Sementara itu pada pelaksanaan Siklus II sudah tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria cukup, kurang, dan tidak baik sehingga persentase untuk kriteria-kriteria tersebut sebesar 0. Pada Siklus II semua anak sudah menunjukkan keberaniannya. Anak-anak mulai berebut untuk melakukan show and tell lebih dulu. Pada Siklus II sudah tidak ada anak yang harus diminta guru terlebih dulu untuk melakukan show and tell. Kelancaran berbicara anak sudah meningkat pada Siklus II. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak mengungkapkan gagasannya dengan lancar dan runtut. Meskipun ada beberapa anak yang sudah lancar berbicara namun belum runtut. Anak yang sudah runtut dalam mengungkapkan ceritanya misalnya sebagai berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku berenang lagi”. Rvi 10, lampiran halaman 170 Anak yang belum runtut dalam menyampaikan ceritanya misalnya sebagai berikut: “Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. Aku basah”. Ain 10, lampiran halaman 170 110 Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara sudah meningkat pada Siklus II. Sebagian besar anak sudah berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang sesuai dengan topik yang dibicarakan. Bahkan pada akhir Siklus II sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan disertai gerak tubuh yang mendukung cerita. Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus II sudah baik. Sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat, jelas, dan lantang. Hanya ada satu anak yang memang mempunyai karakter suara yang lembut sehingga dalam mengucapkan kata masih tetap terdengar lirih. Pengembangan kosakata pada awal Siklus II sudah meningkat. Bahkan sebagian besar anak sudah menggunakan variasi kata dalam berbicara. Hingga pada akhir Siklus II, sebagian besar anak sudah menggunakan banyak variasi kata dalam berbicara. Tidak ada lagi anak yang masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka sampaikan. Misalnya ketika anak mengatakan: “Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan hewan. Hewannya ada ular, ikan, gorilla, gajah, singa, dan lain-lainnya, ini singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum. Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua”. Adn 12, lampiran halaman 179 Pembentukan kalimat pada awal Siklus II sudah meningkat. Sebagian besar anak sudah mampu berbicara dengan kalimat yang terdiri dari subjek dilengkapi 111 predikat dan keterangan ataupun subjek dilengkapi predikat dan objek. Bahkan pada akhir Siklus II sebagian besar anak sudah mampu bercerita dengan pola kalimat yang utuh yaitu kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Hal tersebut dapat ditunjukan ketika anak sudah mampu mengatakan: “Hai teman-teman aku punya gambar kebun binatang. Aku pernah lihat unta. Di sana aku melihat singa, unta, dan gajah. Semua aku lhat. Aku lihat sama Mbak Ika, dan sama Ibu dan Ayah, dan bersama Mas Adi. Aku di sana melihat singa. Aku pernah di kebun binatang. Aku bersama Mbak Ika memberi makan gorilla. Aku melihat gajah bersama melihat unta dan singa. Aku melihat semuanya. Aku pernah di kebun binatang bersama Mbak Dita. Terus aku pulang. Terus beli buku. Terus ke kebun binatang melihat ikan buaya. Aku pernah melihat kancil di sana. Aku melihat singa memakan hewan- hewan”. Rvi 12, lampiran halaman 177 3 Refleksi Kegiatan refleksi pada Siklus II lebih mengarah pada evaluasi proses dan hasil pelaksanaan setiap tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan pada Siklus II berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak telah menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini: Tabel 10. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No Kriteria Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1. Baik 2 20 4 40 10 100 2. Cukup 7 70 6 60 3. Kurang 4. Tidak Baik 1 10 112 Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan berbicara anak sebelum tindakan yang masuk dalam kriteria baik sebanyak 2 anak sehingga persentasenya adalah 20. Keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria cukup sebanyak 7 anak sehingga persentasenya sebesar 70. Kemudian tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria kurang sehingga persentasenya sebesar 0. Sementara itu, keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria tidak baik sebanyak 1 anak sehingga persentasenya sebesar 10. Pada Siklus I keterampilan berbicara anak yang berada pada kriteria baik sebanyak 4 anak dengan persentase 40, kriteria cukup sebanyak 6 anak dengan persentase 60. Sementara itu, tidak ada lagi keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria kurang dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0. Pada Siklus II keterampilan berbicara seluruh anak sudah berada pada kriteria baik sehingga persentasenya sebesar 100. Sementara itu, sudah tidak ada lagi keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria cukup, kurang, dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0. Data pada tabel rekapitulasi keterampilan berbicara anak sebelum tindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat dijelaskan melalui Gambar 4 di bawah ini: 113 Gambar 4. Grafik Persentase Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat terlihat jelas peningkatan keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria baik sebelum tindakan sebesar 20, Siklus I sebesar 40, dan Siklus II sebesar 100. Keberhasilan dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil pada setiap siklus serta pencapaian indikator keberhasilan pada Siklus II yang telah melebihi indikator keberhasilan sebesar 70. Hasil yang ditunjukkan pada Siklus II juga lebih bagus dibandingkan dengan Siklus I karena persentase peningkatan pada Siklus II lebih besar daripada peningkatan persentase pada Siklus I. Pembelajaran pada Siklus II telah dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencapai indikator keberhasilan. Perbaikan-perbaikan itu antara lain pelaksanaan metode show and tell pada Siklus II menggunakan media gambar yang terdiri dari beberapa objek gambar bukan hanya satu objek saja. Gambar yang terdiri dari beberapa objek akan membantu anak untuk lebih mudah mengungkapkan gagasannya terkait gambar yang ia tunjukan. Hal tersebut karena banyak objek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II 20 40 100 70 60 10 Baik Cukup Kurang Tidak Baik 114 yang anak lihat pada gambar akan menyebabkan anak menceritakan satu per satu objek yang menarik baginya bahkan semua objek yang ada pada gambar. Pelaksanaan metode show and tell pada Siklus II juga dilakukan dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Sementara itu, anak yang belum mendapat jatah melakukan show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell. Melalui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan, akhirnya pembelajaran pada Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil di atas, data yang diperoleh selama penelitian berlangsung tentang keterampilan berbicara dari sepuluh anak mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode show and tell dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hasil yang dicapai pada Siklus II menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk menghentikan penelitian ini hanya sampai pada Siklus II karena sudah sesuai dengan hipotesis tindakan dan mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

TINGKAT KETERAMPILAN BERBICARA DITINJAU DARI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK USIA 5 6 TAHUN

32 1159 187

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ILMI INSANI MEDAN T.A 2015/2016.

0 5 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI METODE TANYA JAWAB DI TK ROLINA MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 19

UPAYA TUTOR MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5-6 TAHUN DI TK HARAPAN BANGSA KECAMATAN KUALA KABUPATEN LANGKAT.

0 1 30

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Melalui Media Gambar Pada Kelompok A Tk Aba Gondang Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 4 18

IMPLEMENTASI METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI DI TK KARTINI 2 Implementasi metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini TK Kartini 2 Kratonan Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

0 2 18

PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA TK ABA JAGALAN Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Tk Aba Jagalan Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.

1 2 17

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCAKAP –CAKAP.

1 4 40

PENGARUH METODE SHOW AND TELL TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK A TK ABA PANTISIWI SERUT BANTUL.

4 28 149

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5 – 6TAHUNDENGAN MEDIAPOSTER DI TK ABA WONOTINGALPONCOSARI SRANDAKAN BANTUL.

0 1 127