kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan penanggulangan secara mandiri Depkes RI, 1996.
2.5. Ketimpangan Gender dalam Keluarga terhadap Anemia
Keluarga sebagai unit terkecil dari sebuah masyarakat merupakan sasaran yang strategis bagi pensosialisasian konsep kesetaraan gender, karena kultur
Indonesia yang patriarki masih mendominasi dalam keluarga.
2.5.1. Distribusi Makanan
Nilai-nilai sosial budaya yang menganggap perempuan sebagai masyarakat nomor dua menyebabkan timbulnya perbedaan perlakuan dari orang tua sejak kecil
dalam hal penyediaan makanan untuk anak perempuan. Pembagian makanan yang tepat kepada setiap orang dalam keluarga adalah penting untuk mencapai gizi baik.
Makanan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang setiap orang dalam keluarga. Secara tradisional dalam masyarakat ada aturan dimana ayah
mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga, anggota keluarga lainnya menempati urutan prioritas berikutnya dan yang paling
umum mendapat prioritas terbawah adalah ibu. Apabila hal yang demikian itu masih dianut dengan kuat oleh keluarga maka dapat saja timbul distribusi konsumsi
makanan yang tidak baik diantara anggota keluarga Simatauw dkk, 2001. Diskriminasi dalam alokasi makanan, konsumsi makanan yang tak memadai
pada keluarga miskin, diduga menyebabkan kekurangan gizi bagi perempuan. Tradisi sosial budaya saat ini menempatkan anak perempuan bernilai lebih rendah daripada
Universitas Sumatera Utara
anak lelaki, mengingat anak lelaki dipandang sebagai pewaris garis keluarga. Beberapa pengamatan kualitatif menunjukkan bahwa selama kekurangan makanan,
kegagalan panen, dan kelaparan, perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan Sibagariang dkk, 2010 .
Norma yang berlaku di masyarakat bahwa perempuan seyogyanya makan bagian yang terakhir sesudah suami, orang tua dan anak-anaknya, merupakan bentuk
dari subordinasi atau penomorduaan perempuan. Nilai semacam ini merupakan etika kehidupan secara umum, yang kemudian mengatur tingkah laku dalam keluarga.
Akibatnya ibu hamil tidak mendapatkan makanan yang bergizi dan menyebabkan anemia yang berpengaruh terhadap kehamilannya. Bentuk subordinasi yang lain bagi
perempuan adalah banyaknya mitos yang merugikan ibu hamil seperti dilarang makan udang, kepiting, ikan menyebabkan gangguan gizi seimbang alias kurang
protein. Apabila kebiasaan ini berlangsung terus menerus pada ibu hamil dapat terjadi anemia Luhulima, 2006.
Paath dkk 2004 yang dikutip oleh Salmah dkk 2006, menyatakan makanan pantangan, sangat memengaruhi kecukupan zat gizi pada ibu hamil. Banyak
makanan yang seharusnya dikonsumsi tapi dilarang untuk ibu hamil, akibatnya ibu hamil tidak memakan makanan tertentu sehingga mengurangi intake makanan dan
akhirnya menurunkan status gizinya. Sementara kita ketahui bahwa seorang ibu yang sedang hamil seharusnya terpenuhi kecukupan gizinya untuk kepentingan dirinya
sendiri dan janin yang sedang dikandungnya.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Beban Ganda Double Burden