mandiri. Kegiatan KIE diarahkan untuk mencari dukungan sosial social support yang bertujuan untuk meningkatkan status wanita didalam keluarga, terutama agar
keluarga lebih menghargai dan memperhatikan ibu hamil. Pendekatan pimpinan advokacy melalui KIE yang ditujukan kepada sasaran sekunder yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan kebijakan dalam rangka menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan mempercepat pelaksanaan program. KIE dalam pemberdayaan
yaitu KIE yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan penanggulangan anemia secara
mandiri. 5.2. Pengaruh Karakteristik Responden terhadap Anemia dalam Kehamilan
5.2.1. Umur
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa umur ibu yang mengalami anemia lebih banyak pada umur 20-35 tahun. Hasil uji regresi logistik pada penelitian ini
menunjukkan bahwa umur tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian anemia. Hal ini disebabkan ibu hamil mayoritas berumur 20-35 tahun sebesar 68,6 . Sehingga
faktor umur tidak dapat menunjukkan pengaruh dengan kejadian anemia. Umur 20-35 tahun merupakan masa reproduksi sehat bagi seorang wanita dan sebaiknya
kehamilan terjadi pada saat ini. Rahim dan panggul ibu yang berumur 20-35 tahun sudah tumbuh sempurna, jaringan dan alat-alat kandungan dalam kondisi baik dan
lentur, organ-organ reproduksi sudah mampu bekerja sesuai dengan fungsinya sehingga telah siap menerima kehamilan. Mental ibu juga sudah cukup dewasa untuk
Universitas Sumatera Utara
merawat kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk 2006, tentang faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil di kota
Bogor. Mereka menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara umur dengan kejadian anemia, karena 80 ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu usia 20-35 tahun.
Sebaliknya penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarimawar 1994 dalam Prawirohardjo 2002, bahwa ditemukan ibu hamil yang
berumur 35 tahun ke atas 5,8 menderita anemia berat dan 71,6 menderita anemia ringan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Saba’atmaja 1999 dalam
Prawirohardjo 2002 bahwa terdapat hubungan umur dengan anemia, dimana proporsi anemia pada golongan umur kurang 20 tahun dan lebih 35 tahun sebesar
77 dan umur 20-35 tahun sebesar 72,3.
5.2.2. Jumlah Anak Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, anemia lebih banyak
ditemukan pada ibu hamil yang jumlah anaknya tidak berisiko 76,5 dibandingkan dengan ibu yang jumlah anaknya berisiko 23,5. Dari hasil analisis uji regresi
logistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara jumlah anak dengan anemia dalam kehamilan p=0,276. Hal ini disebabkan karena jumlah anak
yang dimiliki keluarga dalam penelitian ini mayoritas kelompok tidak berisiko, dari hasil penyebaran kuesioner ditemukan rata-rata ibu mempunyai anak 1-2 orang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amirruddin dkk 2007 di Bantimurung Sulawesi Selatan, bahwa tidak ada hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Herlina dkk 2006, tentang faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil
di kota Bogor. Mereka menemukan bahwa secara uji statistik tidak ada pengaruh antara paritas dengan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hoo Swie Tjiong dalam Prawirohardjo 2002 yang menyatakan apabila prevalensi
anemia dihubungkan dengan paritas, terlihat bahwa semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan, wanita dewasa kemungkinan untuk menderita anemia cukup besar.
Begitu juga dengan penelitian surbakti 1986, yang menunjukkan kejadian anemia lebih tinggi pada kelompok dengan paritas lebih dari tiga 36,13 dibanding paritas
kurang dari tiga 26,68. Penelitian Hasibuan 1997 menunjukkan anemia ibu hamil pada kelompok paritas lebih dari tiga 35,96 dan paritas kurang dari tiga
17,98 berarti semakin tinggi paritas semakin tinggi kejadian anemia pada ibu hamil.
5.2.3. Jarak kehamilan