kepentingan suami, sekalipun keputusan tersebut menyangkut masalah-masalah yang berkaitan hidup matinya ibu-ibu itu sendiri seperti masalah kesehatan reproduksi.
Apabila ibu-ibu rumah tangga bermodalkan pengetahuan yang memadai dan akurat tentang kesehatan reproduksi, communication skill yang bagus maka akan
dapat menaikkan position bargainingnya dalam proses pembuatan keputusan sehingga akan mampu menentukan apa yang menurutnya terbaik bagi kesehatan
dirinya. Faktor komunikasi dan informasi dapat mendudukkan ibu-ibu rumah tangga pada posisi penentu dalam pembuatan keputusan, bukan lagi berada pada posisi
marginal yang hanya sebagai pelaksana keputusan.
2.5.3.2. Tipe-tipe Pengambilan Keputusan
Menurut Abdullah 2001, terdapat tiga tipe pengambilan keputusan pemeliharaan kesehatan reproduksi dalam keluarga :
1 Musyawarah, banyak ditempuh oleh keluarga di pedesaan. Prosedurnya si istri
menyampaikan masalah atau keinginan yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan reproduksi. Dilanjutkan untuk mencari jalan ke luar atau
memecahkan masalah, atas dasar argumen yang dikemukakan suami dan istri sehingga diperoleh keputusan yang memuaskan kedua pihak.
2 Dominan istri, umumnya terjadi pada kelompok ibu-ibu rumah tangga yang
wewenang penuh untuk mengambil keputusan sendiri. Ibu-ibu rumah tangga ini dalam prakteknya tetap memberitahu suami sebagai bentuk permintaan
izin sebelum melaksanakan keputusan yang ia buat sendiri.
Universitas Sumatera Utara
3 Dominan suami, tipe pengambilan keputusan seperti ini banyak berlaku pada
ibu-ibu rumah tangga yang relatif tua. Terdapat dua klasifikasi pengambilan keputusan dari tipe dominan suami ini, yaitu pertama, suami yang langsung
membuat keputusan sendiri begitu istrinya mengemukakan permasalahan yang dihadapi, tanpa banyak bertanya atau meminta pertimbangan istri
terlebih dulu. Kedua, suami akan meminta pendapat dan keinginan istrinya dalam proses pembuatan keputusan. Selanjutnya ia memutuskan tindakan
yang harus dijalankan istrinya tanpa melalui tahapan pencapaian kesepakatan antara suami dan istri.
Hasil penelitian Mien Hidayat 2005 secara kualitatif ditemukan bahwa sebagian bapak-bapak yang umumnya pegawai dan berusia relatif muda
mengemukakan proses pembuatan keputusan terhadap kehamilan dilakukan secara musyawarah suami dan istri. Dalam musyawarah tersebut dikemukakan berbagai
solusi pemecahan masalah kemudian si istri diberi wewenang untuk memilih salah satu solusi terbaik menurutnya, suami menopang berbagai aspek dalam pelaksanaan
keputusan tersebut. Bagian lainnya menyatakan bahwa untuk kesehatan kehamilannya, mereka menyerahkan penuh kepada istrinya untuk memutuskan
sendiri apa yang akan ditempuh dalam pemeliharaan kehamilannya, karena merekalah yang paling tahu mengenai masalah tersebut dan apa yang mereka
butuhkan. Dengan syarat apa yang akan diputuskan itu, terlebih dulu diberitahukan kepada suami sebelum dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Karakteristik Ibu 2.6.1. Umur