melaksanakan perannya dengan baik, maka ia akan bisa mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas Anshori dkk, 1997.
Secara alamiah perempuan akan menjadi pendidik pertama dan utama, maka harus diupayakan agar ditingkatkan kualitasnya, diberi dorongan agar perempuan
lebih berdaya dan mandiri. Keberhasilan pemberdayaan perempuan bukannya harus bekerja di luar rumah tetapi ia harus menjadi perempuan yang mandiri, bisa
mendampingi suami, mendidik anak dengan wawasannya yang luas. Jika ia berkarier maka ia mampu menjalankan peran keduanya dengan seimbang Daulay, 2007.
2.2.4. Perbedaan Hak
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang berbeda. Di banyak tempat hak laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan seperti hak waris, hak atas tanah,
hak untuk berbicara, hak untuk mengambil keputusan, hak untuk mendapatkan keuntungan, hak atas informasi dan pendidikan. Pasal 3 Undang - Undang Republik
Indonesia Tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia menyatakan setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia tanpa diskriminasi
Sihite, 2007. Perserikatan Bangsa - Bangsa PBB telah menetapkan konvensi penghapusan
segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on the Elimination of all forms of Discrimination Against Women CEDAW tahun 1979, dan Indonesia
meratifikasinya melalui UU RI No.7 Tahun 1984. Pasal dan rumusan dalam CEDAW dengan tegas menjamin persamaan hak antara perempuan dan laki-laki yakni pasal 9,
hak mendapatkan kesehatan. Hak reproduksi perempuan di Indonesia masih
Universitas Sumatera Utara
dikendalikan oleh tradisi dan adat istiadat yang didominasi kultur patriarki. Dalam menetapkan jumlah anak, jenis kelamin anak, kapan memiliki anak lagi masih dengan
putusan sepihak dan sering mengabaikan aspirasi ataupun kebutuhan perempuan Sihite, 2007.
2.2.5. Perbedaan StatusPosisi
Pendapat orang atau hasil kerja seringkali diukur berdasarkan status. Dalam rumah tangga laki-laki dianggap pemimpin sehingga pendapatnya lebih dihargai
dibandingkan perempuan, karena posisi perempuan yang rendah dibanding laki-laki. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki. Contohnya
dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari yang menempatkan bapak atau anak laki- laki pada posisi yang diutamakan dari pada ibu dan anak perempuan Simatauw dkk,
2001. Kelima perbedaan ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Perbedaan kontrolkuasa dapat menghasilkan perbedaan peran. Perbedaan peran mengakibatkan berbeda kuasa, hak, akses maupun posisi.
2.3.
Ketimpangan Gender 2.3.1. Pengertian Ketimpangan Gender
Ketimpangan gender gender inequalities adalah suatu sistem dan struktur dimana kaum lelaki dan perempuan mempunyai tugas yang berbeda, yang dibentuk
oleh konstruksi sosial setempat Handayani dan Sugiarti,2008. Menurut Sibagariang dkk, 2010 ketimpangan gender adalah adanya perbedaan atau pembatasan yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksi secara sosial yang mencegah seseorang untuk menikmati hubungan antar manusia secara penuh.
2.3.2. Bentuk-bentuk Ketimpangan Gender 2.3.2.1. Gender dan Marginalisasi Perempuan