134
2. Subjek 2 Miwa Woi
Penderitaan – baik ringan maupun berat – tak dapat dihindari dari
kehidupan. setiap penderitaan harus diatasi sekuat mungkin. Tetapi bila ternyata sama sekali tak dapat diatasi, saatnyalah untuk
mengambil sikap yang tepat atas penderitaan itu. Bastaman, 2007
Miwa Woi juga merupakan salah seorang Syarifah yang tinggal di Desa Meuse, Provinsi Aceh. Saat ini usia Miwa Woi teah memasuki tahapan
lanjut usia, yaitu 67 tahun. Sebagai seorang Syarifah tentu Miwa Woi juga sama seperti Cut Hawa, yaitu memiliki berbagai batasan dan aturan sebagai
seorang Syarifah. Keluarga Miwa Woi menerapkan aturan yang ketat perihal pernikahan sekufu’ antara Syarifah dengan laki-laki bergelar Sayyid. Miwa
Woi sangat tidak diperbolehkan untuk menikah dengan laki-laki bukan Sayyid.
Kisah Miwa Woi dimulai sejak ia jatuh cinta pada seorang laki-laki yang berasal bukan dari golongan Sayyid. Miwa Woi kemudian gagal
menikah dengan laki-laki yang ia suka. Lamaran laki-laki itu ditolak oleh orang tuanya, karena ia berasal dari golongan bukan Sayyid. Miwa Woi sedih
dan kecewa saat tahu bahwa ia tidak berjodoh dengan laki-laki yang ia suka. Penderitaan Miwa Woi dimulai sejak ia gagal menikah dengan laki-laki itu
tragic event
. Ia kemudian memutuskan hubungannya dengan laki-laki itu, dan memilih menutup hatinya. Miwa Woi kemudian mengalami kehidupan
yang tidak bermakna
meaningless life
dimana semua laki-laki Sayyid yang datang padanya saat itu ditolak lamarannya tanpa alasan. Miwa Woi tidak
merasa senang dan tidak suka pada orang-orang yang melamarnya. Miwa Woi
Universitas Sumatera Utara
135
kemudian juga sering menjadi bahan pembicaraan tetangga sekitarnya karena di usianya yang sudah tidak lagi muda, ia belum memiliki pasangan hidup.
Subjek cukup menderita dengan kondisinya saat itu
tragic event and meaningless life
. Peristiwa tragis
tragic event
yang dialami oleh Miwa Woi merupakan awal mula keadaan dimana seseorang berada pada tahap
kehidupan tidak bermakna. Bastaman 2007 menyatakan dalam kondisi hidup yang tidak bermakna seseorang tentunya ingin mengubah penderitaan yang
dialaminya dengan keadaan yang lebih baik. Sudah menjadi hasrat dasar manusia untuk memiliki kehidupan bermakna. Bila hasrat untuk hidup
bermakna dapat dipenuhi, kehidupan akan dirasakan berguna, berharga dan berarti
meaningful
. Sumber makna hidup yakni nilai bersikap
attitudinal values
cukup berperan saat kondisi kehidupan Miwa Woi dalam keadaaan tidak bermakna.
Attitudinal values
merupakan sikap menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin
dielakkan lagi Bastaman, 2007. Dalam hal ini, yang diubah bukan keadaannya, melainkan sikap
attitude
yang diambil dalam menghadapi keadaan yang tidak mungkin diubah atau dihindari. Hal ini yang terjadi pada
Miwa Woi. Ia tidak mungkin mengubah keadaan yang tidak menguntungkan baginya, saat ia gagal menikah dengan orang yang ia sukai, dan menjadi bahan
pembicaraan dari tetangga karena statusnya. Miwa Woi kemudian lebih memilih untuk bersabar dengan penderitaan yang dialami.
Universitas Sumatera Utara
136
Sikap menerima dengan penuh ketabahan dapat menimbulkan pemahaman diri
self-insight
akan kondisi diri dan adanya keinginan kuat untuk melakukan perubaha ke kondisi yang lebih baik Bastaman, 1996.
Miwa Woi kemudian menyadari posisinya sebagai seorang Syarifah. Usianya juga sudah tidak lagi muda. Miwa Woi menyadari bahwa keadaan melajang
menjadi pilihan yang baik baginya, dan tidak mau berlarut-larut dalam kehidupan tidak bermakna yang tidak bermanfaat baginya
self-insight
. Miwa Woi kemudian menemukan makna di balik keadaannya yang
berstatus
single
. Makna itu ditemukan saat ayahnya jatuh sakit pada tahun 2000, dan ibunya sakit tahun 2005. Sejak saat itu, subjek begitu bersyukur ia
tidak menikah, dengan begitu ia bisa meluangkan seluruh waktunya untuk menjaga dan merawat kedua orang tuanya saat sakit.
Penemuan makna hidup miwa Woi juga didukung dengan adanya nila-nilai yang dapat mempengaruhi kehidupan hidup bermakna. Nilai tersebut
adalah nilai kreatif
creative values
dan nilai penghayatan
experiential values
. Nilai kreatif merupakan kegiatan berkarya, bekerja, dan melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung
jawab. Pekerjaan dalam nilai kreatif adalah sebuah sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup, dimana
seseorang bersikap positif dan mencintai pekerjaan yang ditekuninya Bastaman, 2007. Pada kasus Miwa Woi, ia juga memiliki pekerjaan yang ia
senangi yaitu sebagai seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Miwa Woi mengaku sangat mencintai profesinya sebagai guru. Ia menemukan kepuasan
Universitas Sumatera Utara
137
tersendiri saat berada di sekolah dan bergaul dengan murid-muridnya. Pekerjaannya sebagai seorang guru juga membuat subjek memiliki
penghasilan sendiri dan tidak bergantung secara finansial terhadap orang lain. Hingga saat ini ia masih mendapatkan gaji pensiun untuk kebutuhan sehari-
hari. Nilai penghayatan
experiential values
juga menjadi sumber makna hidup dalam kehidupan Miwa Woi. Nilai penghayatan merupakan keyakinan
dan penghayatan akan nilai keimanan, keagamaan dan juga cinta kasih dalam kehidupannya Bastaman, 2007. Dalam kehidupan Miwa Woi, ia mampu
menerima dan memberi cinta kasih dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini tampak dari kedekatan subjek dengan murid-muridnya disekolah. Subjek juga
sangat disayangi oleh murid-muridnya, begitu juga sebaliknya. Miwa Woi menyatakan ia sangat menyukai anak-anak. Hal ini membuat Miwa Woi
merasa kehidupannya baik-baik saja meski ia tidak menikah. Berdasarkan pemahaman diri dan penemuan makna hidup, Bastaman
1996 menyatakan bahwa akan timbul perubahan sikap
changing attitude
dalam menghadapi permasalahan yang dialami, yakni dari keadaan yang tidak berdaya berubah menjadi kesediaan untuk lebih berani dan realistis
menghadapinya. Dampak setelah menemukan makna hidup bagi Miwa Woi terlihat dari cara bagaimana ia menyikapi keadaannya
changing attitude
. Miwa Woi ikhlas dan tabah dengan segala kondisi yang menimpanya. Miwa
Woi juga memilih berserah diri kepada Allah SWT dengan segala keadaan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
138
Semangat hidup dan gairah bekerja akan meningkat dan secara sadar akan melakukan berbagai kegiatan bermakna untuk memenuhi makna hidup
yang ditemukan dan tujuan yang sudah ditetapkan. Hal ini merupakan bagian dari tahap realisasi makna hidup Bastaman, 1996. Pada kehidupan Miwa
Woi, beliau menghabiskan seluruh hidupnya untuk bekerja sebagai guru. Miwa Woi juga menjalankan kewajibannya sebagai anak dengan penuh
tanggung jawab. Miwa Woi merawat dan menjaga kedua orang tuanya yang sakit dengan sangat baik. Ia juga lebih memperbanyak kegiatan keagamaan
dengan beribadah kepada Allah SWT. Miwa Woi bahkan sudah beribadah ke Tanah Suci sebanyak dua kali, yakni Haji 2006 dan Umrah 2014.
Tahapan hidup bermakna dapat dilalui dengan baik oleh Miwa Woi. Menurut Bastaman 1996, bila tahap pencarian makna hidup pada akhirnya
berhasil untuk dilalui dapat dipastikan akan menimbulkan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghatan hidup bermakna
the meaningful life
dan kebahagiaan
happiness
sebagai hasil sampingannya. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan Miwa Woi. Miwa Woi merasa puas dengan
kehidupan yang telah ia jalani. Ia tidak pernah menyesali keputusannya untuk hidup melajang, dan mampu untuk menemukan hikmah di balik kondisinya
yang tidak menikah. Miwa Woi juga memiliki semangat hidup yang tinggi. Usianya kini mencapai 67 tahun. Namun ia tampak sehat dan sejahtera. Miwa
Woi memiliki pekerjaan dan punya penghasilan hingga ia pensiun saat ini. Ia merasa puas dan menemukan kebahagiaan sebagai ganjaran dari
Universitas Sumatera Utara
139
kemampuannya menemukan makna hidup dari seluruh pengalaman pahit yang pernah ia alami.
Meski telah mendapatkan kebahagiaan, Miwa Woi masih memiliki harapan untuk selalu di beri kesehatan oleh Allah SWT. Harapan
hope
yang dimiliki oleh Miwa Woi sebagai nilai yang menurut Bastaman 1996 dapat
menjadikan hidup seseorang lebih bermakna. Haparan menjadikan diri yakin akan terjadi hal baik di kemudian hari nantinya. Sebagai seorang wanita yang
sudah memasuki tahapan lanjut usia, tentunya Miwa Woi tidak ingin merepotkan orang lain dengan kondisinya. Miwa Woi juga masih berharap
untuk bisa sekali lagi pergi ibadah Umrah ke Tanah Suci Mekkah. Menurut Bastaman 2007 lansia yang hidupnya bermakna antara lain
digambarkan sebagai orang-orang yang menerima dan bersikap positif dengan keadaannya serta menjalaninya dengan tenang. Miwa Woi adalah salah satu
lansia yang memiliki hidup bermakna. Ia mampu hidup mandiri dan tidak tergantung pada keluarganya. Miwa Woi juga memiliki hubungan yang rukun
dengan sanak familinya. Ia memiliki teman dan lingkungan di luar keluarga tempat berkomunikasi dan bergaul. Kondisi kesehatannya juga terjaga dengan
baik. Dalam usianya yang lanjut Miwa Woi memiliki harapan dirinya akan menjadi lebih baik dan bersedia memperbaiki diri. Hasrat Miwa Woi menjadi
orang yang berguna dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya pada lingkungan sekitarnya. Miwa Woi juga selalu berusaha meningkatkan iman
dan takwanya kepada Allah SWT.
Universitas Sumatera Utara
140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan yang menjawab permasalahan penelitian. Bab ini juga mengemukakan saran praktis dan saran metodologis yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi penelitian dengan tema makna hidup dalam konteks kebudayaan.
A. KESIMPULAN
1. Kedua subjek dapat melewati tahapan pencarian makna hidup dengan baik
sehingga keduanya mendapatkan hidup yang bermakna. Namun ada perbedaan antara subjek 1 dan subjek 2. Subjek 1 merasa kehidupannya
lebih bermakna melalui keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Kehidupannya menjadi lebih baik saat ia melakukan kegiatan beribadah,
baik melalui Shalat, mengaji, berdzikir dan kegiatan keagamaan lainnya. Subjek 2 menemukan makna hidup ketika kedua orang tuanya jatuh sakit.
Subjek merasa bersyukur ia tidak menikah, dengan kondisinya yang melajang subjek bisa meluangkan seluruh waktunya untuk menjaga kedua
orang tuanya yang sakit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan juga bahwa meskipun kedua subjek berasal dari
keturunan yang sama, namun terdapat perbedaan sumber makna hidup yang paling berperan dalam kehidupan kedua subjek. Memenuhi salah satu
sumber makna hidup bisa menjadi pemicu untuk mendapatkan kehidupan
Universitas Sumatera Utara