Rangkuman Hasil Wawancara Subjek 2 a. Hasil Observasi

105 sangat nyaman dengan proses wawancara, dan sempat menolak menjawab pertanyaan. Hal ini terjadi pada awal wawancara, namun akhirnya subjek menjawab sendiri pertanyaan yang dihindarinya, subjek juga menepuk bahu peneliti dengan tertawa menyatakan bahwa ‘semua rahasianya terbongkar sudah’, namun subjek tidak terlihat marah maupun kesal, melainkan subjek senang dan tertawa. Subjek juga tampak memilin-milin ujung lengan bajunya saat wawancara berlangsung, dan menutup sebagian wajahnya saat sedang tertawa. Awalnya peneliti merasa bahwa subjek tidak nyaman dengan proses wawancara, namun ternyata memang hal tersebut menjadi khas subjek, sejak wawancara pertama hingga wawancara terakhir subjek memang sering memilin-milin ujung lengan bajunya, dan tidak menunjukkan kecemasan dari gerak-geriknya. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa memang subjek suka memainkan ujung lengan bajunya, karena hal ini terjadi baik saat wawancara berlangsung maupun ketika wawancara telah selesai. Wawancara sempat terganggu saat datangnya tamu kerumah adik subjek, dan adanya beberapa ekor ayam yang memakan bunga-bunga subjek, sehingga subjek sibuk mengusir ayam-ayamnya.

b. Rangkuman Hasil Wawancara

Miwa Woi adalah seorang Syarifah yang lahir pada tahun 1947 di Desa Meuse, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Usia subjek saat ini telah Universitas Sumatera Utara 106 memasuki tahapan lanjut usia, yakni 67 tahun. Sebutan ‘Miwa’ dalam bahasa Aceh berarti panggilan yang ditujuan kepada orang yang lebih tua dari Ibu kita BundaBude. Subjek mulai bersekolah pada tahun 1952, di SRI Sekolah Rendah Islam selama 7 tahun, kemudian subjek melanjutkan sekolahnya selama 4 tahun di SMI pada tahun 1959. Subjek lulus dari SMI pada tahun 1963, dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan yaitu PGA Pendidikan Guru Agama selama 4 tahun. Subjek kemudian lulus dari PGA pada tahun 1967. Setelah lulus subjek mulai bekerja sebagai tenaga pengajar dan menjadi guru bakti selama 11 tahun lamanya. Subjek kemudian menerima SK Surat Keputusan pengangkatan sebagai PNS Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1979 dan ditempatkan sebagai tenaga pengajar di MIN Matang Kuli, Aceh Utara. Subjek menetap di Matang Kuli selama 5 tahun, dan kemudian pindah sekolah ke kampung halamannya yaitu MIN Krueng Panjoe, Kabupaten Bireuen pada tahun 1987 dan mengabdikan dirinya di sekolah tersebut hingga subjek pensiun pada tahun 2007. Subjek merupakan anak keenam dari 13 bersaudara. Saat ini lima saudara kandung subjek telah meninggal dunia. Ayah subjek juga telah meninggal pada tahun 2000 karena sakit, sedangkan ibu subjek meninggal pada tahun 2011 setelah terbaring sakit sejak tahun 2005. Subjek berdomisili di tempat kelahirannya, yakni Desa Meuse, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Subjek menempati rumah peninggalan orang tuanya yang berdekatan dengan rumah adik bungsu subjek. Subjek telah menunaikan ibadah Haji pada Universitas Sumatera Utara 107 tahun 2006 dan kembali ke Tanah Suci pada tahun 2014 untuk beribadah Umrah. Setelah pensiun subjek hanya menetap dirumah dan lebih banyak beribadah. Menurut subjek, syarifah berarti kemuliaan. SayyidSyarifah merupakan golongan yang berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW. Namun, subjek mengaku bahwa ia tidak tahu persis bagaimana silisilah keturunan SayyidSyarifah. Berikut penuturan subjek. Syarifah itu mulia artinya kan, keturunan dari Rasulullah. Ada kemarin itu orang pidato disini kan, beliau cukup tau darimana asal keturunana Rasulullah, dari cucu Rasulullah yang keberapa gitu. Karena katanya Rasulullah kan nggak ada anaknya, dari cucunya. Itulah Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein kan pernah berkeluarga. Tapi tidak punya keturunan juga. Tapi itulah gimana. Orang yang pidato itu yang tahu persis, tahu gimana silsilahnya. Itulah ada juga miwa suruh cari, miwa minta bukunya, cuma belum miwa dapat. Kalau beliau bilang keturunan Rasulullah darimana asalnya, sampai ke kami beliau tahu. Apalagi kami keturunan Sayyid banyak marganya. W1.R2.Meuse.21Mar14.K.B2-14.H1 Golongan SayyidSyarifah memiliki berbagai macam marga seperti Al-Habsyi, Al Aydrus dan lainnya. Subjek sendiri berasal dari marga Al Habsyi. Menurut subjek, setiap marga memiliki kekhasan tersendiri yang membedakan antara satu marga dengan marga yang lain. Ada marga Alatas, marga Al Aydrus, marga Al-Habsyi. Kalau kami disini Al-Habsyi. Gitu. W1.R2.Meuse.21Mar14.J.B19-22.H1 Universitas Sumatera Utara 108 Kalau Al-Habsyi mencontoh dari Rasulullah katanya, karena Rasulullah kan miskin, kalau keturunan kami semua miskin, nggak ada yang kaya, gitu. Kalau Al Aydrus banyak orang kaya. W1.R2.Meuse.21Mar14.J.B16-17.H1 Subjek menyatakan saat ini tidak ada perbedaan lagi antara golongan Syarifah maupun yang bukan seorang Syarifah. Namun, pada saat Subjek muda dulu, perbedaan yang sangat mendasar terletak pada sistem pernikahan seorang Syarifah. Para Syarifah sangat tidak dibolehkan untuk menikah dengan laki-laki dari golongan yang bukan Sayyid. Hal ini dikarenakan golongan SayyidSyarifah memiliki derajat yang lebih tinggi dari golongan yang lain. Makruh hukumnya jika seorang laki-laki non-Sayyid menikah dengan para Syarifah. Gini bedanya kan, misalnya kayak miwa ini kan. Yang lamar kalau bukan orang Sayyid, waktu masa miwa muda dulu, gak boleh. W1.R2.Meuse.21Mar14.L.B56-58.H3 Karena bukan seketurunan katanya. W1.R2.Meuse.21Mar14.A1.B72.H3 Keturunan kita orang baik-baiklah. Padahal mana ada kan. Sama juga. Kalau orang zaman dulu, kalau kita menikah dengan yang bukan Sayyid, katanya Makruh. W1.R2.Meuse.21Mar14.M.B74-76.H3 Selain itu, para SayyidSyarifah zaman dahulu memiliki keutamaan yang disebut oleh subjek ‘keramat’ asal kata bahasa Arab dari ka ramah . Makna keramat bisa dikatakan bahwa akan ada hal buruk yang menimpa Universitas Sumatera Utara 109 seseorang jika ia memiliki niat yang tidak baik terhadap SayyidSyarifah. Subjek menceritakan pengalaman Kakek Habib yang ingin dicuri tebunya di kebun, apa yang dilakukan si pencuri kemudian ketahuan Habib. Berikut cerita subjek mengenai pencurian tebu. Ada juga kejadian kan, semasa masih ada Kakek Habib Miwa. Kejadiannya di Dayah BaleTempat pengajian waktu itu. Di pekarangan Dayah waktu itu ditanam banyak batang tebu. Tebu semua ditanam di sekeliling dayah. Jadi suatu pagi buta datang seseorang ke dayah itu, motong batang tebu-tebu itu. Setelah menebang batang tebu itu, sewaktu mau keluar, malah nggak tau jalan keluar dari pekarangan tersebut. Akhirnya orang yang mau mencuri tebu itu berkeliling mengelilingi pekarangan Dayah, nggak tahu jalan keluar. Itu batang tebu sudah di gendong mau di bawa, putar orang itu, keliling seluruh pekarangan dayah itu. Kemudian datanglah Kakek Habib Miwa, ditanya sama Kakek Habib, ‘Kenapa kamu berputar-putar di situ?’ ‘Saya mengambil tebu Habib, jadinya nggak tahu jalan untuk keluar.’ ‘Ee.. kenapa nggak minta dulu jadi? Ini kan pintu pagar untuk keluar.’ ‘Nggak Nampak saya lihat Habib’. Begitu ceritanya. W2.R2.Meuse.29Mar14.N.B1245-1262.H41-42 Subjek sebagai seorang Syarifah tentunya memiliki aturan yang sama dengan Syarifah lainnya, yaitu tidak boleh menikah dengan laki-laki dari golongan biasa. Penderitaan subjek bermula saat ia menyukai seorang laki- laki yang berasal dari golongan biasa. Subjek bercerita bahwa semasa ia masih menempuh pendidikan di PGA, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang membuat subjek jatuh cinta. Awal pertemuan terjadi di sebuah kereta api saat subjek pulang sekolah. Ketika itu tidak ada tempat duduk kosong di dalam kereta api, sehingga subjek terpaksa berdiri. Seorang laki-laki yang tepat berada di sebelah subjek tiba-tiba bangun dan menawarkan subjek untuk menempati tempat duduknya. Universitas Sumatera Utara 110 Laki-laki itu kemudian memilih berdiri dan berganti posisi dengan subjek. Sejak itu subjek berkenalan dengan laki-laki yang menawarkannya tempat duduk. Pertemuan subjek dengan laki-laki yang menawarkannya tempat duduk kemudian berlanjut. Subjek kemudian mengetahui bahwa laki-laki itu bukan berasal dari golongan Sayyid, namun subjek tidak peduli dengan hal tersebut. Subjek berkomunikasi dengan laki-laki itu dengan saling berkirim surat. Setelah lulus PGA, subjek menyatakan pada laki-laki yang saat itu sudah menjadi teman dekatnya bahwa subjek telah lulus, dan sudah pulang kampung. Laki-laki itu kemudian berniat untuk datang kerumah subjek dengan orang tuanya untuk melamar subjek. Subjek sangat malu untuk menceritakan perihal niat baik laki-laki itu pada orang tuanya. Subjek bahkan tidak pernah menceritakan bahwa ia sedang dekat dengan seorang laki-laki. Orang tua subjek mengetahui bahwa akan ada yang datang melamar subjek dari tetangga subjek yang kebetulan adalah saudara dekat dari laki-laki itu. Hari lamaran pun tiba, subjek memilih untuk pergi dari rumah, karena ia sangat malu. Orang tua subjek tetap menyambut laki-laki itu dengan sangat baik. Laki-laki tersebut berasal dari keluarga bukan Sayyid. Orang tua subjek masih sangat memegang aturan bahwa seorang Syarifah haruslah menikah dengan Sayyid. Oleh karena itu, Orang tua subjek kemudian menolak secara halus lamaran laki-laki itu, dengan alasan bahwa subjek masih sangat muda untuk menikah. Universitas Sumatera Utara 111 Waktu itu, datang kerumah, Cuma ya langsung dibilang juga, Ummi nggak mau, apalagi baru tamat sekolah, jangan buru-buru, baru tamat sekolah gitu. Itu alasannya. W1.R2.Meuse.21Mar14.A1.B533-536.H19 Orang tua subjek masih sangat menerapkan aturan bahwa seorang Syarifah harus menikah dengan Sayyid. Namun, menurut pengakuan subjek Ibu subjek yang sangat menentang pernikahan dengan golongan bukan Sayyid, sedangkan, Ayah subjek tidak memaksakan subjek untuk harus menikah dengan Sayyid. Bagi ayah subjek yang terpenting adalah agamanya. Kalau Walid nggak masalah. Walid baik, boleh sebenarnya sama Walid, Ummi yang memang nggak boleh. W1.R2.Meuse.21Mar14.A1.B631-635.H22 Subjek kemudian mengetahui bahwa lamaran laki-laki yang ia sukai ditolak oleh orang tuanya dari tetangga subjek. Hal ini merupakan suatu pengalaman pahit bagi subjek tragic event . Subjek merasa sangat sedih dan kecewa. Namun kekecewaan subjek tidak berlangsung lama, karena ada masalah baru yang datang setelah kejadian itu. Ditunggu sama saudara dia itu. Ditunggu miwa berangkat sekolah. Buat bilang, ‘gak jodoh kalian berdua, sudah ditolak sama Ummi kamu.’ ‘Ya sudah, mau gimana lagi’ gitu miwa jawab. W1.R2.Meuse.21Mar14.A1.B588-591.H20 Sedih. tertawa Sedih, kecewa. Tapi nggak lama kecewanya. Karena berlanjut dengan orang yang pernah miwa cerita kan, yang tua itu. Itu, Universitas Sumatera Utara 112 lanjut dengan kejadian sama orang tua itu. Langsung datang orang lain, yang orang tua itu kerumah, mau melamar. W2.R2.Meuse.29Mar14. A2.B1573-1577.H51 Beberapa waktu setelah lamaran laki-laki yang subjek sukai ditolak, subjek kembali didatangi oleh dua orang laki-laki paruh baya. Mereka datang untuk melamar Subjek, yang kebetulan salah satu dari laki-laki tersebut adalah orang yang subjek kenal. Subjek sering pergi berobat pada laki-laki tersebut. Subjek menyebut laki-laki itu Tengku. Tengku tersebut datang kerumah subjek membawa temannya yang berniat untuk meminang subjek. Kedatangan mereka disambut baik oleh Ayah subjek. Kebetulan saat itu ibu subjek sedang tidak ada dirumah. Subjek ketakutan saat itu, karena ia tidak mau menerima lamaran tersebut tragic event . Subjek kemudian memilih untuk lari dan bersembunyi. Subjek kemudian pulang saat dua orang laki-laki tersebut pulang. Sebelum memutuskan untuk pulang, dua orang laki-laki tersebut mencoba mengejar dan mencari subjek, namun sia-sia. Saat itu subjek berpikir bahwa mereka memiliki niat yang kurang baik terhadap dirinya. Sejak kejadian itu, subjek mulai merasakan sakit yang tidak wajar. Subjek kemudian sakit selama beberapa waktu, dan menjalani berbagai pengobatan, mulai pengobatan medis hingga alternatif. Subjek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh, namun dengan segala usaha yang ia jalani, ia bisa sembuh melalui pengobatan alternatif orang pintar. Terkejut miwa, apa nggak terkejut, karena nggak tau. Tiba-tiba muncul. Jadi waktu datangkan, Walid sudah tahu sebelumnya. Sudah Universitas Sumatera Utara 113 persiapkan makan siang, masak nasi, untuk tamu. Tamu yang sudah tua itu. Di suruh sama Walid kan. Ummi nggak ada waktu itu, sudah pergi ke Blang Me, kakak sakit, baru melahirkan. Setelah selesai masak, dibilang ada tamu datang. Sewaktu tamunya datang, miwa lihat tamu yang datang, rupanya tengku yang biasa datang kerumah. Bahkan miwa berobat sama beliau. Memang tempat berobat orang pintar. Waktu miwa lihat, rupanya nggak sendiri datang, tapi ada temannya lain yang ikut serta. Waktu itu, miwa duduk di dapur, langsung turun beliau itu ke dapur, untuk panggil miwa, disuruh kedepan, untuk kenalan sama temannya. W2.R2.Meuse.29Mar14.A1.B1585-1599.H51-52 Itulah tengku yang biasa kerumah itu. Panggil miwa ke dapur. Di bilang sama kakak miwa ‘Nggak usah kedepan aja Woi, nggak usah kenalan, itu mereka datang mau melamar kamu’ kata kakak miwa git u, ‘mereka datang untuk melamar kamu, nggak perlu kedepan, untuk salam, nanti kamu bisa suka pula’. Kemudian, ketika tamu sedang bicara, miwa lari. Miwa melarikan diri. Sampai tamu itu nyari miwa. Miwa lari, diikuti, dicari miwa kemana-mana. Berarti kan nggak baik niat mereka. Itulah. Tapi nggak bisa menemukan miwa. Nggak ketemu dicari. Ya akhirnya tamu itu makan di rumah, kan ada disediakan nasi sama kakak miwa. Makan, setelah makan-makan, setelah menunggu lama, akhirnya pulang mereka, manalah sanggup menunggu lama dirumah, kemudian pergi kerumah dekat sini, dulu ada rumah Bunda dekat rumah Miwa. Mereka kesitu untuk cari miwa, tetap nggak ketemu juga. Pulanglah mereka. Setelah makan siang, baru mereka pulang, setelah mereka pulang, baru miwa pulang kerumah terbatuk. Ditanya sama Walid kan, sambil bercanda tanyanya ‘kemana kamu tadi?’ Nggak kemana-mana miwa jawabkan. ‘Kenapa kamu lari jadi? Bodoh kali…’ kata Walid kan, ‘maunya kalau nggak suka, bilang nggak mau, ngapain lari, capek aja.’ Nggak ada miwa jawab apa-apa. Langsung duduk makan siang miwa, rame- rame, sama keluarga dirumah. Ada beberapa waktu kemudian, setelah kejadian itu, mulai sakit-sakit miwa. Nggak tau pun gimana udah, sakit-sakitan. Itu miwa sudah mulai pergi berobat ke orang pintar kesana, kemari. Di antar sama Pakwa Yen Suami Miwa Mai, adik subjek. Beliau yang bawa miwa, antar berobat kemana-mana. Kemudian sembuh miwa, sakitlah orang tua tadi yang mau menjodohkan miwa. W2.R2.Meuse.29Mar14. A1.B1601-1635.H52-53 Universitas Sumatera Utara 114 Setelah kejadian tersebut banyak Sayyid dari berbagai daerah di Aceh mendatangi subjek untuk melamarnya. Namun, tidak ada satu orang pun yang menarik hati subjek. Semua subjek tolak, karena subjek tidak merasa suka pada mereka meaningless life . Subjek sendiri mengaku tidak mengerti mengapa ia tidak merasa senang saat ada yang melamarnya, bahkan memilih untuk menolak Sayyid-sayyid yang datang melamarnya meaningless life . Subjek merasa hampa dengan keadaannya dan memiliki kehidupan yang tidak bermakna. Nggak ada, miwa langsung tolak gitu, jadinya orang itu nggak pernah datang lagi. W1.R2.Meuse.21Mar14.rA2.B608-609.H21 Para Sayyid yang datang untuk melamar sebagian besar masih saudara jauh subjek. Mereka datang dari berbagai daerah, seperti Monkeulayu, Beurawang, dan Blang Panjoe. Beberapa dari mereka kecewa karena subjek tidak menerima lamaran. Mereka bahkan tidak mau lagi bersilaturrahmi ke rumah subjek, dan menyatakan pada orang-orang bahwa subjek tidak mau menerima mereka karena mereka bukan seorang guru, tidak berpendidikan, sedangkan subjek seorang guru, orang yang memiliki pendidikan tragic event . Subjek tidak menanggapi hal tersebut, karena subjek tidak pernah berpikir menolak lamaran Sayyid karena status pendidikan atau ekonominya, tapi memang subjek tidak suka. Berikut pernyataan subjek. Gimana yah, nggak tahu bilangnya. Nggak ada alasan. Langsung miwa bilang, cari lain saja, sedangkan orang itu anggapan juga lain, karena miwa seorang guru, gitu. Manalah mau dengan mereka, bukan Universitas Sumatera Utara 115 guru, gitu anggapan mereka. Padahal miwa nggak ingat pun seperti itu. Lagipun apalah guru saat itu, belum pengangkatan miwa. W3.R2.Meuse.5Apr14.A2.B2873-2879.H92 Awalnya subjek tidak berniat untuk tidak menikah, ia masih berencana untuk memiliki pendamping hidup dan membina rumah tangga. Namun lama kelamaan, umur subjek semakin bertambah, dan subjek mulai berpikir untuk hidup sendiri dan tidak menikah. Selamaa... Sudah lama. Saat awal dulu ada ingat miwa, saat baru-baru yang nggak jadi karena ditolak sama Ummi. W3.R2.Meuse.5Apr14.B1.B2850-2852.H91 Cuma lama-lama, nggak terpikir lagi. Andai pun datang orang kesini melamar, sudah nggak ada rencana lagi miwa. W3.R2.Meuse.5Apr14.B2.B2852-2854.H91 Subjek mengetahui bahwa ia adalah seorang Syarifah tidak mungkin baginya untuk menikah dengan bukan Sayyid tahap pemahaman diri self- insight . Hidup terus berlanjut, dan subjek tetap bertahan dengan keadaannya. Subjek memilih bersabar dengan keadaannya saat itu. Ia juga tidak menyesali keputusannnya untuk hidup sebagai single dan bersikap positif dengan kehidupannya changing attitude . Setiap hari subjek menyibukkan diri untuk bekerja sebagai seorang guru. Ia melakukan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan semangat. Subjek mengaku sangat senang dengan profesinya. Ia sangat suka jika sudah ke sekolah dan bertemu murid-muridnya. Murid-murid subjek juga sangat menyayangi subjek. Hingga saat subjek tidak masuk sekolah, murid Universitas Sumatera Utara 116 subjek juga ikut tidak mau masuk sekolah. Orang tua murid tersebut bahkan harus mendatangi subjek untuk membujuk anaknya agar mau sekolah. Saat ditanya apa alasan ia tidak sekolah, murid itu menjawab ia tidak ingin sekolah jika subjek tidak ke sekolah. Saat itu subjek masih bertugas di Matang Kuli. Hal ini menunjukkan bahwa subjek menemukan sumber makna hidup melalui kemampuan memberi dan menerima cinta kasih dari orang sekitarnya experiential values . Sampai datang orang tua murid kerumah bilang ke miwa, anaknya nggak mau kesekolah misalnya gak ada miwa, gitu katanya. Miwa bilang kan sama juga dengan yang guru yang lain. Datang orang tua murid bawa anaknya juga kerumah miwa. ‘Kenapa gak mau sekolah’ miwa Tanya sama anaknya, ‘Gak ada ibu’ ‘ibu yang lain kan ada’ ‘gak mau’ gitu katanya. Sebab miwa pun, selalu ngajar kelas 1. W1.R2.Meuse.21Mar14.D.B283-290.H11 Subjek kemudian pindah sekolah dari Matang Kuli ke kampung halamannya dan mengajar di MIN Krueng Panjoe. Subjek mengabdi di MIN Krueng Panjoe hingga ia pensiun. Sejak awal pengangkatan subjek mengajar di kelas 1, karena menurut kepala sekolahnya, subjek sangat mampu menangani murid-murid kelas 1. Subjek bekerja dengan ikhlas, sehingga semua muridnya menyayangi subjek. Subjek sangat mencintai pekerjaannya creative values . Hal tersebut membuat subjek tidak merasa kesepian dengan keadaannya yang belum menikah saat itu. Subjek mendapatkan hikmah dari keadaannya yang memilih tidak menikah saat orang tuanya sakit. Subjek menemukan makna hidupnya ketika itu tahap penemuan makna hidup. Ia merasa beruntung ia bisa merawat Universitas Sumatera Utara 117 kedua orang tuanya saat tua. Subjek tidak sedikitpun menelantarkan orang tuanya yang sakit di akhir hidup mereka. Iya, makanya waktu duduk-duduk termenung miwa, ingat miwa, untungkan, Alhamdulillah gak miwa menikah, kalau nggak udah sibuk dengan anak. W1.R2.Meuse.21Mar14.C.B841-843.H28 Sudah sibuk dengan yang lain. Alhamdulillah, sempat merawat orang tua. W1.R2.Meuse.21Mar14.E2.B845-846.H28 Subjek merawat ayahnya sangat baik sebelum beliau meninggal pada tahun 2000. Ketika itu, subjek masih bekerja menjadi guru. Ayah subjek menderita sakit parah, setiap pulang sekolah subjek menghabiskan waktunya untuk merawat orang tuanya. Ayah subjek juga tidak mau jika dirawat oleh orang lain. Jika adik atau abang subjek yang merawat, pasti ayah subjek menanyakan subjek, dan meminta adikabang subjek untuk memanggil subjek. Bahkan ayah subjek tidak mau jika yang membantunya berwudhu bukan subjek. Walid sakit, ketahan air seni, apa, prostat. Sakit Walid dulu. Itu saat berwudhu, harus miwa yang wudhu’kan. Misalnya di wudhu’kan sama miwa Mai kan, ditanya ‘Kak Woi mana?’ ‘Kan boleh saya yang wudhukan sesekali’ ‘tapi lebih baik si Woi, panggilkan ya’. Gitu. W1.R2.Meuse.21Mar14.D.B685-689.H23-24 Subjek juga sempat merawat ibunya sebelum meninggal tahun 2011. Ibu subjek sakit sejak tahun 2005. Sejak itu, ibu subjek hanya bisa berbaring di tempat tidur tanpa bisa melakukan apapun. Ketika ibu subjek sakit, subjek Universitas Sumatera Utara 118 sudah pensiun dari pekerjaannya, sehingga waktu subjek sepenuhnya diberikan untuk merawat ibu subjek. Sejak sakit, ibu subjek tidak pernah berbicara dan melakukan apapun, beliau hanya bisa berbaring sepanjang waktu. Subjek juga merawat ibunya dengan sangat baik. Selama lima tahun terbaring sakit, tidak sedikit pun tubuh ibu subjek lecet atau pun luka. Berat badan ibu subjek juga stabil, sama seperti saat ibu subjek belum sakit. Setiap hari subjek membersihkan tubuh ibunya, menjaga pola makan, dan membuat berbagai makanan yang mudah ditelan oleh ibu subjek, seperti agar-agar, jus buah, dan macam-macam bubur. Subjek sangat bersyukur ia tidak menikah, dengan begitu ia bisa meluangkan seluruh waktunya untuk menjaga ibunya. Hal tersebut menunjukkan subjek memasuki tahap realisasi makna dimana subjek melakukan aktivitas kehidupan bermakna bagi dirinya dan orang disekitarnya. Untungnya, dengan tidak menikah, sampai Ummi meninggal miwa sempat jaga Ummi. Ada yang jaga. Ingat juga miwa, menyesal juga, andai miwa menikah, siapa yang jaga Ummi, kayak gitu miwa mikir. W1.R2.Meuse.21Mar14.C.B642-646.H22 Di kamar terus. Saat itu dah sakit, tidur terus. Kalau nggak ada kita bangunkan, nggak bangun. Itu mandikan Ummi seminggu sekali miwa mandikan, kalau nggak paling lap aja. Sayang juga kalau diangkat- angkat selalu kan. Seminggu sekali, asal uda hari minggu uda miwa mandikan. Kalau nggak, waktu pagi selesai miwa suap makan, miwa lap aja. Kalau ada miwa Mai, dilap sama Miwa Mai. Harus jaga waktu. Ini udah jam berapa, Kalau sudah jam 10 kan, disuap minum, makan roti 2 potong. Rotinya roti anak bayi miwa kasih. Nasi pun nasi bayi, nasi Sun itu yang di suapkan. Nasi biasa memang udah nggak bisa makan lagi, meski uda kita blender, payah ditelan. Padahal miwa blender buah, buah wortel, masukkan ini itu, blender, saring, untuk Universitas Sumatera Utara 119 disuap, tapi nggak bisa ditelan juga. Akhirnya miwa coba kasi nasi Sun itu. Saat tsunami kan banyak kali dibagi Nasi itu kan. W1.R2.Meuse.21Mar14.D.B726-742.H25 Ya. Nggak turun berat badan. Makanya keluarga pada heran, gak lecet juga, tidur-baring gitu sampai 5 tahun. Itulah makanya miwa bilang baik dirawat, harus baik kali kita rawat. Kalau ada orang tua, misalnya adek-adek sepupu kalau datang kesini, miwa nasehatkan, ketika sakit mama kamu, miwa bilang, waktu setelah buang air, kita jaga waktu, asal udah pipis, langsung kita bersihkan, lap, dah kering, terus tabur bedak. Gitu miwa ajarkan mereka. Entah dipercaya atau nggak, nggak tau, yang penting uda kita nasehatkan. W1.R2.Meuse.21Mar14.D.B811-820.H27 Subjek mengaku sangat puas dengan kehidupannya, ia bekerja ditempat yang ia senangi yaitu menjadi seorang guru, memiliki penghasilan sendiri hingga pensiun, dapat menjaga dan merawat kedua orang tuanya semasa mereka tua, dan sudah menunaikan ibadah Haji dan Umrah. Subjek juga memiliki orang-orang yang ia sayangi dan menyayanginya, sehingga subjek bahagia dan puas dengan apa yang ia miliki sekarang meski ia tidak memiliki pendamping hidup. Hal ini menunjukkan bahwa subjek mampu menemukan makna hidupnya dibalik penderitaannya tidak memiliki pasangan hidup. Subjek juga mampu mencapai kebahagian atas kehidupan yang telah Ia jalani, sehingga tidak ada perasaan hampa dan putus asa dalam kehidupan subjek. Tahap penemuan makna hidup telah subjek lalui dengan baik. Subjek memiliki kehidupan yang penuh makna dan bahagia dengan kehidupannya. Namun subjek masih memiliki harapan yang masih ingin dicapai hope values . Subjek berkeinginan untuk bisa sekali lagi pergi ke Tanah Suci untuk Universitas Sumatera Utara 120 beribadah Umrah, subjek juga berharap ia akan selalu diberi kesehatan agar ia bisa selalu beribadah kepada Allah SWT. Subjek sudah berusia 67 tahun, tentunya terkadang subjek sempat berpikir andai saja ia memiliki anak. Tentunya saat subjek sakit akan ada yang merawat subjek. Subjek tidak ingin merepotkan orang lain, meski ia sudah tua. Namun subjek langsung mengingat Allah SWT, bahwa Allah akan ada selalu bersamanya. Subjek tidak menyesali dan sedih dengan kehidupannya, ia merasa bahagia. Rekapitulasi Data Subjek 2 Tabel 5. Rekapitulasi Analisa Data Proses Pencarian Makna Hidup Subjek II Miwa Woi No Tahapan Penemuan Makna Hidup Gambaran 1 Tahap Derita - Aturan sebagai Syarifah tidak boleh menikah dengan laki-laki non-Sayyid - Subjek pernah mneyukai laki-laki dari golongan biasa saat sekolah PGA - Subjek gagal menikah karena tidak dibolehkan oleh orang tuanya menikah dengan laki-laki dari golongan biasa - Orang tua subjek menolak lamaran laki-laki yang subjek sukai - Subjek kecewa saat mengetahui bahwa orang tuanya menolak lamaran laki-laki yang ia sukai - Subjek tidak menikah hingga usianya 67 tahun - Subjek memilih menolak lamaran ketika para Sayyid melamarnya - Para Sayyid yang ditolak oleh subjek marah kepada subjek - Subjek dicemoohi oleh tetangga sekitarnya mengenai statusnya yang belum menikah Universitas Sumatera Utara 121 2 Tahap Penerimaan Diri - Subjek pasrah dengan keadaannya yang belum menikah, dan umur subjek yang tidak lagi muda - Subjek menyadari posisinya sebagai seorang Syarifah - Subjek bersabar dengan keadaannya - Subjek memilih untuk tidak menikah dan hidup sendiri - Subjek tidak menyesali keadaannya - Subjek memilih tidak marah maupun dendam pada orang yang mencemoohnya 3 Tahap Penemuan Makna Hidup - Subjek menemukan hikmah dibalik kondisinya yang masih melajang saat orang tuanya jatuh sakit - Subjek merasa beruntung dan sangat bersyukur tidak menikah karena dapat memberikan seluruh waktunya untuk menjaga orang tuanya 4 Tahap Realisasi Makna Hidup - Subjek menghabiskan seluruh hdupnya untuk bekerja sebagai guru - Subjek menjalankan tugasnya sebagai anak untuk menjaga dan merawat orang tuanya dengan sangat baik - Subjek mampu melakukan ibadah ke Tanah Suci sebanyak dua kali Haji dan Umrah 5 Tahap Kehidupan Bermakna - Subjek merasa puas dengan kehisupan yang ia jalani - Subjek bisa menjaga kedua orang tuanya saat mereka lanjut usia - Subjek tidak pernah menyesal dengan pilihannya untuk melajang, dan mampu menemukan hikmah dari keadaannya yang tidak menikah - Subjek mendapatkan kebahagiaan dari kehidupan yang sudah ia jalani Universitas Sumatera Utara 122 Tabel 6. Rekapitulasi Data Sumber Makna Hidup Subjek 2 Miwa Woi No Sumber Makna Hidup Gambaran 1 Creative Values - Subjek memiliki pekerjaan yang ia senangi yaitu sebagai guru, dan ia mengaku senang dengan profesinya 2 Experiential Values - Subjek disayangi oleh anak murid-muridnya - Subjek memiliki saudara dan keponakan yang ia sayangi - Subjek pecaya bahwa segala sesuatu yang terjadi padanya karena Allah Ta’ala 3 Attitudinal Values - Subjek sabar dan tidak putus dengan penderitaan yang ia hadapi 4 Hope Values - Subjek memiliki harapan untuk selalu sehat, dengan sehat ia bisa beribadah kepada Allah SWT dan tidak menyusahkan orang disekitarnya - Subjek masih ingin sekali lagi pergi beribadah Umrah Universitas Sumatera Utara Bagan 5. Pohon Masalah Proses Pencarian Makna Hidup Subjek 2 Proses Pencarian Makna Hidup pada Wanita Aceh bergelar Syarifah Tahap Derita Tragic events → Aturan sebagai Syarifah tdk boleh menikah dg laki-laki non-Sayyid → Subjek pernah menyukai laki-laki biasa → Gagal menikah karena tidak boleh oleh orang tua → Subjek kecewa saat tahu bahwa orangtuanya menolak lamaran laki-laki yang ia suka → Tidak menikah hingga usia 67 tahun → Dicemoohi oleh tetangga sekitar karena masih single Meaningless life → Subjek tidak suka dan senang saat ada yang melamarnya → Memilih menolak lamaran para Sayyid yang datang Attitudinal Values subjek memilih untuk bersabar dg penderitaan yag dialami Pemahaman Diri → Sadar bahwa ia adl seorang Syarifah → Menyadari hidup melajang lebih baik Tahap Penemuan Makna Hidup → Subjek menemukan hikmah dibalik kondisinya yang masih melajang saat orang tuanya sakit → Subjek bersyukur ia tidak menikah dan bisa memberikan seluruh waktunya untuk menjaga kedua orang tuanya Creative Values subjek memiliki pekerjaan sbg guru yang ia sukai Experiential Values subjek memiliki orang- orang yang sayang padanya percaya sgl sesuatu terjadi padanya karaena Allah Ta’ala Changing Attitude → Memilih untuk bersabar → Tidak menyesali keadaannya → Memilih untuk tidak menikah dan melajang → Pasrah dg keadaan dan umurnya yang sudah tua Tahap Realisasi Makna Hidup → Subjek bekerja sbg guru → Menjalankan tugasnya sbg anak utk menjaga kedua orang tuanya dg baik → Beribadah ke Tanah Suci Tahap Kehidupan Bermakna → Puas dengan kehidupan yang subjek jalani → Bisa menjaga dan merawat kedua orang tuanya → Tidak menyesali pilihannya utk melajang Bahagia Hope Values Subjek berharap selalu sehat agar bisa beribadah kepada Allah SWT, tidak ingin menyusahkan org disekitarnya, dan ingin pergi umrah sekali lagi Universitas Sumatera Utara 124 Bagan 6. Gambaran Singkat Proses Pencarian Makna Hidup Subjek 2 Tragic Events Meaningless Life Sumber Makna Hidup Attitudinal values Pemahaman Diri Tahap Penemuan Makna Hidup Changing Attitude Tahap Realisasi Makna Hidup Penghayatan Bermakna Bahagia Experiential values Creative values Hope values Universitas Sumatera Utara 125 Tabel 7. Hasil Analisis-banding antar subjek untuk proses pencarian makna hidup Subjek 1 Cut Hawa Subjek 2 Miwa Woi Tragic event Meaningless Life Self-insight Changing Attitude Sumber makna hidup experiential attitudinal values Tahap penemuan makna hidup Tahap realisasi makna Sumber makna hidup hope values Penghayatan hidup bermakna Tragic event Meaningless life Sumber makna hidup attitudinal values Self-insight Sumber makna hidup creative values experiential values Tahap penemuan makna hidup Changing attitude Realisasi makna hidup Penghayatan hidup bermakna Bahagia Sumber makna hidup Hope values Tabel analisis banding tersebut menunjukkan gambaran sebagai berikut: a. Secara umum terdapat kesamaan di antara kedua subjek dalam proses pencarian makna hidup, hal ini berarti kedua subjek mengalami setiap tahapan-tahapan yang sama untuk mencapai kehidupan bermakna b. Sekalipun terdapat kesamaan pengalaman pada kedua subjek dalam proses pencarian makna hidup, namun setiap subjek memiliki kekhususan tersendiri. Kekhususan antar subjek yang membedakan di antara keduanya terletak pada urutan dari tahap dari yang mereka alami. Perbedaan antar subjek juga terlihat dari sumber makna hidup yang ikut mempengaruhi proses pencarian makna hidup. Subjek 1 misalnya, nilai kreatif sebagai Universitas Sumatera Utara 126 salah satu sumber makna hidup tidak ikut mempengaruhi proses pencarian makna hidup. Hal ini menunjukkan bahwa di samping ada kesamaan antar kedua subjek, namun setiap subjek memiliki keunikan dalam proses menemukan makna hidup.

B. Pembahasan 1. Subjek 1 Cut Hawa