37
e. Individu dapat menemukan pengalaman baru setiap hari yang dapat
menambah pengalaman hidupnya. f.
Individu dapat menghargai hidup yang dijalani. g.
Individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyadari batasan-batasan lingkungan, dan dari batasan tersebut individu dapat
menentukan apa yang paling baik untuk mereka lakukan. h.
Individu mampu mencintai dan menerima cinta kasih dari orang lain, dan menyadari bahwa cinta kasih merupakan salah satu hal yang membuat
hidup indah.
B. Sistem Pernikahan SayyidSyarifah
Penggunaan gelar
SayyidSya rifah
merupakan suatu gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang berasal dari keturunan Nabi
Muhammad SAW melalui cucu beliau, yaitu Hasan bin Ali dan Husain bin Ali. Mereka merupakan anak dari anak perempuan Nabi Muhammad SAW,
Fatimah az-Zahra dan menantunya Ali bin Abi Thalib. Keturunan Hasan dan Husain disebut dengan
Sayyid
dengan jamak
Sadat
. Hal ini dikarenakan Nabi SAW mengatakan ‘Kedua Anakku ini menjadi
Sayyid
Tuan dari pemuda- pemuda di syurga.’ Di beberapa daerah
lain disebut dengan
Syarif
, yang berarti orang mulai atau orang berbangsa, dengan jamak
Asyraf
. Bagi wanita keturunan ahlul bait Rasulullah SAW mendapat gelar berupa
Sayyidah
atau
Syarifah
Al Hinduan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
38
Menurut Prof. Dr. HAMKA al-Masyhur,2013, sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Hasan dan Husain datang ke Indonesia. Sejak
dari Semenanjung Melayu, Kepulauan Indonesia dan Filipina. Banyak jasa mereka dalam penyebaran agaman Islam di seluruh Nusantara. Penyebaran
Islam dan pendiri kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang berasal dari Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke
Mindanau dan Sulu. Sesudah putus keturunan laki-laki dari Iskandar Muda Mahkota Alam pernah bangsa
Sayyid
dari keluarga Jamalullail jadi raja di Aceh. Negeri Pontianak pernah diperintah bangsa
Sayyid
al-Qadri. Kerajaan Siak merupakan keluarga bangsa
Sayyid
Bin Syahab. Al-Masyhur 2013 mengemukakan bahwa kebanyakan para
Sayyid
yang datang ke Indonesia menjadi ulama. Mereka datang dari Hadramaut Yaman
dari keturunan Isa al-Muhajir dan al-Faqih al-Muqaddam. Mereka datang ke Indonesia dari berbagai keluarga. Berbagai keluarga yang banyak dikenal
adalah keluarga al-Attas, Assaqaf, Alkaf, Bafaqih, Alaydrus, Bin Syekh Abubakar, al-Habsyi, al-Haddad, Bin Smith, Bin syahab, dan lain-lain.
Menurut Al-Masyhur 2012 menyatakan bahwa para keturunan Rasulullah SAW yang hidup saat ini melipatgandakan rasa syukurnya kepada
Allah SWT, karena mereka adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. keturunan Rasulullah SAW menjadi manusia yang memiliki kemuliaan dan
keutamaan, sehingga mereka seharusnya tetap mempertahankan kemuliaan dan keutamaan pada diri dan keturunan mereka melalui pernikahan. Mereka
Universitas Sumatera Utara
39
menjaga keturunan mereka dengan mengawinkan wanita-wanita
Sya rifah
dengan laki-laki
Sayyid
. Berdasarkan hasil
pre-eliminary research
yang dilakukan peneliti dengan Sayyid Lukman, yaitu ketua Sayyid Se-Aceh saat ini, dikatakan bahwa aturan
pernikahan SayyidSyarifah didasarkan pada pernikahan putri Nabi Muhammad SAW, yaitu Fathimah dengan sepupu Nabi Muhammad yaitu Ali
bin Abi Thalib. Berikut pernyataan Sayyid Lukman. “Perkawinan Saiyidina Ali radhiallahu ‘anhu dengan Siti Fathimah
radhiallahu ‘anhu adalah
sekufu
sederajat dan beliau adalah contoh yang wajib kami ikuti, karena beliau adalah nenek moyang kami.
Perkawinan beliau menghasilkan keturunan yaitu Al Hasan dan Al Husein yang merupakan asal usul SyarifSayyid dan SyarifahSayyidah.
Itu perlu kamu ketahui. Keturunan Al Hasan dan Al Husein inilah yang tidak boleh dikawini oleh siapapun, kecuali dari golongan itu sendiri.
Bahwa ada hadist yang mengatakan: ‘bahwa keturunan Rasulullah SAW tidak akan terputus hingga hari kemudian’.”
Komunikasi Personal, Februari 2014
Berdasarkan
pre-eliminary resea rch
peneliti juga menemukan bahwa akan ada berbagai konsekuensi jika para
Sya rifah
menikah bukan dengan laki- laki
Sayyid
, diantaranya adalah: akan putus hubungan nasabnya dengan keluarga dan Rasulullah SAW; mendapatkan dosa; dan keturunannya tidak
lagi bergelar
Sayyid Syarifah
. Seperti ungkapan berikut. “Wanita SayyidSyarif yakni Syarifah, apabila telah mempersuamikan
lelaki biasa, maka putuslah hubungan kekeluargaannya dari rumpun familinya, kecuali family yang sudah setuju, namun kenyataan yang kita
lihat, jauh lebih banyak family yang tidak setuju daripada yang setuju, sehingga terasinglah wanita tersebut dari keluarganya dan putus pula
silaturrahminya. Lagi pula, orang yang sengaja memutuskan silaturrahmi
Universitas Sumatera Utara
40
dengan cucu Rasulullah SAW akan menjadi dosa besar dan menimbulkan permusuhan yang tidak akan berakhir. Bahkan sampai anak cucunya
kelak, karena dianggap mengkhianati bangsanya dan memurkai turunannya yang suci dari Rasulullah SAW,
nauzubillahi minzallik
” Komunikasi Personal, Februari 2014
Jika telah terjadi pernikahan anatara
Syarifah
dengan lelaki yang bukan
Sayyid
, maka anak keturunan selanjutnya adalah bukan Sayyid, karena anak mengikuti garis ayahnya. Hal ini mengakibatkan keutamaan dan kemuliaan
yang khusus dikarunia oleh Allah SWT untuk
ahlul bait
dan keturunannya tidak dapat disandang oleh anak cucu keturunan seorang
Syarifah
yang menikah dengan lelaki yang bukan
Sayyid
al Masyhur, 2012. Lampiran berkas surat tanggal 28 Agustus 1995 yang ditujukan kepada
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, menjelaskan isi ceramah yang disampaikan oleh Habib Muhammad Mohdar Al Mahdar dan Habib Musthafa
Al Haddad di Mesjid Jami’ Sulthan Abdurrahman. Ceramah tersebut berisikan pembahasan mengenai masalah Hukum PerkawinanPernikahan antara
perempuan Syarifah dengan laki-laki yang bukan dari keturunan SyarifSayyid. Berikut kutipan isi ceramah.
“Tidak ada satu dalilpun yang dapat mengesahkan Pernikahan Syarifah pada bukan SayyidSyarif. Berani mengesahkannya berarti gugurlah
semua kitan dan fatwa dari pada Imam al-Mujtahid serta para ulama yang besar, dan memang begitulah sejarah yang di alami oleh Keturunan
Rasulullah SAW mulai dari: Sayyidina Hasan ra.; Sayyidina Husain, juga cucunya Al Hasan dan Al Husein. Kembalilah pada sejarah pada Zaman
Pemerintahan Bani Umayyah dan BAni Abbas apa yang terjadi saat itu. Tapi jangan lupa bahwa duna sudah tua, yang tak pernah terjadi akan
terjadi, salah satu contoh: 1 Berlainan Agama dapat kawin, yang satu Islam yang satunya agama selain Islam, padahal HUKUM SUDAH
Universitas Sumatera Utara
41
ADA, tapi seperti itu; 2 Seorang akan kawin pada seorang wanita sesama Islam, dalam hal ini Walinya tidak setuju, tapi dinikahkan juga,
menurut Hadist, BATAL NIKAH TANPA WALI, kalaupun keduanya kawin, jelas HUKUMNYA ZINA . kedua calon suami isteri akan kawin,
walinya tidak setuju, kemudian mereka lari kesuatu daerah, yang oleh penghulu setempat dinikahkan, apa Hukumnya SAH?
– tentu tidak, padahal orang tua perempuan masih ada, hanya tidak setuju saja. Kasus
tersebut dalam hal ini sudah sering terjadi, padahal HUKUMNYA JELAS ADA. Bagi kami yang tahu Hukum Perkawinan Syarifah tetap
mempertahankannya, kalau tidak siapa llagi yang akan menegakkannya. Karena Datuk kami Rasulullah SAW telah memberi contoh kepada anak
keturunannya
ahlul bait
dan ‘ilmu rumah tangga tak akan jatuh pada orang luar, kecuali orang tumah tak mau belajar dan orang luar yang mau
belajar malah lebih tahu’. Bagi yang mau memakai silahkan, begitu juga yang tidak terserah masing-
masing.”
Banyak sumber hukum yang menjelaskan mengenai sistem pernikahan S
ayyidSyarifah. Berbagai dalil dalam Al Qur’an, Hadist, Ijma’ Ulama, dan hukum Qias yang menjelaskan hukum pernikahan Sayyid dan Syarifah.
Namun, dalam hal ini peneliti tidak membahas lebih dalam, dikarenakan fokus penelitian ini di pandang dari kacamata psikologi, mengenai keadaan Syarifah
yang melajang karena nilai yang dianutnya, yakni tidak boleh menikah dengan lelaki yang bukan dari golongan Sayyid.
C. Tahapan Perkembangan Dewasa Madya dan Dewasa Akhir Usia Lanjut 1. Perkembangan Dewasa Madya