34 berbagai organisasi keagamaan seperti; NU, Muhammadiyah, Persis, LDII,
Ahmadiyah, dan
lainnya. Ajaran
Ahmadiyah cenderung
paralel dengan
kepercayaan Sunda tradisional yang meyakini adanya Ratu Adil atau yang dikenal masyarakat Sunda tradisional dengan istilah Ratu Sunda.Hal tersebut
terlihat dalam naskah-naskah kuno yang menceritakan masalah Imam Mahdi Nina, 2010: 205. Sementara itu, di Kabupaten Bogor Ahmadiyah telah
tersebar di beberapa Kecamatan seperti; Ciampea, Cibungbulang, Cigombong, Leuwiliang, dan Kemang.
3. Kondisi Keagamaan
Umat beragama di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sangat beragam. Mayoritas penduduk Kabupaten Bogor beragama Islam. Pada tahun 2007 di
Kabupaten Bogor ada 3.144.724 penduduk yang beragama Islam, Katolik 24.446, Kristen Protestan 21.665, Hindu 11.932, dan Budha 21.209 orang.
Sementara untuk tempat ibadah, Pada tahun yang sama terdapat sebanyak 2.762 masjid, 517 mushola, 29 gereja, 4 pura, dan 11 vihara Kabupaten
Bogor Dalam Angka 2008: 11. Kabupaten Bogor merupakan basis daerah Religius, hal itu terindikasi
dari semaraknya kegiatan-kegiatan keberagamaan seperti; pengajian, majelis ta’lim, peringatan hari-hari besar keagamaan, serta kuatnya dominasi
lembaga-lembaga pendidikan agama, seperti madrasah, organisasi dakwah maupun pesantren. Jumlah pesantren yang ada di Kabupaten Bogor sebanyak
642 buah, beserta 856 kyai dan 100.988 santri. Adapun sedikitnya 282 organisasi dakwah yang berada di Kabupaten ini. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
35
Tabel 5: Banyaknya Madrasah, Murid, dan Guru
No. Jenis Madrasah
Jumlah Jumlah Murid
Jumlah Guru 1
Diniyah 780
60.336 3.337
2 TPA
2.793 56.553
8.106 3
Ibtidaiyah 529
103.151 4.849
4 Tsanawiyah
220 57.932
4.447 5
Aliyah 80
9.939 1.505
Sumber: Diolah berdasarkan data BPS
Di Kabupaten inilah pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI beridiri, tepatnya berada di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang. Tempat ini
menjadi pusat kegiatan Jemaat Ahmadiyah yang berskala Nasional seperti; pendidikan mubaligh, Jalsah Salanah kongres, serta sebagai kantor Pengurus
Besar Ahmadiyah. Pada tahun 1940-1986, sebelum pusat Ahmadiyah tersebut berdiri, Jalsah Salanah kongres digelar secara estafet dari Cabang satu ke
Cabang yang lain. Baru pada tahun-tahun berikutnya, setelah berdirinya Pusat Ahmadiyah di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang ini Jalsah Salanah
kongres hampir setiap tahun digelar di sana Munawar, 2013: 245. Sementara kegiatan-kegiatan lainnya yang berskala besar sebelumnya digelar
di Jakarta, tepatnya di Jalan Balikpapan 1 No. 10, Cideng, Jakarta Pusat. Namun, lokasi tersebut tidak mampu menampung banyaknya jemaat, meski
telah mengalami
beberapa kali
perluasan. Dipilihnya
Kabupaten Bogor
sebagai pusat
kegiatan Jemaat
Ahmadiyah Indonesia
JAI nampaknya
berkaitan dengan banyaknya Cabang Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI yang
36 berada di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, diantaranya; Garut, Sukabumi,
Tasikmalaya, Bandung, Cirebon, dan Jakarta.
B. Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Jemaat Ahmadiyah telah berada di Indonesia sejak 1925, beriringan dengan organisasi keagamaan lainnya, seperti; Muhammadiyah 1916, dan
Nahdatul Ulama 1926. Dengan demikian, hingga tahun 2014 ini, keberadaan Jemaat Ahmadiyah telah mencapai usia 89 tahun, suatu rentang usia yang
panjang. Bagi sebuah organisasi masyarakat, usia tersebut dianggap sebagai ruang
diterima oleh
masyarakat terhadap
organisasi tersebut,
sehingga organisasi tersebut telah menyatu dengan masyarakat itu sendiri. Namun
kenyataan tersebut tidak berlaku bagi Jemaat Ahmadiyah, justru memasuki ke 80 tahun keberadaan mereka digugat oleh masyarakat Indonesia.
1. Masuk dan Berkembangnya Ahmadiyah di Indonesia
Ahmadiyah masuk
ke Indonesia
bersamaan dengan
datangnya mubaligh
Ahmadiyah yang
pertama kali
diutus oleh
Imam Jemaat
Ahmadiyah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah al-Masih II, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Mubaligh tersebut ialah Maulana Rahmat Ali,
yang bertolak dari Qadian pada Agustus 1925 dan tiba di Tapaktuan, Sumatera Utara pada tanggal 2 Oktober 1925. Tujuan diutusnya Maulana
Rahmat Ali adalah untuk menyebarkan kabar gembira bahwa Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu telah datang di kawasan Hindia Timur julukan
Indonesia pada waktu itu Sholikhin, 2013: 77. Kedatangan mubaligh Ahmadiyah tersebut ke Indonesia tidak terlepas
dari peranan 19 pemuda Islam asal Indonesia di India, yang kemudian berbaiat masuk
Ahmadiyah. Merekalah
yang mengajukan
permohonan kepada