Ahmadiyah Sebagai Organisasi Keagamaan

43 Ahmadiyah selalu mendapat tekanan hingga saat ini .Oleh karena itu, Mirza Ghulam Ahmad menganjurkan untuk menikah dengan sesama anggota Ahmadiyah, mendirikan masjid untuk beribadah berjamaah, dan melakukan hubungan secara intens dengan sesama anggota Ahmadiyah. Suatu ketika ijtihad tersebut mungkin akan dicabut apabila kondisi telah berubah Munawar, 2013: 258. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika pada perkembangan selanjutnya terdapat perubahan sangat mendasar yang dilakukan oleh Ahmadiyah. Dalam setiap tahunnya, banyak orang yang masuk ke dalam Ahmadiyah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel: Jumlah penambahan pengikut Ahmadiyah dari tahun 1992-2011 No Tahun Anggota Baru 1 1992 1993 5.898 2 1993 1994 7.487 3 1994 1995 8.000 4 1995 1996 6.000 5 1996 1997 17.020 6 1997 1998 41.120 7 1998 1999 25.287 8 1999 2000 20.757 44 9 2000 2001 10.574 10 2001 2002 4.962 11 2002 2003 1.321 12 2003 2004 1.163 13 2004 2010 5.000 Data: Munawar, 2013: 246 Data di atas menunjukkan selama 19 tahun 1992 2011 telah masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah 154.586 orang. Hingga tahun 2011, Jemaat Ahmadiyah Indonesia memiliki 298 jemaat lokal berada pada tingkat kecamatan di berbagai daerah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Ahmadiyah cukup ekspansif dalam melakukan pertablighan karena tiap tahun banyak orang yang masuk ke dalam Ahmadiyah, yakni 12.465,5 orang pertahun atau 8,33 pertahun orang masuk ke dalam Ahmadiyah Munawar, 2013: 247. Jika merujuk pada tipologi sekte yang disebutkan oleh Bryan Wilson, Ahmadiyah termasuk tipe sekte Messianistik. Di dalam Ahmadiyah, doktrin al-Mahdi dan al-Masih merupakan ajaran pokok. Menurut Ahmadiyah, doktrin tentang al-mahdi tidak dapat dipisahkan dari kedatangan Isa al-Masih di akhir zaman. Hal itu karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu tokoh, yang kedatangannya dijanjikan Tuhan. Ia ditugaskan Tuhan untuk menunjukkan serta meyakinkan masyarakat luas tentang kebenaran Islam. Selain itu, ia juga ditugaskan untuk menegakkan kembali syariat Nabi Muhammad Saw, sesudah 45 umatnya mengalami kemerosostan dalam kehidupan beragama Zulkarnaen: 2005: 83. Mengenai turunnya al-Masih, kaum muslimin pada umumnya berpendapat bahwa al-Masih yang akan datang pada akhir zaman itu ialah Ibnu Maryam a.s. sementara dalam pandangan Ahmadiyah, al-Masih yang dijanjikan kedatangannya bukanlah pribadi Nabi Isa a.s. melainkan salah seorang umat Nabi Muhammad yang mempunyai persamaan dengan Isa al- Masih a.s. Tidak disangkal bahwa Ahmadiyah mempunyai pandangan yang berbeda dengan umat Islam pada umumnya mengenai al-Masih. Dengan demikian, al-Masih dan al-Mahdi dalam pandangan Ahmadiyah itu satu pribadi, dan berbeda dengan apa yang diapahami orang pada umumnya Zulkarnaen: 2005: 85.

4. Sistem Organisasi Ahmadiyah

Ahmadiyah merupakan gerakan dakwah Islam, visi dan misinya adalah dalam rangka tabligh al-Islam. Perbedaannya dengan organisasi Islam yang lain yakni, Ahmadiyah dikoordinir secara sistematis dan terpusat secara Internasional. Sementara itu, keorganisasian Jemaat Ahmadiyah Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Bogor yang menjadi markas pengurus besar ini terlihat sangat rapi. Amir merupakan jabatan tertinggi. Amir sebagai kepala eksekutif administrasi, yang membawahi staf secara nasional. Dalam Ahmadiyah Internasional, Amir ini adalah Gubernur. Dalam hal ini Gubernur yang dimaksud adalah perwakilan pada setiap negara Sholikhin, 2013: 87. Agar dakwah dan proses tabligh berjalan dengan efektif, dibentuklah berbagai majlis untuk menangani segmen tertentu, yaitu: 46 1. Majlis Ansharullah untuk pria usia di atas 40 tahun. 2. Majlis Khuddam al-Ahmadiyah untuk pemuda yang berumur antara 15 sampai 40 tahun. 3. Lajnah Imaillah untuk kaum perempuan usia 15 tahun ke atas 4. Majlis Athfal al-Ahmadiyah untuk anak laki-laki. 5. Majlis Banat al-Athfal untuk anak-anak perempuan. Untuk masing-masing majlis dipimpin oleh seorang qaidqaidah yang berada di bawah garis pertanggungjawaban Amir. Mereka memiliki garis otonom dalam roda organisasi, namun tetap bertanggungjawab terhadap struktur di atasnya. Gerakan-gerakan sosial, terutama Wikari Amal semacam kerja bakti bersama menjadi andalan kegiatan dakwahnya Sholikhin, 2013: 90. Selain lembaga-lembaga tersebut, di bawah Amir juga terdapat semacam departemen yang dapat dibagi ke dalam tiga kelompok; Tabligh, Tarbiyat, dan keuangan. Untuk kelompok Tabligh sendiri menangani tujuh bidang, yaitu: 1. Bidang Tabligh, yang bertugas untuk menangani dakwah Ahmadiyah agar menjadi mubayyin ke dalam Ahmadiyah; 2. Bidang Umur Kharijah, yang bertugas untuk menangani hubungan dan urusan-urusan eksternal, atau semacam humas; 3. Isya’at, yang bertugas untuk menangani expo, perpustakaan, maupun publikasi; 47 4. Audio-Video, yang bertugas untuk menangani dokumentasi dari keseluruhan kegiatan Ahmadiyah baik dari daerah maupun nasional ke dalam berbagai bentuk; 5. Dhiafat, yang bertugas untuk menangani acara-acara yang dapat diikuti Ahmadiyah, urusan tamu, rapat dan kunjungan-kunjungan; 6. Zira’at, yang bertugas untuk menangani masalah pertanian dan peternakan; 7. Sanat wa Tijarah, perekonomian dan perdagangan. Sedangkan kelompok Tarbiyat menangani tujuh bidang juga, yaitu: 1. Bidang Tarbiyat, yang bertugas untuk menangani persoalan kependidikan dan regenerasi Ahmadiyah; 2. Bidang Ta’lim, yang bertugas untuk menangani persoalan sekolah resmi, madrasah, beasiswa, dan jami’ah. 3. Bidang Umur Ammah, yang bertugas untuk menangani kegiatan-kegiatan sosial, seperti bencana alam, sumbangan sosial, donor darah dan mata, wikari amal, dan kegiatan sosial lainnya; 4. Bidang Rishta Nata, yang bertugas untuk menangani urusan pernikahan, dan penyuluhan keluarga Ahmadi; 5. Bidang Wakfi Nou, yang bertugas untuk menangani bidang perwakafan anak untuk lembaga. Anak diwakafkan untuk kepentingan adakwah di jalan Allah; 6. Bidang al-Wasiyat, yang bertugas untuk menangani masalah wasiat harta benda untuk jemaat. 7. Bidang Tahrik Jadid dan Perjanjian Lain, yang bertugas untuk menangani masalah perjanjian seperti pendanaan maupun kontrak.