38 Qadian. Nama Ahmadiyah telah diganti dari Ahmadiyah Qadian Departemen
Indonesia AQDI
menjadi Anjuman
Ahmadiyah Departemen
Indonesia AADI Zulkarnain, 2005:194.
Pada bulan Desember 1949, diadakan Mukatamar di Jakarta. Selain menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru, juga
mengganti nama organisasi dari Anjuman Ahmadiyah Qadian Indonesia AADI menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI. Dalam perkembangan
selanjutnya, organisasi
ini telah
mendapat pengesahan
dari Pemerintah
Republik Indonesia sebagai badan hukum dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.J.A52313 tanggal 13 Maret 1953 dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 26 Tanggal 31 Maret 1953 Zulkarnain, 2005:196.
2. Sejarah berdirinya Pusat Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Bogor
Perkembangan Jemaat
Ahmadiyah di
wilayah kota
Jakarta telah
membuat masjid Hidayat di Jalan Blikpapan 110 Jakarta Pusat, yang juga merupakan Kantor Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia harus mengalami
beberapa kali perluasan, terutama hal itu dilakukan di masa Maulana H. Mahmud Ahmad Cheema HA. Sy sebagai amir Raisuttabligh, dan Ir. Syarif
Ahmad Lubis sebagai Ketua Pengurus Besar atau Ketua Nasional. Demikian pula perkembangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia di luar wilayah Jakarta pun
sangat meningkat,
sehingga untuk
keperluan kegiatan-kegiatan
Jemaat Ahmadiyah yang berskala Nasional seperti Jalsah Salanah, diperlukan tempat
yang cukup luas Qoyum, 2010: 1.
39 Sejak
lama Hadrat
Khalifatul Masih
IIra menginginkan
dan menganjurkan supaya Jemaat Ahmadiyah Indonesia memiliki sebuah Pusat
yang cukup luas. Guna memenuhi keinginan Huzur tersebut pada tahun 1975 Maulana
Imamuddin HA
selaku Raisuttabligh
telah membentuk
sebuah Panitia, dan Ir. Pipip Sumantri ditunjuk sebagai Project Officer, untuk
mengurus pembelian tanah seluas 10 hektar dan membangun Pusat Pendidikan di atasnya Qoyum, 2010: 1.
Sejalan dengan rencana tersebut telah diusahakan pembelian tanah di daerah Pinang, Kabupaten Tangerang. Namun disebabkan oleh ketidakjujuran
seorang oknum, usaha tersebut menjadi gagal, dan dibentuklah sebuah Panitia yang diketuai oleh Kol.TNI AD Surya Sudjana
.Kasus “pembelian tanah” di daerah Pinang, Tangerang itu sendiri prosesya diteruskan ke Pengadilan
sampai selesai Qoyum, 2010: 1. Pada tahun 1976 di dalam Majlis Musyawarah yang ke 27 di Jakarta,
telah diambil keputusan bahwa lokasi Pusdik supaya dipindahkan dari Pinang, Tangerang ke Sindang Barang, Bogor. Kemudian dibentuk sebuah panitia
yang diketuai oleh Kol.TNI AD Hasan Muhammad. Sebuah Panitia lagi dibentuk yang diketuai oleh A, Qoyum Wahid guna mengurus pembelian
tanah di Sindangbarang, Bogor Qoyum, 2010: 2. Tanah yang terletak di daerah Pinang, Tangerang dijual. Sesuai dengan
keputusan Majlis Musyawarah dibeli sebidang tanah seluas 4 hektar di Sindangbarang, Bogor, karena sebelumnya di sana telah tersedia 2,5 hektar.
Namun kembali panitia pembangunan menghadapi kendala. Yakni ketika tanah telah selesai dibeli, pemerintah setempat tidak memberi izin kepada
Jemaat Ahmadiyah untuk mendirikan Pusdik Mubarak di lokasi tanah tersebut
40 atas dasar bahwa masyarakat di sekeliling tanah itu tidak menyetujui adanya
rencana pembangunan Pusat Jemaat Ahmadiyah di sana Qoyum, 2010: 2. Pada tanggal 12 Februari 1979, pihak Jemaat Ahmadiyah Indonesia
mengajukan appeal permohonan kepada Gubernur Jawa Barat, Mayjen TNI AD Solichin GP, dan pada tanggal 27 Juli 1980 kepada Menteri Dalam
Negeri, Jenderal TNI Amir Mahmud, namun tidak ada jawaban. Untuk pembangunan Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia pada waktu itu telah
direncanakan sejumlah
angaran. Untuk
pendirian Pusdik
Mubarak di
Sendangbarang, Bogor direncanakan anggarakan sebesar Rp. 500,000,000.- dan pembangunannya direncanakan akan selesai dalam tempo 10 tahun.
Untuk itu akan disediakan anggaran Rp. 50,000,000.- per tahun. Sumbangan dari para anggota setiap tahun Rp. 26,000,000.- dan sisanya akan diterima dari
penerimaan hak Pusat Qoyum, 2010: 2. Ketika pembangunan Pusdik Mubarak di Sindangbarang, Bogor tidak
mendapat izin, maka kepada beberapa Cabang Jemaat Ahmadiyah Indonesia yakni Jakarta, Bandung dan Garut. Akan tetapi jawaban mereka mengatakan
bahwa mereka tidak berhasil mendapatkan izin dari Pemerintah. Usaha Cabang
Manislor juga
tidak berhasil.
Mula-mula Cabang
Jakarta mengusahakan izin untuk pembangunan Pusdik ini di daerah Bekasi, namun
juga tidak berhasil. Pada akhirnya Cabang Jakarta dengan perantaraan seorang Ahmadi, Letkol TNI AD Abdul Mukti, berhasil memperoleh izin dari
Pemerintah Kabupaten Bogor dan mendapat lokasi di Desa Jampang, Parung. Ketika itu yang menjadi Bupati Bogor ialah Letkol TNI AD Ayip Rughby
Qoyum, 2010: 3.