47 4.
Audio-Video, yang bertugas untuk menangani dokumentasi dari keseluruhan kegiatan Ahmadiyah baik dari daerah maupun nasional ke
dalam berbagai bentuk; 5.
Dhiafat, yang bertugas untuk menangani acara-acara yang dapat diikuti Ahmadiyah, urusan tamu, rapat dan kunjungan-kunjungan;
6. Zira’at, yang bertugas untuk menangani masalah pertanian dan
peternakan; 7.
Sanat wa Tijarah, perekonomian dan perdagangan. Sedangkan kelompok Tarbiyat menangani tujuh bidang juga, yaitu:
1. Bidang Tarbiyat, yang bertugas untuk menangani persoalan kependidikan
dan regenerasi Ahmadiyah; 2.
Bidang Ta’lim, yang bertugas untuk menangani persoalan sekolah resmi, madrasah, beasiswa, dan jami’ah.
3. Bidang Umur Ammah, yang bertugas untuk menangani kegiatan-kegiatan
sosial, seperti bencana alam, sumbangan sosial, donor darah dan mata, wikari amal, dan kegiatan sosial lainnya;
4. Bidang Rishta Nata, yang bertugas untuk menangani urusan pernikahan,
dan penyuluhan keluarga Ahmadi; 5.
Bidang Wakfi Nou, yang bertugas untuk menangani bidang perwakafan anak untuk lembaga. Anak diwakafkan untuk kepentingan adakwah di
jalan Allah; 6.
Bidang al-Wasiyat, yang bertugas untuk menangani masalah wasiat harta benda untuk jemaat.
7. Bidang Tahrik Jadid dan Perjanjian Lain, yang bertugas untuk menangani
masalah perjanjian seperti pendanaan maupun kontrak.
48 Sementara kelompok Keuangan membidangi lima bidang, yaitu:
1. Bidang Mal, yang bertugas untuk menyusun dan merealisasikan anggaran
pemasukan dan pengeluaran; 2.
Bidang Mal Tambahan, yang bertugas untuk menangani dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran;
3. Bidang AminBendahara, yang bertugassebagai kasir jemaat;
4. Bidang Jaidad, yang bertugas untuk menangani seputar pelaksanaan-
pelaksanaan anggaran di lapangan; 5.
Bidang Audit, yang bertugas untuk mengevaluasi dan mengaudit keuangan secara keseluruhan.
Berkantor pusat
di Jl.
Raya Parung-Bogor
27, Pusat
Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini memiliki lembaga pendidikan yang bernama Jamiah
Ahmadiyah. Lembaga tersebut merupakan Perguruan Tinggi Mubaligh Pusat di mana pelajar dari seluruh daerah di Indonesia, yang diresmikan langsung
oleh Hadhrat Masih Ma’ud a.s. sendiri.. Lembaga tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Administrasi lembaga ini berada pada Tahrik Jadid
dan Wakilut Ta’lim merupakan wakil yang terkait. Sadr Anjuman Ahmadiyah dan Tahrik Jadid Anjuman Ahmadiyah memikul bersama pembiayaannya.
Beberapa fasilitas disediakan untuk menunjang kegiatan pelajar seperti perumahan untuk
mubaligh, asrama jamiah, laboratorium
komputer dan bahasa, perpustakaan, gedung serba guna serta guest house. Di sana pelajar-
pelajar tersebut dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi misionaris yang nantinya akan disalurkan ke berbagai daerah. Mubaligh sangat berperan dalam
penyebaran Ahmadiyah
di Indonesia.
Karena itu,
Jemaat Ahmadiyah
Indonesia mendidik dengan serius para penyebar keyakinan mereka tersebut.
49 Di tengah-tengah kompleks seluas 3,5 hektar tersebut, berdiri sebuah
masjid yang diberi nama masjid An-Nasr. Masjid yang berdiri di atas tanah seluas 1300 m2 tersebut mampu menampung hingga 2000 orang jamaah.
Masjid dua lantai itu juga merangkap sebagai perkantoran. Lantai satu digunakan untuk administrasi, dan lantai dua untuk tempat beribadah jamaah.
Dengan melihat model dan sistem organisasinya tersebut, Jemaat Ahmadiyah Indonesia nampak memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan
pola organisasi keagamaan lainnya. Ahmadiyah juga nampak sebagai sekte yang mapan dan terorganisir.
50
BAB III TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan temuan dari lapangan,
terutama yang
berkaitan dengan
strategi bertahan
Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang terdiri dari strategi bertahan internal dan strategi
bertahan eksternal serta bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah.
A. Strategi Bertahan Jemaat Ahmadiyah Pondok Udik Kemang
Banyak cara yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah Kampung Udik Kemang agar tetap survive dan mampu mempertahankan doktrin dan identitas
keagamaan serta jati diri organisasinya. Cara atau strategi tersebut dapat dibagi menjadi dua, yakni strategi bertahan internal dan strategi bertahan
eksternal.
1. Strategi bertahan Internal
Yang dimaksud dengan strategi bertahan internal ini adalah suatu proses atau cara yang dilakukan organisasi agar dapat melangsungkan
hidupnya bertahan dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada didalam organisasi. Strategi bertahan internal yang diterapkan Jemaat
Ahmadiyah Pondok
Udik untuk
mempertahankan eksistensinya
adalah melalui loyalitas
kepada pemimpin, internalisasi nilai-nilai
keagamaan, konsolidasi internal, pernikahan dengan sesama anggota, dan melalui
finansial.
51 a.
Loyalitas terhadap pemimpin Setelah Mirza Ghulam Ahmad wafat, maka sistem komando dan
organisasi Ahmadiyah memakai pola Khilafat al-Masih pengganti al-Masih
sehingga Khalifah
menjadi jabatan
tertinggi dalam
organisasi Ahmadiyah, yang berpusat di Rabwah Pakistan, dan London sebagai pusat pengendalian organisasi. Khalifah memiliki
wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Amir. Amir adalah Gubernur, yang dimaksud Gubernur di sini adalah perwakilan
pada setiap negara. Khalifah berfungsi sebagai Imam bagi seluruh jemaat Ahmadiyah di dunia. Khalifah ini diibaratkan sebagai induk
ayam yang di bawah sayapnya bernaung jutaan jiwa yang menerima didikan dan perlindungannya.
Sistem organisasi dakwah yang bercorak sentralistik tersebut memiliki
beberapa keuntungan.
Hal ini
memudahkan sistem
komando dalam dakwah yang dilaksanakan. Tentu pengambilan label “jemaat” bagi organisasi ini memiliki kaitan filosofis dengan
cita-cita dan rencana dakwah yang akan dilakukan oleh organisasi ini dalam jangka panjang. Dengan sistem organisasi sentralistik tersebut,
maka efek perpecahan pada tahun 1914, kemudian dapat dinetralisir. Konsolidasi
yang sentralistik
dalam sistem
dakwah agama,
nampaknya memberikan kekuatan dan energi yang lebih positif dibanding sistem yang lain.
Sistem tersebut
juga semakin
mengokohkan loyalitas
para jamaah,
dan bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan
program yang dicanangkan oleh organisasi. Hal ini didorong oleh motivasi
52 mengenai
„keselamatan’ yang akan mereka peroleh nanti melalui imam jamaah, yang dimiliki oleh Khalifat al-Masih sebagai penerus
Ghulam Ahmad,
yang menyatakan
sebagai juru
selamat. Sebagaimana pernyataan Yaqub, yang mengungkapkan bahwa:
“Dengan adanya pemimpin tunggal untuk seluruh dunia yang dibarengi dengan semangat ketaatan kepada pemimpin, maka
tidak akan melahirkan perpecahan dalam tubuh jamaah.Tertutup segala kemungkinan untuk berbeda.Suara Khalifah sangat ditaati
dalam
Ahmadiyah, sehingga
mampu menyatukan
semua.”Wawancara pribadi dengan Yaqub, 17 Februari 2014. Loyalitas atau ketaatann para jamaah ini juga nampaknya
berkaitan dengan salah satu poin yang terdapat dalam syarat bai’at yang disampaikan Yaqub ketika peneliti menanyakan seputar proses
bai’at yang harus dijalani bagi calon anggota baru; “Orang yang bai‟at berjanji dengan hati yang jujur bahwa; . . .
akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini Imam Mahdi dan Al-Masih Mauud, semata-mata karena Allah swt dengan
pengakuan taat dalam hal makruf segala hal yang baik dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung
tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga,
ikatan persahabatan
atau pun
ikatan kerja.”Wawancara pribadi dengan Yaqub, 17 Februari 2014.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa syarat bai’at yang
harus dipenuhi
oleh calon
anggota Jemaat
Ahmadiyah Indonesia JAI cukup ketat. Ketika sesorang sudah bersedia untuk
menerima persyaratan tersebut, hampir dapat dipastikan ia akan setia terhadap organisasi, hal tersebut bisa dilihat dari sedikitnya anggota
yang keluar dari Ahmadiyah.