33
BAB III POTRET MASYARAKAT BAWEAN
A. Geografi Pulau Bawean
Jika kita melihat peta Propinsi wilayah Jawa Timur, maka nampak jelas beberapa pulau kecil yang ada di sekitar wilayah ini. Seperti diantaranya: Pulau
Madura, Pulau Sapudi, Pulau Nusaburung, Pulau Raas, dan Pulau Bawean sendiri. Disamping masih terdapat pulau-pulau kecil lainnya yang masih belum berpenghuni.
1
Secara politis dan administratif, Pulau Bawean termasuk dalam wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Gresik dan merupakan salah satu wilayah kerja paling
terpencil, yang terletak di tengah lautan antara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan.
2
Luas Pulau Bawean adalah 196, 27 Km
2
, sedangkan secara geografis Pulau Bawean terletak antara: 112
32
’
– 112
44’ Bujur Timur 5 43’ – 5
5’ Lintang Selatan tinggi tempat antara 0 – 646 m di atas permukaan laut, Sebelah barat
berbatasan dengan laut Jawa, Sebelah timur berbatasan dengan laut Jawa, Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, Sebelah selatan berbatasan dengan laut Jawa.
3
Dengan letak geografis yang seperti itu, Pulau Bawean mempunyai peran penting dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI, dari Timur sampai Barat yang
1
Jacob Vanderberg. Bawean dan Islam De Baweanner in Hun Moederland en In Singapore Jakarta: INIS, 1990, hal. 13.
2
J acob Vanderberg. Bawean dan Islam De Baweanner in Hun Moederland en In Singapore, hal. 13.
3
Jacob Vanderberg. Bawean dan Islam De Baweanner in Hun Moederland en In Singapore, hal. 13.
sejak dahulu sudah merupakan alur laut internasional. Sedangkan dari sudut wilayah udara, Pulau Bawean juga merupakan jalur lalulintas udara yang banyak dilalui
berbagai penerbangan, baik domestik atau Internasional.
4
Pulau Bawean mempunyai luas wilayah 196, 27 Km
2
, terdiri dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak.
1. Wilayah Kecamatan Sangkapura terdiri dari 17 desa, yaitu: Sawah Mulyo, Kota Kusuma, Sungai Rujing, Gunung Teguh, Patar Selamat, Daun, Balik Terus,
Sidogendung Batu, Kebun Teluk Dalam, Sungai Teluk, Bulu Lanjang, Lebak, Pudakit, Komalasa, Suwari, dan Dekat Agung.
2. Wilayah Kecamatan Tambak terdiri dari 13 desa, yaitu: Tambak, Pekalongan, Sukalela, Sukaoneng, Kelompang Gubug, Gelam, Teluk Jati Dawang, Tanjung
Ori, Paromaan, Gerejek, Diponggo, Kepuh Teluk, dan Kepuh Legundi.
5
Pulau Bawean terbentuk dari sisa-sisa gunung berapi tua, sekitar 85 terdiri atas lapisan sidemen batuan tua yang diantaranya batu kapur, lapisan pasir, tanah
liat dan batu alam. Juga ada beberapa buah gunung seperti: Gunung Raje, Gunung Nangka, Gunung Lumut, Gunung Totoghi dan Gunung Tingghi menangis yang
tertingginya 655 m. Bentangan pegunungan ini berada di tengah-tengah Pulau Bawean dengan keterjalan lereng antara 5 hingga 75 m.
4
Fathan Al Irsad, Neropong Wisata Bawean, Surabaya: FP3B, 2003, hal. 3.
5
Fathan Al Irsad, Neropong Wisata Bawean, hal. 3.
Di tahun 1934, areal pegunungan yang banyak ditumbuhi pepohonan, ditebang dan diganti dengan pohon jati. Hal ini kembali terjadi pada tahun 1960-an.
Hanya di sekitar puncak gunung dan areal tanah yang sangat terjal yang bebas dari penanaman pohon jati.
6
Berdasarkan hasil pemetaan penghunian tanah Kecamatan di wilayah Pulau Bawean, secara keseluruhan jenis penggunaan tanah berikut luas masing-masing
adalah: TABEL I
PEMBAGIAN PENGHUNIAN TANAH BAWEAN
7
No. Penghunian Tanah
LuasHa
1 2
3 4
5 6
7 8
Kampungperumahan Sawah
Ladangtegal Kebun campuran
Perkebunan Hutan
Tambakkolam ikan Danaurawah
2.492 3.152
73 35
7.585 4.557
755 75
Jumlah 955.786
Menurut Dr. Gono Semiadi dari Puslitbang LIPI Bogor dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa; Hutan Bawean terbagi menjadi tiga kelompok
besar yaitu: hutan primer, hutan sekunder dan hutan jati. Sedangkan hutan jati dapat
6
Fathan Al Irsad, Neropong Wisata Bawean Surabaya: FP3B, 2003, hal. 3.
7
Fathan Al Irsad, Neropong Wisata Bawean Surabaya: FP3B, 2003, hal. 3.
dibagi dua kelompok yaitu hutan jati yang bersemak sebagai akibat adanya penebangan serta hutan jati terbuka, dimana dasar hutan tidak tertutup oleh apapun
kecuali pohon jati. Lebih lanjut dikatakan juga, dengan keadaan demikaian Pulau Bawean termasuk dalam katagori beriklim kering tipe C.
8
Keadaan suhu hampir merata sepanjang masa, tanpa adanya fluktuasi perubahan yang terlalu tinggi dengan rata-rata suhu maksimum 32
C dan suhu minimum 22
C. Curah hujan tertinggi antara bulan Januari hingga bulan Maret yang disertai dengan angin kencang dan baru berakhir pada bulan April. Pulau Bawean
yang mempunyai luas 196,27 km, masih dikelilingi oleh pulau-pulau kecil antara lain: Pulau Manukan, pulau Gili, Pulau Noko, Pulau Selayar, Pulau Cina, Pulau Nosa dan
Pulau Karang Bile. Namun dari keberadaan pulau-pulau kecil ini, mayoritas tidak berpenghuni. Sisanya ditumbuhi hutan dan hamparan pasir putih yang luas.
9
Menurut laporan penelitian Sally Suhonggo dari Universitas Kristen Petra Surabaya yang pernah mengadakan penelitian wisata di Pulau Bawean, bahwa secara
topografi pemetaan, 12,32. Pulau Bawean merupakan daerah pantai dan luas areal yang berbentuk perbukitan, memiliki bukit sebanyak 99 buah dengan ketinggian
mencapai 500 m di atas permukaan laut. Disebutkan pula bahwa kondisi topografi Pulau Bawean mempunyai tingkat kemiringan yang beraneka ragam antara 0 - 40.
Adapun sebagian besar wilayahnya berada di pesisir pantai sebelah utara Kecamatan
8
Gono Semiadi, Sifat Biologi Rusa Bawean dan Pengembangan Model Pembudidayaannya Untuk Tujuan Konservasi Satwa Langka Endemik Bogor: LIPI, 1999 hal. 13.
9
Gono Semiadi, Sifat Biologi, hal. 14.
Tambak. Kemiringan 0-8 berada dibagian selatan Kecamatan Sangkapura, sedangkan 40 merupakan gugusan gunung yang terdapat dibagian tengah Pulau
Bawean.
10
Dengan kondisi alam yang seperti itu, yakni dengan bebukitan, timbul konsekuensi logis pengembangan, baik secara fisik maupun sumberdaya manusianya.
Drs. Soenarto, kepala dinas P dan K Kabupaten Gresik pernah mengatakan bahwa “kondisi alam Pulau Bawean yang berbukit bukit, telah membuat berbagai
permasalahan dalam proses belajar mengajar”. Bahkan, berangkat ke sekolah saja, kadang masih timbul kesulitan, yakni
tempat yang jauh dan jalan yang susah di lewati, sehingga para guru yang bertugas, banyak yang mengeluh lantaran kondisi alam yang demikian.
11
Untuk memaksimalkan pembangunan ini, sebetulnya pemerintah telah mengalirkan dana yang jumlahnya tidak sedikit. Pembangunan TPI Tempat
Pelelangan Ikan di Sangkapura, misalnya, telah menelan biaya milyaran rupiah; begitu juga dengan pembangunan jalan lingkar keliling Pulau Bawean dan obyek-
obyek wisata.
12
Dalam rangka menyambut diterapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah 2001, Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik, mulai memberdayakan potensi yang ada
10
Sally Suhonggo dkk. Obyek-Obyek Wisata Bahari di Bawean Potensi dan
Pengembangannya Surabaya Universitas Kristen Petra 1995, hal. 6.
11
Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya Studi Kasus di Pengadilan Agama Pulau Bawean Gresik Jawa Timur Tahun 2002-2003, Jakarta: Tesis Program
Pascasarjana S2 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, Hal. 26.
12
Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya…., hal. 26.
di daerah, baik sektor industri, maritim, perdagangan, terutama pariwisata yang di nilai cukup dan mampu menarik wisatawan dan mempunyai prospek yang cerah.
13
B. Sejarah Singkat Bawean