49
BAB IV PEMBAGIAN HARTA WARIS BERDASARKAN ADAT BAWEAN
A. Cara Pembagian Harta Waris Berdasarkan Adat Bawean
Dalam pembagian harta waris berdasarkan adat Bawean ada beberapa pembagian, tergantung daerah mana pembagian harta warisan. Dalam pembagian
harta waris ada dua cara untuk membaginya yaitu pembagian waris dengan menggunakan hukum waris Islam dan pembagiann waris menggunakan hukum waris
adat urf Bawean.
1
1. Pembagian waris berdasarkan Hukum waris Islam
Di Pulau Bawean sebagian masyarakat tetap menggunakan hukum waris Islam atau yang biasa disebut oleh masyarakat Bawean dengan sebutan hukum waris
syariat. Sebelum dilakukan pembagian harta waris akan disepakati dulu dengan menggunakan hukum waris apa, hukum waris Islam atau hukum waris adat secara
mufakatmusyawarah. Setelah ada kesepakatan dalam pembagian waris, maka nanti akan dibagi sesuai dengan hasil kesepakatan ahli waris. Apabila menggunakan hukum
waris Islam, maka akan digunakan hukum waris Islam sesuai dengan ketentuan Al- Quran dan Hadis, dan fikih.
2
1
Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. Wawancara pribadi
dengan, Abd. Kamil, Bawean, 22 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011.
2
Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011.
Dalam pembagian harta waris menggunakan hukum waris Islam, masyarakat Pulau Bawean mengenal suatu pepatah atau kaidah yang digunakan masyarakat
Bawean yaitu lalake nongtong Babine nyoon,
3
artinya laki-laki mikul dan perempuan menjinjing. maksud dari kaidah tersebut adalah pembagian harta waris
berdasarkan adat Bawean bahwa perempuan mendapatkan satu bagian dan laki-laki mendapatkan dua bagian. Dalam pembagian dengan menggunakan cara ini, sesuai
dengan ketentua hukum waris Islam. Semua responden yang penulis telah wawancarai sepakat bahwa pembagian harta waris secara syariatfikih masih
dilaksanakan di Pulau Bawean.
4
2. Pembagian Secara Musyawarahmufakat Adat Bawean Dalam pembagian harta waris dengan cara musyawarah mufakat didasarkan
pada kesepakatan ahli waris untuk membagi secara bagi rata. Sistem yang dipakai adalah sistem kekeluargaan. Jadi, apabila semua ahli waris sepakat untuk dibagi
menggunakan hukum waris adat Bawean maka bisa dibagikan secara langsung dengan formasi satu banding satu 1:1 yaitu satu bagian untuk perempuan dan satu
bagian untuk laki-laki.
5
3
Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011.
4
Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011.
5
Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. Wawancara pribadi
dengan, Abd. Kamil, Bawean, 22 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011.
Menurut pendapat K.H. R. Ahmad Buang Aziz dan K. Hazin Zainuddin bahwa sebelum adanya pembagian secara mufakatmusyawarah, harus dijelaskan
terlebih dahulu tentang hukum waris Islam. Setelah dijelaskan tentang hukum waris Islam namun para ahli waris ingin membagikan secara hukum waris adat secara
mufakatmusyawarah, maka harta waris bisa dibagi dengan menggunakan dengan hukum waris adat.
6
Menurut keterangan dari K.H. Bajuri Yusuf dan Abd. Kamil menjelaskan bahwa dalam pembagian urf ini dilaksanakan sebagaimana pembagian secara
musyawarahkesepakatan. Jadi, tanpa harus menjelaskan terlebih dahulu tentang hukum waris Islam namun langsung bermusyawarah untuk menentukan apakah akan
menggunakan hukum waris Islam atau hukum waris adat. Apabila menggunakan hukum waris Islam, setelah adanya kesepakatan ahli waris harta warisannya bisa
dibagi dengan bagi rata.
7
Menurut K. Hazin Zainuddin pembagian harta waris dengan bagi rata merupakan kerelaan pihak laki-laki kepada perempuan. Jadi, bagi rata merupakan
sedekah atau pemberian pihak laki-laki kepada perempuan yang seharusnya perempuan hanya mendapatkan setengah dari bagian laki-laki.
8
6
Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011.
7
Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011.
8
Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011.
B. Kedudukan Laki-Laki Dan Perempuan Dalam Pembagian Waris Adat Bawean