Kedudukan Laki-Laki Dan Perempuan Dalam Pembagian Waris Adat Bawean Proses Pembagian Harta Waris Berdasarkan Adat Bawean

B. Kedudukan Laki-Laki Dan Perempuan Dalam Pembagian Waris Adat Bawean

Dalam pembagian harta waris waris berdasarkan adat Bawean bahwasanya kedudukan laki-laki dan perempuan dalam masalah kewarisan menggunakan adat Bawean disamakan. Hal ini bisa dilakukan jika terjadi kesepakatan dengan menggunakan hukum adat. Untuk formasi pembagiannya adalah laki-laki dan perempuan bagiannya disamakan yaitu satu banding satu 1:1. Maksud dari formasi 1:1 yaitu satu bagian untuk laki-laki dan satu bagian untuk perempuan. Hal ini bisa dibagi secara rata apabila terjadi kesepakatan diantara ahli waris. 9 Namun pembagian harta warisan tersebut tidak bisa dibagi apabila ada sengketa terhadap pembagiaan harta warisan tersebut. apabila ada sengketa terhadap pembagian harta waris, maka akan mengundang tokoh agama untuk diadakan kesepaakatan dalam pembagiannya, akan dibagi secara syariat atau dibagi secara kekeluargaan bagi rata. Maka apabila sudah terjaadi kesepakatan maka akaan dibagi secara rata. 10 Bahwa dalam pembagian hukum adat pembagian waris diselesaikan dengan kekeluargaan. Jadi kedudukan antara seorang laki-laki dan perempuan disamakansetara. Menurut K.H. Hazin Zainuddin kesetaraan tersebut merupakan 9 Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan, Abd. Kamil, Bawean, 22 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011. 10 Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan Abd. Kamil, Bawean, 22 Februari 2011. pemberian dari pihak laki-laki pada pihak perempuan yang seharusnya tidak mendapatkan bagian yang sama dengan laki-laki. 11

C. Proses Pembagian Harta Waris Berdasarkan Adat Bawean

Sebelum adanya proses pembagian harta waris, maka yang harus diselesaikan adanya masalah pengurusan jenazah dan juga hutang dari orang yang meninggal. Sebelum pembagian harta waris, maka harus di bagikan tirkah pada yang berhak seperti kepada orang yang memandikan. Tidak semua orang yang memandikan mendapatkan bagian dari tirkah tersebut. orang yang mendapatkan harta tirkah tersebut adalah orang yang memandikan mayit dan ia yang berada di sebelah tengah untuk membersihkan kotoran dari anus si mayit dan juga membersihkan alat kelaminnya. itu mendapatkan hadiah dalam adat Bawean yang biasa di sebut dengan Tanah pekelaan. Tanah pakelaan adalah hadiah tanah yang di dapat seseorang yang telah memandikan mayit pewaris dan ia rela untuk membersihkan kotorannya dan anusnya dan juga alat kelaminnya, maka orang tersebut berhak untuk mendapatkan tanah yang biasa disebut masyarakat Bawean dengan sebutan tanah pakelaan. 12 Setelah pemberian hadiah diberikan pada orang yang memandikan, langkah selanjutnya adalah pemberian rumah kepada anak perempuan atau laki-laki yang merawat orang yang tuanya, maka ia berhak mendapatkan rumah yang ditinggalinya 11 Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan, Abd. Kamil, Bawean, 22 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011. 12 Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011 bersama orang tua yang dirawat olehnya. Biasanya rumah ini diberikan oleh orang tuanya yang perempuan setelah meninggal dunia. Rumah diberikan kepada anak yang merawat orang tuanya sebagai rasa terima kasih terhadap dia yang rela merawat beliau sampai akhir hayat. 13 Menurut keterangan dari bahwa dalam pembagian harta waris berdasarkan adat Bawean biasanya dilakukan setelah para pewaris meninggal, biasanya dilakukan setelah 7 hari atau setelah 40 hari. 14 Berbeda dengan pernyataan dari K.H. R. Ahmad Buang Aziz, K.H. Bajuri Yusuf menjelaskan bahwa bagian harta waris tidak akan dibagi sebelum bapak dan ibunya meninggal. 15 Untuk proses pembagiannya adalah pertama mengundang para ahli waris, lurah, kepala dusun, ahli tafsir harga, dan juga tokoh masyarakaat di desa tersebut. setelah dikumpulkan maka akan di tanyaakan apakah akan menggunakan adat sistem kekeluargaan bagi rata atau dibagi dengan secara syariatmenurut fikih. Apakah telaah ditentukan maka akan dibagikan sesuai dengan mufaakaatmusyawarah yang telah dilakukan. Apaabila dibagi dengan sistem kekeluargaan maka akan dibagi rata kepada ahli waris yang berhak menerima harta warisan tersebut. 16 13 Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. 14 Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. 15 Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri Yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. 16 Wawancara pribadi dengan K.H. R. Ahmad Buang Aziz, Bawean, 26 Maret 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Bajuri yusuf, Bawean, 15 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan Abd. Kamil, Bawean, 22 Februari 2011. Wawancara pribadi dengan K.H. Hazin Zainuddin, Bawean, 19 Februari 2011.

D. Orang-Orang Yang di undang dalam Pembagian Waris