Agama Masyarakat Bawean Bahasa dan Sosial Budaya Masyarakat Bawean.

4. Agama Masyarakat Bawean

Penduduk Pulau Bawean seluruhnya memeluk agama Islam. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kuat agama ini sejak awal terbentuknya masyarakat Bawean. Penyebar Islam pertama kali di Pulau Bawean adalah Syekh Maulana Umar Mas’ud pada tahun 1601. 28 Penghayatan agama Islam bagi masyarakat sangat kuat sekali. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sarana ibadah yang sangat besar, yakni di setiap desa terdapat lebih dari satu Masdjid, Mushala dan langgar. 29

5. Bahasa dan Sosial Budaya Masyarakat Bawean.

Bahasa masyarakat Pulau Bawean sangat dekat dengan Bahasa Madura. Boleh jadi, Bahasa Bawean ini merupakan rumpun Bahasa Madura Perbedaannya terletak pada lahjah intonasi dan sejumlah kata-katanya. Di desa Ponggo Kecamatan Tambak, penduduknya menggunakan bahasa Jawa dengan lajnah Bawean. Bahasa Bawean di ajarkan pada Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah dalam mata pelajaran Bahasa Daerah. 30 M. Natsir Abrari sebagai Budayawan Bawean mengatakan, bila mendengarkan sekilas bahasa Bawean seperti mirip dengan bahasa Madura, padahal kalau kita teliti terasa sekali ketidaksamaaan dan perbedaannya.Menurutnya, perbedaan bahasa Bawean dengan bahasa Madura yang amat terasa adalah dari segi 28 Zulfa Usman, Kisah, hal. 18. 29 Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya…., hal. 34. 30 Zulfa Usman, Kisah, hal. 18. pengucapan, pelafalan dan intonasi.Belajar bahasa Bawean perlu juga kepekaan pendengaran dan cara pelafalan. Kata deun yang berarti daun, dan kata Dheun yang berarti desa Daun. Atau kata beje yang berarti waktu, bheje yang berarti buaya dan bejhe yang berarti baja,katanya. 31 Secara sosologis, penduduk Bawean adalah pembauran dari beberapa suku, yang berasal dari; Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Pelembang dan Madura. Pembauran ini tidak hanya pada orang-orangnya saja, melainkan juga budaya dan bahasanya. Pengaruh Madura sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Bawean, terutama dari penggunaan bahasa sehari-hari. Ini karena penduduk umumnya adalah berasal dari Madura. Namun, akhirnya mereka membentuk budaya sendiri yang terpisah.Mereka pun enggan disebut sebagai orang Madura meski generasi sebelumnya berasal dari Madura. “Bawean, ya Bawean. Madura, ya Madura. Jadi orang Bawean bukan orang Madura”. 32 Walau pengaruh Madura sangat kental, tapi ada beberapa kelompok lain yang sejak lama tinggal di Bawean. Mereka adalah penduduk Sulawesi dan nelayan Bugis yang selalu mencari ikan di sekitar pulau Bawean. Mereka ini rata-rata telah tinggal lama bahkan sudah menetap. Selain itu, ada juga pedagang yang berasal dari Palembang, yang dikenal oleh orang Bawean dengan sebutan penduduk Kemas. Menurut cerita beberapa tokoh masyarakat, dahulu penduduk Kemas adalah pengusaha-pengusaha kaya. Tapi, sekarang jumlahnya sedikit. Yang kaya justru 31 Artikel ini di akses dari Http: www.bawean.net pada tanggal 21 Maret 2011. 32 Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya…., hal. 35. masyarakat Bawean sendiri yang bekerja di Malaysia dan Singapura.Karena sebagian besar kaum laki-lakinya merantau, penduduk yang tinggal Bawean lebih didominasi oleh kaum perempuan, sehingga, istilah lain untuk nama pulau Bawean disebut “Pulau Putri”. 33 “Pulau Bawean, Pulau Putri, tidak merantau bisa jadi alasan cerai”. Itulah salah satu judul tulisan yang ditulis di harian KOMPAS. Bagi orang Bawean, kata merantau’ memiliki arti tersendiri yang obsesif. Meski hanya pergi dalam beberapa waktu saja, misalnya beberapa tahun atau beberapa bulan, yang penting, sudah pernah merantau menginjakkan kakinya di negeri orang, entah ke-Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, Australia ataupun ke negara Lainnya. Biasanya mereka lebih bangga, jika melakukan perantauan ke luar negeri. Apalagi dalam waktu yang cukup lama. Tampaknya, merantau telah jadi keharusan atau tuntutan tak langsung bagi penduduk Pulau Bawean. Tidak diketahui secara pasti, sejak kapan tradisi merantau ini dilakukan oleh orang-orang Bawean. 34 Menurut hasil sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Pulau Bawean mencapai 70.242 jiwa yang tersebar di Kecamatan Tambak sebanyak 24.488 jiwa dan di Kecamatan Sangkapura 45.754 jiwa. 35 Namun diperkirakan jumlah warga Bawean yang ada diluar negeri ada sekitar 200.000 jiwa, melebihi yang tinggal di Pulau Bawean. Sementara itu menurut Jacob Vredenbergt dari Universitas Leiden, 33 Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya…., hal. 36. 34 Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya…., hal. 26. 35 http:www.bps.go.idhasilSP2010jatim3525.pdf , artikeldi akses pada tanggal 1 April 2011. pada tahun 1879, orang Bawean di Singapura sudah ada sekitar 763 jiwa. Tahun 1957 melonjak menjadi 22.167 jiwa. Sedangkan menurut PBS Persatuan Bawean Singapura, warga Bawean yang ada di Singapura sekitar 70.000 jiwa. Selebihnya, juga dijelaskan bahwa tradisi merantau orang-orang Bawean ini di perkirakan terjadi pada abad ke-18 dan terus berlanjut sampai sekarang. Hal ini dapat dibuktikan dibeberapa pedukuhan seperti: dusun Lebak, Gunung-Gunung, Tandel, Teluk Dalam, Diponggo, Tanjung Ori serta di pedukuhan lainnya, hampir disetiap rumah tangga mempunyai anggota keluarga yang ada diperantauan, seperti di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatra, Batam, Riau. Tapi, yang paling banyak ada di luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Ausrtalia, Brunai Darussalam dan Vietnam. 36 Beberapa daerah bisa diungkapkan di sini. Untuk masyarakat Desa Diponggo, kebiasaan masyarakatnya cenderung merantau ke Jakarta; Desa Pudakit ke Solo, Tulungagung dan Malaysia; Desa Teluk Dalam ke Singapura; Desa Lebak, masyarakatnya banyak yang ke kepulauan Cristmas Autralia, Singapura dan Malaysia. Bahkan, di Singapura ada sebutan boyanese untuk orang Bawean yang tinggal di sana. Hal ini di sebabkan komunitas Bawean biasanya berkumpul di dalam satu daerah untuk memudahkan sosalisasi dan mengembangkan kebersamaan di perantauan atau di negeri orang. 37 36 Jacob Vanderberg. Bawean... hal. 92. 37 Jacob Vanderberg. Bawean... hal. 92. 49

BAB IV PEMBAGIAN HARTA WARIS BERDASARKAN ADAT BAWEAN